Dalam dunia psikologi, ada istilah hurry sickness. Namun, ini bukan termasuk dalam gangguan kesehatan mental. Pesatnya perkembangan teknologi punya peran signifikan dalam fenomena satu ini. Pada dasarnya, hurry sickness ini adalah rasa menggebu-gebu untuk memanfaatkan setiap detik. Segalanya seakan ingin dituntaskan secepat mungkin
22 Okt 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Hurry sickness
Table of Content
Sedang dikejar tenggat waktu alias deadline dan jadi tergesa-gesa? Itu wajar. Terlambat datang ke kantor padahal ada meeting pagi? Itu pun manusiawi. Yang menjadi tidak wajar adalah ketika seseorang selalu tergesa-gesa di segala situasi.
Advertisement
Dalam dunia psikologi, ada istilah hurry sickness. Namun, ini bukan termasuk dalam gangguan kesehatan mental. Pesatnya perkembangan teknologi punya peran signifikan dalam fenomena satu ini.
Pada dasarnya, hurry sickness ini adalah rasa menggebu-gebu untuk memanfaatkan setiap detik. Segalanya seakan ingin dituntaskan secepat mungkin. Multitasking jadi jalan ninja untuk memenuhinya.
Terlepas dari puja dan puji seputar multitasking, sebenarnya ini adalah aktivitas yang luar biasa melelahkan. Jiwa dan raga harus bekerja ekstra keras membagi fokus agar semua pekerjaan bisa tuntas di waktu sesingkat mungkin.
Sayangnya, banyak orang terjebak dalam kebiasaan tergesa-gesa ini karena ada rasa bangga tersendiri saat berhasil menuntaskan banyak hal. Padahal, tergesa-gesa sama sekali bukan bentuk efisiensi.
Selain kebiasaan multitasking, penyebab lain terjadinya hurry sickness adalah perkembangan pesat teknologi. Dengan internet, ponsel pintar, dan laptop yang sudah jadi barang tak terpisahkan, lantas seorang karyawan dianggap wajar bisa mengerjakan banyak hal dalam waktu lebih cepat.
Padahal, belum tentu demikian.
Sekarang ketika sampai di bagian tengah artikel, mungkin Anda terpikir apakah jangan-jangan selama ini terjebak dalam fenomena tergesa-gesa? Kami akan membantu memetakan tanda-tandanya, seperti:
Hal-hal di atas tentu sangat melelahkan, meski mungkin tidak terlihat secara fisik. Pikiran terus-menerus bekerja keras mengukur segala sesuatunya detik per detik. Sangat wajar jika kemudian orang dengan hurry sickness ini kerap merasakan cemas berlebih.
Rasanya tidak ada jeda dalam 86.400 detik yang tersedia setiap harinya. Bagaikan diteror, itu pasti.
Jika Anda termasuk orang yang merasakan hal-hal di atas, ada baiknya mencoba menarik napas panjang dan mengambil jeda. Tidak ada yang mengejar Anda. Cobalah untuk tenang.
Sebab jika dibiarkan berlarut-larut, dampak dari selalu tergesa-gesa ini cukup signifikan, mulai dari:
Stres akan jadi tamu tak diundang yang ada dalam hidup orang tergesa-gesa. Sebab, ada begitu banyak hal yang perlu dikerjakan meski waktunya terbatas. Dengan demikian, selalu ada kekhawatiran apakah hal itu bisa tuntas sesuai tenggat waktunya.
Rasa cemas ini akan menuntut Anda terus bergerak, terus bekerja, dan terus memberikan tekanan pada berbagai hal seakan-akan darurat. Padahal, tidak semuanya demikian.
Pada akhirnya, dampaknya akan membuat Anda sulit berkonsentrasi. Pikiran akan melebar ke mana-mana. Konsekuensinya, sangat sering terjadi kesalahan. Bukannya tuntas dengan cepat, Anda justru perlu mengulangnya kembali dari awal.
Sayang sekali, selalu tergesa-gesa ini juga akan berdampak pada hubungan dengan orang lain. Mungkin pikiran Anda penuh dengan kalkulasi apa yang perlu dilakukan berikutnya, hingga akhirnya mudah tersulut saat anak lambat bergerak. Atau, mungkin mengabaikan apa yang disampaikan pasangan karena pikiran terlalu sibuk.
Tentu saja, keluarga, pasangan, atau teman akan dianggap sebagai yang tidak prioritas. Pekerjaan selalu dinomorsatukan. Perlahan tapi pasti, ini akan membuat kedekatan emosional dan fisik menjadi luntur.
Jangan heran pula apabila fenomena tergesa-gesa ini membuat seseorang lupa akan kebutuhan dirinya sendiri. Relaksasi atau bersantai yang pada dasarnya penting untuk kesehatan mental menjadi hal yang dianggap membuang waktu.
Lebih parahnya lagi, akan ada kecenderungan melupakan pentingnya banyak minum air putih, makan tepat waktu, berolahraga, dan menjaga siklus tidur.
Ketika sudah makin parah, akan terjadi masalah-masalah seperti sulit tidur, perubahan nafsu makan, lesu, sakit kepala, masalah pencernaan, dan tentu saja kekebalan tubuh menurun.
Bahkan, studi dari Feinberg School of Medicine, Chicago ini sempat meneliti 3.000 orang dewasa dengan golongan darah A yang cenderung tergesa-gesa. Ketika dilakukan pemantauan 15 tahun kemudian, ditemukan bahwa 15% di antara mereka mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Baca Juga
Jika Anda termasuk orang yang selalu tergesa-gesa, ingatlah bahwa pekerjaan akan selesai lebih efisien ketika pikiran tidak berpacu menghitung setiap detiknya. Cobalah melakukan aktivitas lebih perlahan tapi pasti. Strategi ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan yang justru menghabiskan waktu.
Mungkin, Anda perlu menyegarkan pikiran dengan berjalan di alam terbuka, berlatih mindful dengan memaksimalkan indra di waktu yang ada, serta prioritaskan relaksasi. Ini bukan membuang waktu, justru seharusnya dijadikan prioritas harian demi kesehatan mental.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar cara mulai merilekskan pikiran, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Mengenal diri sendiri perlu dilakukan agar Anda memiliki motivasi dalam menjalani hidup. Cara mengenal diri sendiri dapat dilakukan dengan menemukan nilai-nilai dalam diri, mencari tahu minat, hingga mencari tahu kekuatan Anda.
Attachment style atau gaya keterikatan seseorang bisa dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu secure, ambivalent atau anxious, avoidant, dan disorganized. Ini adalah hal yang memengaruhi cara seseorang dalam membentuk hubungan dengan orang lain.
Serotonin adalah senyawa kimiawi yang berperan dalam rasa bahagia. Rendahnya kadar serotonin dikaitkan dengan gangguan psikologis. Zat ini harus selalu seimbang.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved