Perbedaan stres dan depresi terletak dari tingkat keparahannya. Keduanya memiliki perbedaan mendasar, jika penanganannya keliru bisa berakibat fatal
3.8
(92)
23 Okt 2019
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Stres dan depresi adalah dua gangguan mental yang berlainan
Table of Content
Hampir setiap orang mungkin pernah mengalami stres. Kondisi ini bisa disebabkan oleh tekanan pekerjaan, konflik dengan pasangan atau keluarga, hingga hal sepele seperti menghadapi kemacetan jalanan ibu kota.
Advertisement
Kendati demikian, Anda sebaiknya perlu berhati-hati dan tidak meremehkan stres. Pasalnya, jika sudah terlalu stres, Anda bisa saja berujung pada kondisi depresi.
Bagi orang awam, stres dan depresi sekilas tampak serupa. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, sehingga penanganannya pun akan berbeda.
Karena itu, penting bagi Anda untuk mengenali perbedaan stres dan depresi agar dapat mencegah hal-hal yang tak diinginkan di kemudian hari.
Mengenali perbedaan stres dan depresi dapat membantu Anda dalam mengenali tekanan mental yang Anda alami. Berkut penjelasannya:
Stres adalah sebuah reaksi tubuh pada situasi yang berbahaya, atau sesuatu yang nyata dan dirasakan.
Saat dilanda stres, tubuh Anda akan membaca adanya ancaman atau serangan. Tubuh akan melepas berbagai hormon dan zat-zat kimia, seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin.
Pelepasan hormon dan senyawa kimia tersebut bertujuan mempersiapkan tubuh untuk melakukan tindakan fisik. Hal ini menyebabkan timbulnya sejumlah reaksi fisik yang meliputi peningkatan detak jantung, napas makin cepat, otot menegang, dan kenaikan tekanan darah.
Tekanan stres dapat mendorong Anda untuk makin terpacu menghadapi tantangan, tapi bisa pula mematahkan semangat Anda. Pasalnya, tiap orang memiliki mekanisme yang berbeda-beda dalam menghadapi stres.
Sebagian orang akan terbiasa dan lebih mampu mengatasi stres daripada sebagian orang lainnya. Namun jika tidak berhasil diatasi, stres bisa berujung pada depresi.
Depresi adalah suatu penyakit mental yang berdampak buruk pada berbagai aspek kehidupan penderitanya. Mulai dari suasana hati, perasaan, stamina, selera makan, pola tidur, hingga tingkat konsentrasi.
Orang yang mengalami depresi dapat merasa sedih dan gagal, mudah lelah, kehilangan semangat atau motivasi, bahkan keinginan untuk bunuh diri. Kondisi ini harus ditangani dengan saksama agar tidak berujung fatal.
Setiap orang akan mengalami gejala stres yang berbeda-beda. Namun secara umum, kondisi-kondisi di bawah ini bisa menjadi tanda-tanda stres:
Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya depresi berat, di antaranya:
Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh dan perubahan pada fungsi maupun efek neurotransmitter juga dapat berperan dalam memicu depresi.
Gejala depresi juga bisa bervariasi pada setiap penderitanya. Perhatikan beberapa indikasi depresi berikut ini:
Cara menangani stres sebenarnya mencakup perubahan gaya hidup. Berikut hal-hal yang bisa Anda lakukan:
Stres umumnya tidak perlu ditangani dengan obat-obatan dari dokter. Namun lain cerita jika pasien memiliki penyakit mental yang memicu stres. Misalnya, gangguan kecemasan.
Sementara ketika Anda mengalami depresi, dokter spesialis jiwa umumnya akan memberikan obat antidepresan. Ada berbagai jenis antidepresan yang tersedia. Karena itu, Anda harus berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan jenis antidepresan yang cocok dengan kondiri Anda.
Jika obat antidepresan saja kurang efektif untuk menangani depresi, dokter mungkin akan meresepkan jenis obat-obatan lain. Penting diketahui bahwa obat depresi harus dikonsumsi sesuai dosis dan jangka waktu yang direkomendasikan oleh dokter.
Selain minum obat, penderita depresi juga perlu menjalani psikoterapi dengan psikolog atau psikiater. Penderita pun bisa dianjurkan untuk menjalani terapi kognitif perilaku (cognitive behavioural therapy/CBT).
Baca Juga
Stres dan depresi bukanlah gangguan mental yang dapat hilang begitu saja. Jadi, jangan remehkan kondisi ini dan carilah bantuan medis.
Segera berkonsultasi dengan dokter dan pakar kesehatan mental lain apabila Anda atau orang-orang terdekat mengalami stres berkepanjangan dan depresi, apalagi jika keinginan bunuh diri sudah muncul.
Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat sesuai kondisi stres dan depresi yang dialami.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Selain berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi, menjaga kesehatan mental merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan sebagai cara menjaga kesehatan jantung. Pasalnya, kondisi kejiwaan seperti depresi, dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung.
Macam-macam gangguan kecemasan perlu Anda ketahui sebagai langkah deteksi dini sebelum pergi ke ahlinya adalah GAD, OCD, hingga fobia harus segera diatasi.
ASMR adalah singkatan dari Autonomous Sensory Meridian Response. Tak hanya tren di media sosial, ASMR juga bermanfaat untuk relaksasi dan mengatasi insomnia.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh Tim Dokter Sehatq
Dijawab oleh dr. Ester Agustina
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved