Cara agar kanker pankreas bisa sembuh memang tergantung dari stadium, kondisi kesehatan, serta pilihan pasien tersebut. Operasi dan kemoterapi bisa jadi salah satu metodenya.
2023-03-28 22:14:08
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Banyak faktor yang bisa memicu timbulnya kanker pankreas, mulai dari kelainan genetik hingga obesitas.
Table of Content
“Best scenario, satu tahunlah harapan hidup kalau sudah terkena kanker pankreas,” kata sahabat saya pekan lalu, saat saya datang melawat kerabatnya di salah satu rumah duka di Jakarta.
Advertisement
Sepulang dari kunjungan itu, saya ingin tahu lebih jauh tentang kanker pankreas. Apakah betul kanker ini mempunyai tingkat fatalitas yang absolut seperti kata orang? Siapa yang berisiko tinggi terhadap penyakit ini? Bagaimana gejalanya, dan apakah bisa dideteksi lebih awal?
Setelah membaca dari beberapa sumber, sebenarnya ada kemungkinan kanker pankreas bisa sembuh. Hanya saja, penyakit ini seringkali baru terdeteksi saat sudah parah, sehingga tingkat keberhasilan perawatannya pun tidak sebaik yang diharapkan.
Kanker pankreas. Penyakit ini mungkin kedengarannya tidak sedramatis jenis kanker lainnya. Jarang ada cerita di buku atau film yang tokohnya meninggal karena kanker pankreas. Tetapi, kanker tetaplah kanker, apapun organ yang diserang.
Teringat Steve Jobs, ‘Bapak’ Apple yang berpulang tahun 2011 lalu karena kanker pankreas. Alan Rickman, pemeran Professor Snape di film-film Harry Potter, juga akhirnya harus menyerah saat melawan penyakit ini tahun 2016 lalu. Begitu suramkah prognosis seseorang yang terkena kanker pankreas?
Saya sempat kesulitan saat berusaha mencari data tentang angka kejadian kanker pankreas di Indonesia. Dilansir dari Ditjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, saat ini memang tidak banyak data yang ada tentang situasi kanker pankreas di Indonesia.
Penelitian yang pernah dilangsungkan di Semarang mencatat ada 53 kasus kanker pankreas pada tahun 1997-2004. Pada 2004-2007, kasus kanker pankreas tidak masuk ke dalam 10 besar kasus kanker di Indonesia.
Data terkini yang bisa saya dapat adalah data kejadian kasus baru kanker dari Global Cancer Observatory (Globocan) yang diterbitkan tahun 2018. Di sana tertulis, ada sebanyak 4.940 kasus kanker pankreas di Indonesia dengan angka kematian menyentuh angka 4.812 jiwa.
Angka kasus baru kanker pankreas berada di urutan ke-17 dibandingkan jenis kanker lainnya. Sementara itu angka kematiannya, berada di urutan ke-12.
Jika menilik kembali pernyataan teman saya tadi, satu tahun disebut sebagai jangka harapan hidup penderita kanker pankreas. Sebenarnya, hal ini bisa tepat, bisa juga tidak. Kata “harapan” yang ada di dalamnya, mengandung makna sesungguhnya. Sebab sebuah harapan, bisa terkabul, bisa juga tidak.
Itu berarti, usaha untuk menyembuhkan atau memperpanjang angka harapan hidup kanker pankreas, perlu terus dilakukan. Angka harapan hidup penderita kanker pankreas pada satu tahun pertama setelah diagnosis adalah sebesar 20%. Lalu, dalam lima tahun, angkanya turun, menjadi hanya 7%.
Rendahnya angka harapan hidup pengidap penyakit ini, disebabkan oleh gejalanya yang tidak khas.Beberapa gejala yang mungkin muncul pada pengidap kanker pankreas antara lain:
Gejala-gejala di atas bisa saja menandakan penyakit lain yang lebih ringa, sehingga orang yang mengalaminya tidak memeriksakan diri secara seksama. Hal ini membuat kanker pankreas sulit terdeteksi di tahap awal. Sementara itu kanker yang baru terdeteksi saat stadium lanjut, akan mendatangkan progonosis atau kemungkinan keberhasilan perawatan yang buruk.
Belum lagi, kanker ini termasuk kanker yang bersifat agresif dan memilki kemampuan untuk metastasis atau menyebar ke organ-organ lain, yang jaraknya jauh dari pankreas.
Namun, angka harapan hidup dapat meningkat, apabila perawatan yang tepat seperti pengangkatan jaringan yang rusak, dilakukan. Setelah perawatan dijalankan, angka harapan hidup dalam lima tahun yang semula hanya 7%, naik menjadi 10%.
Angka tersebut juga bisa meningkat hingga 20% sampai 35%, jika tumor berhasil diangkat secara keseluruhan dan kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening. Sehingga, harapan untuk bisa sembuh serta memperpanjang harapan hidup, masih ada.
Perawatan untuk kanker pankreas bisa berbeda antar individu, tergantung dari stadium, kondisi kesehatan, serta pilihan pasien itu sendiri. Pilihannya antara lain adalah:
Ada beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan, untuk menyembuhkan kanker pankreas. Perbedaan jenis operasi ini, tergantung dari lokasi tumor. Operasi juga bisa dilakukan untuk mengangkat seluruh pankreas.
Terapi radiasi bekerja dengan cara menembakkan sinar berenergi tinggi yang terdiri dari sinar-X dan proton, untuk menghancurkan sel kanker. Radiasi biasanya diberikan sebelum atau sesudah operasi, dan seringkali dikombinasikan dengan kemoterapi.
Kemoterapi, sesuai namanya, menggunakan bahan kimia atau obat untuk menghancurkan sel kanker yang ada di tubuh. Obat tersebut dapat dikonsumsi dengan cara diminum, maupun disuntikkan ke pembuluh darah vena.
Penelitian terus dilakukan untuk menemukan metode paling efektif dalam menyembuhkan kanker. Metode-metode baru atau pengembangan perawatan yang sudah ada, akan diujicobakan terlebih dahulu kepada pasien yang sudah setuju untuk menjadi bagian dari penelitian.
Perawatan ini dilakukan di samping perawatan yang secara spesifik dijalankan untuk menghancurkan sel kanker. Perawatan ini bertujuan meredakan rasa sakit yang muncul serta gejala lain yang bisa muncul akibat kanker.
Tujuan utama perawatan kanker pankreas adalah untuk menghancurkan sel-sel kanker yang ada. Namun, saat hal tersebut tidak memungkinkan, perawatan tetap perlu dilakukan, untuk mencegah kanker menyebar lebih luas, agar kualitas hidup pengidapnya bisa meningkat.
Hingga saat ini, para ahli pun belum mengetahui penyebab pasti manusia bisa terkena kanker pankreas. Membedah penyebab kanker secara umum memang masih terus dilakukan, namun kebiasaan buruk dan penyakit bawaan seperti kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak sehat, obesitas, dan riwayat kanker telah banyak diketahui bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini.
Saya sendiri pernah melihat individu yang dianggap sehat, kemudian “tiba-tiba” didiagnosis memiliki kanker. Faktor risiko kanker tidak ia miliki, namun tetap saja penyakit ini menghampirinya.
Dalam buku “The Emperor of all Maladies: The Biography of Cancer” karya Siddharta Mukherjee, disebutkan bahwa di samping faktor-faktor yang berasal dari luar tubuh, penyebab kanker juga bisa berasal dari dalam tubuh kita.
Kanker seolah menjadi bahaya laten yang bisa muncul tiba-tiba karena penyebabnya, bisa berhubungan dengan gen yang secara normal, sudah ada di tubuh kita. Mukhreeje menyebutkan, ada dua jenis gen utama yang bisa memicu terbentuknya kanker. Kedua gen tersebut, bisa diibaratkan seperti tombol on dan off.
Proto-onkogen sebenarnya berguna untuk membantu pertumbuhan sel di tubuh. Namun, saat gen ini mengalami mutasi, sifat baiknya kemudian berganti menjadi jahat, dan terus tumbuh tak terkendali, sehingga mengakibatkan munculnya kanker.
Tumor suppressor gene pun sebenarnya adalah gen normal yang berfungsi untuk membantu memperlambat pembelahan sel, memperbaiki kerusakan DNA, atau mengatur proses apoptosis atau kematian sel yang terprogram.
Saat gen ini tidak bisa bekerja dengan baik, maka sel dapat tumbuh tak terkendali, dan memicu timbulnya kanker.
Itulah sebabnya, baik kanker pankreas maupun kanker lainnya, sudah ditemukan sejak ribuan tahun lalu, meski faktor risiko yang berasal dari luar tubuh, belum sebanyak saat ini. Hal ini juga yang membuat penyembuhan kanker sulit dilakukan, tanpa harus menghancurkan sel tubuh lain yang sehat.
Baca Juga
Bisakah kanker pankreas benar-benar dicegah 100%? Jawabannya tentu tidak. Faktor risiko seperti umur, gender, ras, dan riwayat keluarga bukanlah hal yang bisa diubah. Namun, kita bisa melakukan langkah-langkah tertentu untuk mengurangi risiko munculnya kanker pankreas.
Apapun penyakitnya, hidup sehat adalah kunci. Berolahragalah secara teratur, serta konsumsilah makanan yang sehat, agar obesitas, yang merupakan faktor risiko munculnya kanker pankreas, dapat dihindari. Berhenti merokok dan membatasi konsumsi alkohol juga perlu dilakukan.
Narasumber:
dr. Tjhang Supardjo, M. Surg, FCCS, Sp.B, FCSI, FInaCS, FICS
Dokter Spesialis Bedah
OMNI Hospitals Alam Sutera
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Makanan yang dibakar menyebabkan tingginya risiko kanker karena ada kandungan yang rusak saat prosesnya. Cobalah gunakan microwave untuk menurunkan risiko tersebut.
Gejala kanker serviks antara lain perdarahan di luar siklus menstruasi, keputihan yang tidak normal, nyeri di panggul, rasa lelah berlebihan, dan kaki bengkak.
Obat tradisional kanker payudara antara lain bawang putih, kunyit, teh hijau, dan pare. Sementara pengobatan medisnya radioterapi, operasi, kemoterapi, dan terapi hormon.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved