Self-efficacy adalah kepercayaan seseorang akan kemampuan diri sendiri dalam menuntaskan suatu hal dengan sukses. Artinya, ketika seorang individu memiliki efikasi diri yang tinggi, ia yakin bisa mengerjakan sesuatu dengan baik.
2023-03-29 10:15:09
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Self efficacy adalah keyakinan bahwa diri ini bisa menyelesaikan sesuatu dengan baik
Table of Content
Pernah dengar konsep self-efficacy? Ini adalah konsep soal kepercayaan diri untuk mencapai kesuksesan. Untuk bisa mewujudkan konsep ini, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan, mulai dari banyak berlatih, menyempatkan diri belajar dari orang lain, hingga menjaga motivasi diri. Berikut penjelasan lebih lanjutnya.
Advertisement
Self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk berhasil dalam situasi tertentu. Istilah self-efficacy, atau efikasi diri, pertama kali dicetuskan oleh psikolog Albert Bandura, seorang psikolog Kanada-Amerika sekaligus profesor di Universitas Stanford.
Bandura menggambarkan keyakinan ini sebagai penentu dari cara seseorang merasakan sesuatu serta berpikir dan berperilaku.
Efikasi diri adalah hal yang penting karena berperan dalam menentukan perasaan dan pandangan Anda terhadap diri sendiri. Efikasi diri lah yang akan merasa Anda sudah sukses mencapai tujuan dalam hidup atau belum.
Lebih lanjut Bandura menyatakan bahwa self-efficacy adalah bagian penting dari dari sistem diri (self-system) yang terdiri dari sikap, kemampuan, dan keterampilan kognitif seseorang. Sistem diri memiliki peran utama dalam menentukan cara kita memandang dan menanggapi situasi yang berbeda.
Self-efficacy berperan penting untuk kesehatan mental. Kondisi fisiologi seperti suasana hati dapat berpengaruh terhadap self-efficacy, begitu pula sebaliknya. Keyakinan bahwa diri sendiri bisa menuntaskan sesuatu akan berdampak pada kesehatan mental seseorang.
Keyakinan efikasi diri yang sehat akan membantu seseorang tidak mudah takluk kepada emosi negatif akibat kegagalan atau kekecewaan. Justru sebaliknya, orang dengan efikasi diri yang baik dapat bangkit dari kegagalan. Ada keyakinan bahwa saat gagal, itulah saatnya untuk bangkit lebih jauh.
Baca Juga: Pengertian Self Worth dan Cara Meningkatkannya
Contoh self-efficacy yang tinggi dapat ditemukan dari kehidupan sehari-hari dari orang-orang yang merasakan banyak keberhasilan. Misalnya saat memiliki prestasi yang baik di sekolah, tempat kerja, di bidang olahraga, bahkan dalam menjalin persahabatan serta menjalani kehidupan.
Contoh efikasi diri yang kuat meliputi:
Memiliki self-efficacy yang kuat dapat membantu Anda untuk tetap menjalankan berbagai hal yang perlu dilakukan untuk mencapai target yang Anda tetapkan dalam berbagai area kehidupan, termasuk meningkatkan kondisi kesehatan fisik dan mental Anda.
Baca Juga: Pengertian Teori Belajar Sosial, Konsep, dan Penerapannya
Self-efficacy adalah kemampuan menghasilkan dampak tertentu sehingga dapat mewujudkan sesuatu atau mencapai target. Terdapat 4 pilar yang dapat dikembangkan untuk mengembangkan efikasi diri seseorang, yaitu:
Pilar pertama yang disebut Bandura dalam teorinya adalah mastery experiences atau jam terbang. Tidak ada cara yang lebih baik untuk meyakini kemampuan seseorang selain memasang target, menghadapi seluruh tantangan, hingga pada akhirnya menikmati hasilnya.
Ketika seseorang telah berhasil melakukannya berulang kali, akan muncul keyakinan bahwa kegigihan ini pada akhirnya akan membuahkan hasil. Tentunya untuk bisa mencapai tahap ini, seseorang harus sudah kenyang bergelut dengan kegagalan.
Semakin terlatih menghadapi situasi yang tidak sesuai ekspektasi, mental akan semakin terasah. Tentunya, hal ini hanya akan berlaku jika seseorang menganggap kegagalan sebagai peluang untuk terus belajar.
Social modeling menjadi cara kedua membangun self-efficacy, yaitu melihat langsung bagaimana seseorang menunjukkan kompetensinya. Utamanya, kompetensi yang dimiliki orang sebayanya. Dengan demikian, dirinya bisa membayangkan dirinya melakukan hal yang sama.
Contoh sederhana ketika seseorang mendengar kabar temannya berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Di saat yang sama, akan terjadi social modeling sehingga yakin bahwa dirinya juga bisa mencapai hal yang sama.
Beruntungnya, pesatnya pertukaran informasi di internet membuat social modeling menjadi kian luas. Setiap orang – utamanya remaja – bisa melihat lebih banyak sosok kompeten dan potensial dengan usia yang tak jauh berbeda.
Hal ini akan menjadi efektif ketika seseorang memandang kesuksesan orang lain sebagai motivasi, bukannya pemicu rasa iri hati.
Persuasi positif tidaklah sia-sia karena dapat berpengaruh terhadap self-efficacy yang dimilikinya. Meski persuasi sosial ini tak seampuh jam terbang, namun persuasi – terutama dari orang yang dipercaya – akan membangun kompetensi untuk mencapai target.
Adanya persuasi dari orang yang dihormati akan membuka peluang untuk menjajal kompetensi tanpa membuat kewalahan. Tak hanya itu, persuasi ini juga dapat membuat seseorang mengesampingkan kekurangan mereka.
Tak hanya persuasi dari orang lain, positive self talk juga dapat memperkuat efikasi diri serta membuat performa lebih maksimal. Dalam sebuah studi, diketahui bahwa pemain tenis yang memotivasi dirinya sendiri lewat pep talk sebelum berlatih memiliki performa yang jauh lebih baik ketimbang yang tidak melakukannya.
Emosi, mood, dan kondisi fisik juga turut berpengaruh terhadap penilaian seseorang akan self-efficacy dirinya. Masih menurut Bandura, lebih sulit merasa percaya akan kemampuan jika mood sedang tidak baik atau ada hal yang dikhawatirkan.
Bahkan jika semakin parah, mood yang buruk dapat menghambat munculnya efikasi diri dan kemampuan mencapai target. Tak heran jika orang dengan mood tidak baik lebih mudah menyerah mencapai target dan enggan berusaha lebih jauh.
Tentu ini tak mudah mengingat mood swing bisa terjadi kapan saja. Perlu kemampuan untuk mengubah pemahaman negatif menjadi positif. Dengan demikian, rasa pesimis terhadap kemampuan mencapai target bisa jauh berkurang.
Cara kelima dalam membangun self-efficacy yaitu dengan membangun pengalaman imajiner (imaginal experience) atau visualisasi (visualization). Ini adalah seni memvisualisasikan diri Anda melakukan hal-hal dengan efektif sehingga bisa mencapai keberhasilan dalam situasi tertentu.
Singkatnya, Anda membayangkan tujuan yang ingin Anda capai sebagai sesuatu yang bisa diraih. Anda memvisualisasikan bahwa Anda seolah-olah sudah mendapatkan kesuksesan. Bayangkan bahwa Anda berapa pada posisi unggul dan mampu mencapai apa pun yang menjadi tujuan Anda.
Cara ini dapat meningkatkan efikasi diri dan kepercayaan diri untuk mencapai tujuan Anda tersebut.
Baca Juga: Tak Harus Ekspresif, Ini Cara Jadi Introvert yang Bahagia
Tak kalah penting, anggapan bahwa self-efficacy adalah hal yang egois tidaklah tepat. Justru ketika seseorang tidak memiliki efikasi diri yang cukup, ia justru kewalahan dan tidak bisa mengupayakan membantu orang lain.
Sementara orang dengan efikasi diri yang mencukupi memiliki kemampuan memenuhi keinginan dirinya dengan baik. Dengan demikian, mereka semakin piawai menolong orang lain karena sudah merasa puas dengan apa yang dicapainya.
Penasaran ingin tahu bagaimana manfaat efikasi diri terhadap kesehatan fisik? Anda bisa konsultasi langsung pada dokter lewat fitur Chat Dokter yang ada di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Sejak dulu pertanyaan mana yang lebih penting antara IQ vs EQ kerap menjadi perdebatan. Di satu sisi, kecerdasan intelektual dianggap sebagai aspek penting seseorang bisa berdaya guna dalam kehidupan. Di sisi lain, aspek emosional tak kalah penting utamanya mengingat manusia adalah makhluk sosial.
Seringkali kita menganggap berbohong lebih mudah dilakukan daripada jujur. Padahal manfaat kejujuran berpengaruh pada karakter diri. Berperilaku jujur akan membebaskan diri Anda dari sikap pura-pura dan kebohongan yang dapat merusak reputasi Anda.
Penyebab kesurupan dari sisi medis adalah dissosiative disorder. Ini merupakan gangguan kejiwaan yang membuat penderitanya mengalami “putus hubungan” dengan pikiran, memori, lingkungan sekitar, pergerakan, maupun identitas dirinya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved