Terdapat empat klasifikasi hipertensi yang penting untuk diketahui, mulai dari prahipertensi, hipertensi tingkat 1 dan 2, hingga hipertensi krisis. Penting untuk memahami cara mencegah tekanan darah tinggi agar terhindar dari komplikasi yang mengancam nyawa.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
27 Apr 2023
Klasifikasi hipertensi terbagi menjadi empat, yaitu prahipertensi, hipertensi tingkat 1 dan 2, hingga hipertensi krisis.
Table of Content
Ketika datang ke rumah sakit untuk memeriksa tekanan darah, dokter atau perawat umumnya menggunakan panduan klasifikasi hipertensi untuk menentukan tingkatan tekanan darah Anda.
Advertisement
Klasifikasi hipertensi pun terbagi menjadi prahipertensi, hipertensi tingkat 1, hipertensi tingkat 2, sampai hipertensi krisis.
Untuk lebih jelasnya, simaklah penjelasan mengenai kategori hipertensi berikut ini.
Kategori hipertensi yang pertama adalah prehipertensi, yang ditandai dengan tekanan darah sistolik menyentuh angka 120-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg.
Prehipertensi adalah tanda peringatan bahwa seseorang berpotensi mengidap tekanan darah tinggi di kemudian hari.
Seseorang akan divonis menderita hipertensi tingkat 1 apabila tekanan darah sistoliknya berada di angka 130-139 mmHg dan diastoliknya menyentuh angka 80-89 mmHg secara konsisten.
Pada tingkatan hipertensi ini, dokter kemungkinan menganjurkan perubahan gaya hidup dan mempertimbangkan pemberian obat-obatan tekanan darah berdasarkan risiko penyakit kardiovaskuler aterosklerosis, seperti serangan jantung atau stroke.
Jenis hipertensi tingkat 2 adalah ketika tekanan darah berada di angka 160/100 mmHg atau lebih.
Klasifikasi hipertensi tingkat 2 umumnya dialami oleh orang lanjut usia (lansia) yang berisiko menderita gangguan kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
Hipertensi krisis adalah peningkatan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba dan parah.
Ciri-ciri darah tinggi pada klasifikasi hipertensi ini adalah pembacaan tekanan darah bisa mencapai 180/120 mmHg atau lebih.
Hipertensi krisis adalah keadaan darurat medis yang perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan serangan jantung, stroke, atau masalah lain yang mengancam nyawa.
Hipertensi krisis pun terbagi menjadi dua, yaitu hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi.
Berbeda dari penjelasan di atas, Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memiliki klasifikasi hipertensi yang lebih sederhana.
Klasifikasi hipertensi menurut WHO adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg atau lebih.
Perlu diwaspadai, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi hipertensi, seperti serangan jantung, stroke, hingga masalah ginjal.
Berikut adalah sejumlah faktor risiko hipertensi sebaiknya dihindari.
Pola makan tinggi garam (natrium) dan rendah kalium dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi.
Sebab, mengonsumsi telalu banyak natrium dapat meningkatkan tekanan darah. Sebagian besar natrium yang kita konsumsi umumnya berasal dari makanan olahan.
Selain itu, jarang mengonsumsi kalium juga dapat meningkatkan tekanan darah.
Beberapa makanan pantangan darah tinggi yang sebaiknya dihindari adalah gorengan, makanan cepat saji, makanan yang dikemas dalam kaleng, dibekukan atau diolah, hingga camilan yang diberikan tambahan garam.
Jika Anda jarang berolahraga atau tidak aktif secara fisik, maka risiko hipertensi bisa meningkat.
Rutin berolahraga dapat membantu jantung dan pembuluh darah untuk tetap kuat dan sehat sehingga tekanan darah dapat diturunkan.
Di sisi lain, melakukan aktivitas fisik secara rutin membantu Anda meraih berat badan ideal yang juga bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah.
Obesitas atau berat badan berlebih memaksa jantung untuk bekerja lebih keras dalam memompa darah dan oksigen ke seluruh tubuh.
Seiring berjalannya waktu, kondisi ini bisa menambah tekanan pada jantung dan pembuluh darah.
Konsumsi alkohol berlebihan bisa menjadi penyebab darah tinggi. Alasannya, alkohol dapat meningkatkan kadar hormon renin di dalam darah dan menyebabkan pembuluh darah menyempit.
Tak hanya itu, hormon renin juga menurunkan jumlah cairan yang dikeluarkan tubuh sebagai urine.
Ini merupakan beberapa alasan mengapa mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah. Terlebih lagi, nikotin yang terkandung dalam rokok bisa meningkatkan tekanan darah.
Sementara itu, menghirup karbon monoksida yang dihasilkan dari rokok tembakau pun bisa mengurangi jumlah oksigen yang bisa dibawa darah.
Berhenti merokok adalah salah satu cara menurunkan darah tinggi yang harus Anda lakukan.
Berikut adalah berbagai macam cara mencegah hipertensi secara alami yang bisa Anda lakukan.
Jangan ragu untuk datang ke dokter dan melakukan pengecekan tekanan darah. Jika Anda menderitanya, dokter dapat memberikan obat darah tinggi yang sesuai dengan kondisi Anda.
Punya pertanyaan lain seputar pengobatan hipertensi atau tekanan darah normal sesuai jenis kelamin dan usia? Anda bisa konsultasi langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Ditulis oleh Fadli Adzani
Referensi
Artikel Terkait
Stroke batang otak merupakan kondisi darurat medis bisa disebabkan oleh penyumbatan dan perdarahan di batang otak. Kondisi ini bisa dipicu oleh pola hidup tidak sehat.
16 Apr 2022
Donor darah dapat memberikan manfaat terhadap kesehatan mental dan fisik. Beberapa manfaat donor darah yang dapat dirasakan secara mental adalah dapat mengurangi stres dan perasaan negatif.
14 Jun 2021
Pescatarian adalah seseorang yang menjalankan pola makan vegetarian, tapi menambahkan ikan dan makanan laut lain ke dalam menu sehari-harinya. Alasannya adalah untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari ikan selain sayur dan buah.
17 Apr 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved