Orang dengan depresi melankolis terus menerus merasa sedih. Kabar gembira pun tak bisa membuat moodnya membaik. Penyebabnya adalah karena otak....
3.65
(26)
19 Apr 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Seseorang dengan depresi melankolis merasa dirinya tak berguna
Table of Content
Depresi melankolis (melankolia) adalah bagian dari major depressive disorder atau MDD dengan ciri-ciri terus menerus merasa sedih, hampa, dan putus asa. Gejala depresi ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan pengidapnya, baik secara personal maupun hubungan dengan orang lain. Jika tidak ada langkah penanganan yang tepat, depresi melankolis dapat menumbuhkan pikiran untuk mengakhiri hidup.
Advertisement
Baca Juga
Gejala melankolia mirip dengan gejala umum depresi, tetapi biasanya lebih parah. Kebanyakan orang dengan melankoli tampak lebih lambat, dalam keseharian mereka. Gerakan, pikiran, dan ucapan mereka bisa sangat lambat. Namun, bisa juga sebaliknya dan justru dipercepat.
Orang-orang dengan jenis depresi melankolia biasanya juga menunjukkan kehilangan kesenangan di hampir semua aktivitas atau kurangnya reaksi terhadap rangsangan yang biasanya menyenangkan. Selain itu, diperlukan setidaknya 3 dari berikut ini:
Beberapa gejala depresi melankolis adalah:
Biasanya, gejala di atas terjadi pada orang yang juga menderita major depressive disorder. Untuk mengetahui kondisi seseorang, dokter akan bertanya detil tentang apa yang dirasakan di pagi hari, siklus tidur, bagaimana seseorang memandang harinya, atau perubahan rutinitas.
Selain itu, depresi melankolia biasanya menjadi semakin buruk dan konsisten terutama di pagi hari saat baru bangun. Bahkan, orang dengan depresi melankolis bisa melakukan aktivitas seperti berjalan kaki 2 jam lebih pagi dari waktu normal.
Melansir Med Scape, secara umum untuk didiagnosis dengan ciri-ciri melankolia, Anda harus memiliki setidaknya tiga dari gejala berikut:
Pada orang dengan depresi melankolis, moodnya tidak mudah membaik meskipun hanya sejenak.
Penyebab depresi umumnya adalah kejadian tertentu yang berdampak negatif pada diri seseorang, seperti trauma atau kehilangan. Begitu juga dengan depresi melankolia.
Beberapa hal yang bisa jadi memicu depresi adalah latar belakang keluarga, hormon, trauma masa lalu, atau zat kimia otak. Pada depresi melankolis, khususnya, satu hal yang membedakan adalah adanya faktor pemicu secara biologis.
Orang yang lebih rentan mengalami depresi melankolis di antaranya lansia, pasien rawat inap untuk periode lama, atau orang yang sulit membedakan antara kenyataan dan imajinasi.
Jika major depressive disorder (MDD) biasanya diatasi dengan obat antidepresan yang baru, orang dengan depresi melankolis biasanya lebih merespons pada pengobatan antidepresan lama, seperti tricyclic antidepressants atau MAOIs.
Dokter akan meresepkan dokter yang membantu pemecahan serotonin dan norepinephrine di otak, sehingga seseorang akan merasa senang dan moodnya membaik.
Selain pemberian obat, dokter juga akan menyarankan sesi terapi psikologis untuk berdikusi dengan pasien. Biasanya, metode ini harus dilakukan juga sebagai pendamping konsumsi obat agar lebih optimal.
Dalam terapi ini, pasien akan bertemu dengan terapis secara berkala untuk mendiskusikan gejala dan isu lain yang dialaminya. Beberapa hal yang menjadi topik dan perlu digali lebih dalam seperti:
Selain terapi individual, cara lain juga bisa berupa terapi kelompok dengan orang yang juga mengalami gejala serupa. Dengan cara ini, setiap dari mereka bisa saling berbagi dan mendengar satu sama lain.
Pada kasus melankolia yang lebih parah, electroconvulsive therapy (ECT) dapat dilakukan untuk meredakan gejala-gejalanya. Caranya adalah dengan menempelkan elektroda di kepala untuk mengirimkan impuls elektrik pada otak. Sensasi yang muncul seperti kejang namun sangat ringan.
ECT adalah perawatan yang aman dan efektif untuk masalah kesehatan mental, namun masih ada stigma yang menyertainya. Itulah mengapa ECT biasanya masih menjadi pilihan dan bukan pengobatan utama bagi orang dengan depresi melankolis.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Cabin fever adalah adalah penyakit yang muncul akibat terlalu lama "terisolasi" di dalam satu tempat, tanpa adanya hubungan dengan "dunia luar".
Bipolar tipe 2 adalah salah satu bentuk penyakit mental yang ditandai dengan episode hipomania dan depresi. Namun, penderita gangguan ini lebih sering mengalami episode depresi.
Menghindari konflik dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. Kebiasaan ini berpotensi mengakibatkan depresi serta meningkatkan risiko kematian dini.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Adhi Pasha Dwitama
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved