Pubertas dini adalah kondisi perubahan tubuh anak menjadi pubertas pada usia yang lebih muda dibandingkan seharusnya dan bisa terjadi di bawah 10 tahun.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
2 Jun 2023
Perempuan bisa lebih berpotensi dibanding laki-laki.
Table of Content
Pubertas dini adalah kondisi pada saat tubuh anak berkembang dan berubah lebih cepat dibandingkan umurnya. Kondisi ini mungkin tergolong jarang terjadi, tetapi ada baiknya kamu tetap mencari tahu penyebab dan cara pencegahannya. Pasalnya, pubertas dini bisa mempengaruhi rasa percaya diri anak pada saat usia dewasa.
Advertisement
Namun, kamu tidak perlu khawatir berlebihan karena pubertas dini tetap bisa ditangani secara medis. Untuk memahami lebih lanjut, simak pengertian pubertas dini beserta penyebab, gejala, dan cara mengatasinya.
Secara umum, masa pubertas dimulai sekitar usia 8—14 tahun. Namun, sebagian anak bisa merasakan masa pubertas lebih cepat dengan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh tubuhnya. Biarpun begitu, anak laki-laki dan perempuan memiliki masa pubertas dini yang sedikit berbeda.
Pada anak laki-laki, pubertas dini bisa terjadi sebelum anak berusia 9 tahun. Namun, anak perempuan bisa lebih cepat lagi sebelum usia 8 tahun. Kondisi ini termasuk dalam sindrom pubertas atau pubertas dapat terjadi terlalu cepat.
Terdapat dua jenis pubertas dini atau pubertas prekoks, di antaranya:
Pubertas prekoks sentral adalah jenis pubertas dini yang lebih sering terjadi. Kondisi ini sebenarnya mirip seperti pubertas normal, tetapi terjadi lebih awal. Pada pubertas prekoks sentral, kelenjar pituitari mulai memproduksi hormon gonadotropin. Hormon ini kemudian menyebabkan testis atau ovarium memproduksi hormon lain, yaitu testosteron atau estrogen.
Tanda-tanda yang terjadi paling sering terlihat pada anak perempuan. Buah dada atau payudara anak perempuan tumbuh sebelum memasuki masa remajanya.
Pubertas prekoks perifer adalah jenis pubertas dini yang jarang terjadi. Pada kondisi ini, hormon estrogen dan testosteron memicu gejala-gejala pubertas. Bedanya, otak dan kelenjar pituitari tidak terlibat. Pubertas prekoks perifer umumnya disebabkan masalah pada ovarium, testis, kelenjar adrenal, atau kelenjar tiroid yang kurang aktif.
Pada banyak kasus, para ahli belum dapat menemukan penyebab pubertas dini, terutama pada perempuan. Terkadang, masalah ini disebabkan adanya masalah kesehatan.
Karena proses pubertas dimulai dari kelenjar pituitari di otak, penyebabnya disinyalir berkaitan dengan kesehatan otak. Pubertas dini juga dapat disebabkan tumor, cedera pada otak yang mengakibatkan perubahan hormon, atau peradangan otak yang mungkin disebabkan infeksi.
Di samping itu, berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pubertas dini.
Perempuan memiliki kemungkinan yang jauh lebih besar untuk mengalami pubertas sebelum masanya jika dibandingkan dengan laki-laki. Perbandingannya bahkan mencapai 10 kali lipat lebih besar.
Mutasi genetik dapat berpengaruh pada pelepasan sel hormon sehingga berpotensi memicu pubertas terlalu cepat. Dampaknya, pubertas prekoks dapat diturunkan dari orangtua kepada anak-anaknya.
Pubertas dini dianggap berpotensi untuk lebih sering terjadi pada beberapa ras tertentu. Masyarakat keturunan Afrika-Amerika memiliki kemungkinan lebih besar jika dibandingkan dengan ras lainnya.
Anak yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami pubertas sebelum masanya. Pada anak perempuan yang terlalu gemuk, risiko pubertas prekoks dinilai semakin meningkat.
Paparan hormon estrogen dan progesteron dari obat topikal atau zat lainnya dipercaya bisa meningkatkan risiko pubertas terlalu cepat.
Pengobatan radiasi di otak atau sumsum tulang belakang untuk tumor, leukemia, atau kondisi lain, dinilai mampu meningkatkan risiko anak mengalami pubertas sebelum masanya.
Baca juga: Ciri-Ciri Anak Alami Pubertas Terlambat
Berikut adalah sejumlah gejala yang dapat menandakan pubertas dini.
Salah satu pertanyaan yang kerap diajukan tentang masalah ini adalah: apa penyebab pubertas dini bagi pertumbuhan tinggi badan?
Dikutip dari Mayo Clinic, pubertas dini pada anak perempuan atau laki-laki juga bisa menyebabkan pertumbuhan tulang dan otot yang cepat, serta perubahan bentuk dan ukuran tubuh.
Pubertas dini dapat menyebabkan masalah fisik dan emosional pada penderitanya. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin dialami jika seorang anak mengalami pubertas dini.
Untuk mendiagnosis pubertas prekoks pada anak, dokter dapat mengulas riwayat medis dari anak dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik, dan menjalankan tes darah untuk menghitung kadar hormon. Selanjutnya, dokter bisa melakukan X-ray di bagian tangan dan pergelangan tangan anak untuk melihat usia dari tulangnya. Hasil X-ray ini dapat menjadi indikator apakah tulang anak tumbuh terlalu cepat atau tidak.
Kemudian, masih ada beberapa tes yang bisa dilakukan untuk mendeteksi pubertas yang dini, meliputi:
Dokter bisa merekomendasikan prosedur MRI di bagian otak bagi anak yang mengalami pubertas prekoks sentral, guna melihat apakah ada ketidaknormalan pada otak anak yang menyebabkan pubertas sebelum masanya.
Dokter mungkin akan melakukan tes tiroid untuk melihat gejala-gejala dari atau hipotiroidisme, seperti kelelahan, meningkatnya sensitivitas terhadap dingin, sembelit, kulit pucat dan kering, hingga penurunan performa di sekolah.
Anak tidak memerlukan perawatan khusus jika pubertas dini berlangsung lambat atau mendekati usia pubertas yang wajar. Meski begitu, kamu bisa berkonsultasi pada dokter mengenai pengobatan yang tepat untuk anak.
Dokter dapat memberikan obat untuk menghentikan produksi hormon luteinizing dan hormon perangsang folikel kelenjar hipofisis untuk memperlambat pubertas.
Jika anak memiliki kondisi medis tertentu yang memicu pubertas dini, pengobatan dilakukan untuk mengatasi kondisi yang mendasarinya. Hal ini bisa membantu menghentikan masa pubertas dini yang terjadi pada anak. Ditambah lagi, dokter juga dapat meresepkan obat-obatan untuk menghentikan produksi dini dari estrogen dan testosteron pada anak laki-laki maupun perempuan.
Beberapa faktor risiko dari pubertas dini, seperti jenis kelamin dan ras, tidak bisa dihindari. Namun, terdapat beberapa cara untuk mencegah pubertas dini pada anak.
Itu dia seluk-beluk yang perlu kamu ketahui tentang pubertas dini. Untuk tahu lebih banyak, kamu bisa konsultasi dengan dokter lewat aplikasi SehatQ. Kamu pun bisa sekaligus tebus resep langsung dari aplikasi. Mudah, bukan?
Advertisement
Ditulis oleh Ade Irawan
Referensi
Artikel Terkait
Selain muncul jerawat, masih ada ciri-ciri pubertas anak laki-laki yang penting untuk dikenali orangtua, mulai dari perubahan bentuk tubuh, munculnya bulu ketiak dan kemaluan, hingga membesarnya alat kelamin.
15 Mar 2021
Perkembangan fisik laki-laki dan perempuan pada masa pubertas tentunya berbeda-beda. Namun, masa pubertas umumnya terjadi pada usia 8-15 tahun dan berlangsung sepanjang empat tahun.
8 Agt 2023
Ciri-ciri pubertas pada remaja perempuan biasanya muncul di usia 11 tahun sementara anak laki-laki di usia 12 tahun. Jika ciri pubertas muncul sebelum 8 tahun untuk anak perempuan dan sebelum 9 tahun untuk anak laki-laki masa disebut pubertas dini.
11 Sep 2022
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. R Hakbar Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved