Ruptur uteri adalah komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin. Kondisi ini berisiko terjadi saat rahim ibu robek akibat operasi caesar yang pernah dilakukan sebelumnya.
24 Des 2019
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Proses persalinan tidak selalu berjalan dengan lancar
Table of Content
Proses persalinan yang lancar dan melahirkan bayi yang sehat adalah impian semua ibu hamil. Sayangnya, tidak semua persalinan dapat berjalan dengan lancar seperti yang diimpikan. Proses persalinan memiliki risiko komplikasi yang mungkin terjadi dan disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Salah satu komplikasi yang mungkin terjadi adalah ruptur uteri.
Advertisement
Ruptur uteri adalah kondisi di mana terjadinya robekan pada dinding rahim ibu hamil. Penyebab ruptur uteri dapat berasal dari berbagai faktor, bisa karena panggul yang terlalu sempit, tumor pada jalan lahir, letak janin yang melintang hingga bekas operasi caesar di rahim.
Menurut CDC, mumnya kondisi ini terjadi pada ibu hamil yang mencoba melahirkan normal dengan riwayat caesar sebelumnya ataupun pernah melakukan operasi rahim lainnya, seperti pengangkatan fibroid atau perbaikan rahim yang bermasalah.
Penyebab rahim robek ini terjadi karena selama persalinan normal, pergerakan bayi melalui jalan lahir memberi tekanan kuat pada rahim sehingga bisa menyebabkan rahim ibu robek. Namun, hal ini juga bisa terjadi sebelum waktu persalinan. Robekan tersebut seringkali timbul di sepanjang bekas luka caesar sebelumnya.
Baca juga: Penyebab Terjadinya Perdarahan Setelah Melahirkan Normal
Risiko ibu mengalami rahim robek memang meningkat jika pernah melakukan operasi caesar, terutama bila bekas operasi merupakan sayatan vertikal di bagian atas rahim. Oleh sebab itu, dokter cenderung menyarankan ibu hamil menghindari persalinan normal melalui vagina jika sebelumnya pernah melakukan operasi caesar.
Selain itu, faktor risiko ruptur uteri yang lain, di antaranya:
Menjelang kelahiran, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter terkait metode melahirkan apa yang aman untuk kandungan Anda, terutama dengan persalinan normal setelah caesar (VBAC). Pasalnya, metode melahirkan yang salah bisa saja menyebabkan komplikasi persalinan berbahaya yang tidak diinginkan.
Baca juga: Cephalopelvic Disproportion Atau CPD Adalah Komplikasi Saat Persalinan, Apa Itu?
Komplikasi ini sebenarnya jarang terjadi, terutama pada wanita yang belum pernah melakukan operasi caesar atau operasi rahim lainnya. Akan tetapi, rahim robek termasuk komplikasi serius yang bisa membahayakan ibu maupun janin.
Berikut tanda-tanda yang mungkin terjadi jika seseorang mengalami rahim robek:
Rahim yang robek tak hanya membuat ibu kehilangan banyak darah, namun juga dapat mengancam nyawa bayi.
Baca Juga
Rahim robek seringkali terjadi tiba-tiba dan sulit didiagnosis karena gejalanya tidak spesifik. Jika dokter mencurigai ibu mengalami kondisi ini, maka dokter akan mencari tanda-tanda gawat janin, seperti detak jantung yang lambat.
Semakin cepat penanganan, maka semakin besar pula peluang ibu dan bayi untuk bertahan hidup. Ketika ibu mengalami rahim robek, maka dokter harus bertindak cepat untuk mengeluarkan bayi. Sebab jika bayi tidak dikeluarkan dalam waktu 10-40 menit, maka bayi akan mati karena kekurangan oksigen.
Dalam mengatasi masalah ini, pembedahan diperlukan untuk mengeluarkan bayi dari tubuh ibu. Dokter pun akan meningkatkan peluang bayi untuk bertahan hidup dengan memberi perawatan kritis, seperti bantuan oksigen.
Baca juga: Komplikasi Perdarahan Post Partum, Penyebab Utama Kematian Ibu Setelah Melahirkan
Rahim ibu juga mungkin perlu diangkat untuk mengontrol pendarahan yang terjadi. Meski setelah melakukan prosedur ini, tentu saja ibu tidak dapat hamil kembali. Namun, jika pendarahan dapat dikendalikan dan kerusakan rahim tidak meluas, maka rahim akan diperbaiki.
Selain itu, transfusi darah pun diperlukan karena ibu telah kehilangan banyak darah. Antibiotik intravena juga mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi. Dalam masa pemulihan, Anda mungkin merasa lemah dan pusing sehingga harus banyak beristirahat; mengonsumsi makanan bergizi, terutama yang mengandung zat besi; dan minum banyak cairan.
Sedangkan, satu-satunya cara untuk mencegah ruptur uteri adalah dengan melakukan operasi caesar saat persalinan. Dokter akan menyarankan hal ini sebelum memasuki waktu persalinan, namun tentu dengan mempertimbangan kondisi Anda maupun janin.
Oleh sebab itu, periksakan kandungan secara rutin ke dokter dan pastikan ia mengetahui riwayat kesehatan Anda, terutama jika pernah melakukan operasi caesar atau operasi lain pada rahim. Hal ini dapat membantu dokter menentukan pilihan persalinan yang terbaik bagi kehamilan Anda.
Jika Anda ingin berkonsultasi langsung pada dokter, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Denyut nadi normal ibu hamil sebaiknya tidak melebihi 90 kali per menit. Bila terlalu lambat atau malah terlalu cepat, ibu hamil rentan mengalami komplikasi kesehatan tertentu.
Saat hendak operasi caesar BPJS, beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain surat rujukan dan kartu BPJS yang masih aktif. Besaran biaya yang ditanggung berbeda-beda, tergantung jenisnya.
Perdarahan antepartum umumnya terjadi setelah usia kehamilan 24 minggu hingga sebelum persalinan. Kelainan pada plasenta juga bisa jadi salah satu penyebabnya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved