Sindrom Munchausen adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan sering pura-pura sakit secara sengaja dan sering mengaku mengalami gejala-gejala penyakit tertentu. Pengidap kelainan ini berbohong dan mengaku sakit agar mendapat perhatian dari orang lain.
18 Mar 2022
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Sindrom Munchausen adalah suatu kondisi psikologis yang membuat seseorang sering pura-pura sakit
Table of Content
Biasanya, saat seseorang pura-pura sakit dan izin dari bekerja, kuliah atau sekolah, ada alasan yang mendorong perilaku ini seperti sedang ingin berlibur atau perlu mengerjakan sesuatu. Beberapa orang juga pura-pura sakit untuk mendapatkan keuntungan finansial dari asuransi. Namun jika alasan-alasan di atas bukanlah penyebab seseorang mengaku sakit padahal tidak, bisa jadi orang tersebut mengidap sindrom Munchausen.
Advertisement
Sindrom Munchausen adalah kelainan psikologis yang pengidapnya punya ciri khas sering pura-pura sakit atau menciptakan gejala-gejala palsu agar terlihat seperti sedang sakit dengan tujuan semata-mata untuk mencari perhatian atau ingin dikasihani.
Penderita Munchausen Syndrome sering kali menunjukkan tanda-tanda seperti, berbohong dengan berpura-pura mengalami gejala tertentu. Bahkan, untuk meyakinkan orang lain bahwa dirinya sedang sakit, penderita sindom ini bisa menyakiti diri sendiri atau sengaja memanipulasi hasil pemeriksaan.
Penyebab sindrom Munchausen belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengidap gangguan kejiwaan ini, seperti:
Ini adalah sindrom yang langka dan hingga kini sulit diketahui jumlah penderitanya. Pasalnya, orang yang sering sengaja pura-pura sakit tidak jarang sampai memalsukan identitas untuk bisa mendapatkan perawatan medis berkali-kali atau sengaja berpindah-pindah fasilitas kesehatan.
BACA JUGA: Sering Pura-pura Sakit untuk Menghindari Berbagai Hal Disebut Malingering
Tidak semua orang yang senang bersandiwara sakit pasti mengidap sindrom Munchausen. Untuk lebih jelasnya, mari simak pura-pura sakit seperti apa yang termasuk gejala sindrom ini.
Dokter maupun tenaga medis lain bisa saja tertipu oleh sandiwara penderita hingga akhirnya menyetujui permintaan mereka. Pasalnya, pengidap sindrom ini sangat manipulatif.
Umumnya, ketika kebohongannya terbongkar dan ketahuan oleh dokter atau pihak rumah sakit, penderita akan langsung angkat kaki. Setelah itu, mereka akan mencari rumah sakit lain untuk mengulangi tindakan yang sama.
Baca Juga
Sekalipun ingin sembuh, penderita sindrom Munchausen umumnya tidak bisa menahan diri untuk tidak berpura-pura. Mereka juga terkenal manipulatif dan suka berbohong.
Selain itu, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan gangguan mental tersebut. Namun dokter mungkin akan meresepkan obat antidepresan untuk mengurangi kecemasan maupun rasa khawatir berlebihan bila memang itu sumber dan penyebab munculnya kelainan mental ini.
Satu-satunya jalan untuk meredakan gejala sindrom Munchausen ialah dengan mengandalkan terapi dari psikiater maupun psikolog berlisensi. Meski tidak ada standar baku untuk pengobatan sindrom ini, terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy/CBT) terbukti efektif dalam membantu meringankan gejala pada penderita.
Untuk berdiskusi lebih jauh soal kebiasaan pura-pura sakit akibat sindrom Munchausen, Anda dapat berkonsultasi secara online dengan psikolog maupun psikiater lewat fitur Chat Dokter yang ada di aplikasi kesehatan SehatQ. Unduh gratis di App Store maupun Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Setiap Sobat Ambyar yang sedang sedih, pasti ingin mendengar lagu-lagu patah hati milik Didi Kempot sebagai pelipur lara. Ternyata, mendengar lagu patah hati memang ada manfaatnya terhadap kesehatan. Apa saja dampak positif itu?
Mungkin bagi sebagian besar orang, kucing adalah hewan menggemaskan. Namun untuk yang memiliki ailurophobia atau fobia kucing, justru sebaliknya. Berada di sekitar kucing atau sekadar memikirkannya saja bisa menimbulkan rasa panik dan cemas berlebih.
Gangguan kepribadian ganda saat ini dikenal gangguan identitas disosiatif (GID) dengan ciri salah satunya mengubah karakter diri.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved