Akibat keguguran tidak hanya meliputi fisik saja, melainkan juga mental. Setelah keguguran, orangtua bisa mengalami berbagai emosi negatif, seperti kemarahan, rasa duka, dan sebagainya.
2023-03-29 11:44:07
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Setelah keguguran, biasanya seorang wanita akan merasakan kesedihan dan kekosongan dalam dirinya
Table of Content
Kelahiran buah hati sudah pasti merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para orangtua. Namun, terkadang rencana yang sudah disusun matang dan kehadiran si Kecil yang telah dinantikan bisa sirna begitu saja.
Advertisement
Keguguran bukanlah hal yang mudah dilalui oleh kedua orangtua, khususnya sang calon ibu yang telah mengandung anaknya dalam jangka waktu yang lama. Setelah keguguran, orangtua bisa merasakan berbagai dampak fisik ataupun emosional.
Baca Juga
Keguguran bisa terjadi karena banyak faktor dan terkadang keguguran tidak selalu dapat ditentukan secara pasti. Pada beberapa kasus, keguguran terjadi karena perkembangan janin yang tidak normal akibat kelainan genetik atau masalah di plasenta. Namun beberapa penyebab keguguran lainnya juga bisa dialami akibat:
Penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit ginjal
Penyakit autoimun, misalnya lupus dan sindrom antifosfolipid
Kelainan rahim, misalnya serviks yang lemah dan miom
Obat-obatan yang dikonsumsi, seperti obat antiinflamasi nonsteroid, methotrexate, dan retinoid
Kelainan pada rahim, misalnya serviks rahim
Penyakit infeksi, seperti toxoplasmosis, rubella, sifilis, malaria, HIV, dan gonore
Gangguan hormon, misalnya penyakit tiroid atau PCOS
Sementara itu, beberapa faktor yang membuat seorang ibu hamil lebih berisiko mengalami keguguran antara lain:
Hamil di atas usia 35 tahun
Pernah mengalami keguguran sebelumnya
Kebiasaan merokok
Mengonsumsi minuman beralkohol
Menyalahgunakan NAPZA
Perawatan setelah keguguran tidak hanya meliputi pemulihan secara fisik, tetapi juga mental. Setelah keguguran, pasangan bisa merasakan berbagai emosi negatif, seperti rasa bersalah, duka, kemarahan, keputusasaan, dan kesendirian.
Pasangan juga mungkin dapat merasakan kecemburuan terhadap orangtua lain yang memiliki anak setelah keguguran.
Salah satu efek setelah keguguran yang bisa dialami oleh pihak wanita adalah peningkatan rasa sedih yang dapat memicu depresi.
Kemunculan depresi bisa diakibatkan oleh perubahan hormon dalam tubuh wanita yang berpengaruh pada rasa sedih yang dirasakan. Namun, efek setelah keguguran ini biasanya akan berangsur-angsur menghilang dalam beberapa minggu.
Setelah keguguran, biasanya para wanita memiliki keinginan untuk memeriksa hasil rekam medis dan mengingat-ingat apa saja yang gagal atau luput dilakukan. Akan tetapi, Anda perlu menyingkirkan keinginan tersebut, karena keguguran jarang diakibatkan oleh kesalahan dari pihak orangtua.
Selain dari segi emosi, hubungan dengan pasangan juga turut terpengaruh setelah keguguran. Efek setelah keguguran bisa merusak rumah tangga atau malah membuat pasangan makin dekat dengan satu sama lainnya.
Para suami cenderung lebih kurang terbuka mengenai apa yang dirasakan dan lebih cepat melewati masa kedukaan daripada sang istri.
Hal ini terkadang malah membuat para istri berasumsi bahwa suaminya tidak memedulikan peristiwa keguguran yang telah terjadi. Di sisi lain, para suami justru menganggap pasangannya terlalu berlebihan dalam meresponi kejadian keguguran yang sudah dialami.
Keputusan untuk memiliki anak diawali dengan kesepakatan antara Anda dan pasangan. Oleh sebab itu setelah keguguran, orangtua perlu melalui efek setelah keguguran secara bersama-sama sebagaimana layaknya pasangan.
Perawatan setelah keguguran tidak boleh hanya difokuskan pada pemulihan fisik, tetapi juga mental. Berikut adalah beberapa cara mengatasi keguguran yang bisa Anda coba:
Pria dan wanita menanggapi kejadian keguguran secara berbeda. Pria lebih cenderung tidak membicarakan perasaan yang dirasakan dan wanita lebih condong merasakan dampak efek setelah keguguran secara emosional lebih lama.
Oleh karenanya, kedua belah pihak harus saling memahami apa yang dirasakan satu sama lainnya. Para suami harus bisa memaklumi dan mengerti bahwa sang istri akan lebih merasakan emosi yang dialami dan membutuhkan waktu lebih lama untuk bangkit dari emosi yang dirasakan.
Sebaliknya, para istri juga harus memahami bahwa para suami bukannya tidak memedulikan kejadian keguguran yang telah terjadi, karena pada dasarnya efek setelah keguguran akan dirasakan oleh kedua pasangan.
Untuk bisa memahami satu sama lainnya, pasangan harus saling terbuka dan mendukung satu sama lainnya dalam melewati masa-masa setelah keguguran.
Seringkali para suami justru menghindari topik mengenai keguguran di hadapan istri karena khawatir hal tersebut malah membuat pasangannya makin sedih. Namun hal ini dapat ditangkap sebagai suatu ketidakpedulian akan kejadian yang telah dialami.
Oleh karenanya, para suami sebaiknya mengajak istrinya untuk membicarakan mengenai perasaan setelah keguguran yang telah dialami. Para suami juga bisa menunjukkan kepeduliannya dengan membantu istri melakukan aktivitas sehari-harinya.
Emosi yang pasangan adalah sesuatu yang normal untuk dialami. Anda justru harus mengekspresikan dan memberitahukan apa yang dirasakan alih-alih menyimpannya dalam hati.
Pasangan tidak perlu malu untuk membagikan apa yang dialami karena kejadian keguguran memang merupakan suatu hal yang berat dan sulit untuk dihadapi.
Meminta bantuan atau dukungan dari orang-orang sekitar bukanlah suatu hal yang memalukan atau merepotkan. Anda bisa membicarakan apa yang dirasakan dengan kerabat atau keluarga, serta meminta bantuan mereka dalam aktivitas sehari-hari yang dijalani.
Tidak hanya dari kerabat atau keluarga, Anda juga bisa meminta dukungan dari pemuka agama ataupun mengikuti kelompok orangtua yang juga pernah mengalami keguguran untuk bisa saling berdiskusi dan mendukung satu sama lainnya.
Bila Anda atau pasangan tidak merasa mampu untuk menghadapi emosi-emosi yang dirasakan, meskipun sudah ada dukungan dari orang-orang sekitar, Anda atau pasangan tidak perlu sungkan untuk mengunjungi psikolog, konselor, atau psikiater.
Psikolog, konselor, atau psikiater dapat membantu pasangan untuk menghadapi efek setelah keguguran yang terasa berat untuk dijalani.
Anda dan pasangan tidak perlu terburu-buru ingin memiliki anak lagi setelah keguguran. Berikan waktu untuk Anda dan pasangan sampai Anda dan pasangan sudah merasa cukup baik untuk kembali memiliki anak.
Jika Anda dan pasangan sudah memutuskan untuk ingin memiliki anak lagi, konsultasikan dengan dokter untuk mengecek apakah Anda dan pasangan sudah bisa memiliki anak lagi secara fisik.
Emosi yang dirasakan oleh pasangan setelah keguguran adalah hal yang normal terjadi. Istri maupun suami harus bisa menerima segala emosi dan kejadian yang telah dialami, serta berhenti menyalahkan diri masing-masing.
Sebagian besar keguguran tidak terjadi karena kesalahan dari orangtua, tetapi karena adanya kecacatan genetik yang menghalangi perkembangan janin secara normal. Apabila Anda atau pasangan mengalami kesulitan dalam menghadapi masa-masa setelah keguguran, jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog, konselor, atau psikiater.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Selain sebagai salah satu sumber zat besi, manfaat jambu air untuk ibu hamil, yaitu membantu menjaga kesehatan jantung, melancarkan pencernaan, hingga mengontrol diabetes.
Berhubungan saat janin sudah masuk panggul atau berhubungan intim saat hamil tua tidak berbahaya dan justru dianjurkan, karena bisa membuat lebih rileks, memicu kontraksi rahim, sehingga persalinan berjalan lebih lancar.
Abortus imminens adalah ancaman keguguran yang terjadi pada 20 minggu pertama usia kehamilan. Kondisi ini ditandai dengan perdarahan pada vagina dan rasa nyeri di area perut dan punggung bawah.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved