logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kesehatan Mental

Apa Itu Puber Kedua? Ini Ciri-ciri dan Cara Menghadapinya

open-summary

Puber kedua, yang sering juga disebut sebagai midlife crisis sebenarnya merupakan periode seseorang mempertanyakan hidup yang selama ini telah dijalaninya. Puber kedua biasanya terjadi pada usia 40-50 tahun.


close-summary

23 Jan 2023

| Nina Hertiwi Putri

Ditinjau oleh dr. Reni Utari

Puber kedua bisa terjadi pada pria maupun wanita

Puber kedua bisa terjadi pada pria maupun wanita

Table of Content

  • Apa itu puber kedua?
  • Ciri seseorang sedang mengalami puber kedua
  • Saat puber kedua berujung pada depresi
  • Cara menghadapi puber kedua

Istilah puber kedua biasanya identik untuk pria berusia 40-an yang tiba-tiba atau secara impulsif melakukan hal-hal yang dianggap “bandel” seperti selingkuh, membeli barang mahal yang tidak dibutuhkan, atau berhenti bekerja tanpa sebab yang jelas. Padahal sebenarnya, istilah puber kedua sendiri bukanlah istilah medis.

Advertisement

Kondisi ini sering juga disebut sebagai midlife crisis dan merupakan kumpulan gejala psikologis yang cukup kompleks. Bagi sebagian orang, puber kedua bisa jadi hal yang menyenangkan dan positif. Namun bagi sebagian lainnya, masa-masa ini bisa berujung pada depresi maupun gangguan mental lain.

Apa itu puber kedua?

Puber kedua memiliki arti yang sangat berbeda dari pubertas atau “puber pertama”. Jika pada masa pubertas kebanyakan perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh hormon, pada puber kedua, semua lebih merujuk pada kondisi psikologis.

Meski begitu, puber kedua bukanlah istilah medis dan tidak bisa dijadikan sebagai suatu diagnosis. Istilah ini hanya digunakan untuk merangkum krisis yang banyak terjadi pada orang-orang usia 40-50 tahun. Selain itu, tidak hanya pria yang bisa merasakan puber kedua. Wanita pun dapat mengalami hal yang sama.

Di usia-usia tersebut, banyak orang mengalami krisis psikologis dalam dirinya karena mereka telah atau akan mengalami hal-hal signifikan yang mengubah kehidupan. Contoh perubahan signifikan yang terjadi pada usia tersebut antara lain:

  • Anak-anak yang sudah memasuki usia lebih dewasa, seperti mulai masuk kuliah dan harus merantau meninggalkan rumah
  • Ulang tahun yang artinya tak lagi terasa seperti saat berusia 20-an atau 30-an
  • Orangtua maupun orang-orang terdekat satu per satu meninggal dunia

Selain itu, saat memasuki usia 40 tahun atau usia paruh baya seperti 50 tahun, seseorang cenderung mulai banyak mempertanyakan pencapaiannya selama ini. Pada masa-masa tersebut, tingkat kebahagian pun dianggap mencapai titik terendah, sebelum kemudian kembali naik saat memasuki usia lansia.

Jika diibaratkan, grafik kebahagiaan manusia itu berbentuk seperti huruf U, dengan usia 40-50 tahun berada di titik terendahnya. Hal ini juga disebut yang menjadi salah satu faktor penyebab orang di usia-usia tersebut mengalami suatu krisis dan berlanjut membuat mereka mencari berbagai cara untuk tetap merasa relevan dan bahagia.

Baca Juga: Penyebab Demensia Dini yang Membuat Pikun di Usia Muda

Ciri seseorang sedang mengalami puber kedua

Lalu, bagaimana ciri seseorang sedang masuk fase puber kedua? Pada wanita dan pria, ternyata cirinya bisa berbeda, seperti di bawah ini.

1. Puber kedua pada pria

Stereotip yang berkembang soal puber kedua pada pria adalah pria menjadi lebih centil atau bandel saat sedang masuk fase ini. Bagi sebagian orang, hal ini memang bisa terjadi. Namun, tidak semua pria menunjukkan ciri yang sama.

Bagi pria, usia 40-50 tahun adalah usia pembuktian kesuksesan. Mereka ingin terlihat sukses, meskipun pencapaian yang sebenarnya mereka peroleh masih kurang dari yang dulu dibayangkan.

Untuk menunjukkan pencapaian itulah, setiap orang bisa melakukan tindakan yang berbeda. Sebagian menunjukkannya dengan membeli mobil baru, sebagian lagi dengan berdkamun atau bergaya lebih kekinian, dan sebagian lagi bisa saja tidak menunjukkan perubahan apapun.

2. Puber kedua pada wanita

Sementara itu pada wanita, puber kedua adalah masa mereka mempertanyakan tujuan hidupnya kedepan. Usia ini adalah umur saat anak sudah beranjak dewasa dan mulai meninggalkan rumah, atau tidak lagi banyak berinteraksi dengan orangtuanya. Bagi beberapa ibu, ini bisa menimbulkan pertanyaan, “Lalu, apa yang selanjutnya harus saya lakukan?”.

Di sisi lain, ada juga wanita yang merasa karir mereka tidak lagi bisa berkembang. Ini membuat mereka jadi malas datang reuni, serta memiliki kekhawatiran tersendiri akan kondisi finansial.

Selain ciri di atas, puber kedua juga bisa memicu satu hal yang sama pada pria maupun wanita, yaitu munculnya rasa penasaran yang tinggi. Di usia ini, mereka menjadi lebih penasaran akan dirinya sendiri maupun dunia di sekitarnya.

Jika dikelola dengan baik, rasa penasaran ini bisa berubah menjadi karya atau kreativitas. Selain itu, dengan menjalani hal-hal yang membuat rasa penasaran membuncah, mereka bisa saja mendapatkan kesempatan baru yang menguntungkan dan menyenangkan untuk kehidupannya kelak.

Baca Juga: Dampak Hidup Tanpa Anak atau Child Free untuk Kesehatan

Saat puber kedua berujung pada depresi

Tidak semua orang bisa melewati usia paruh baya dengan baik. Ketika kebahagiaan berada pada titik terendah, manusia cenderung mempertanyakan pilihan hidupnya. Ujung-ujungnya, akan muncul rasa penyesalan mengenai karier, bahkan soal cinta dan pasangan.

Jika dibiarkan menumpuk dan tak teratasi, kondisi ini bisa berujung pada depresi. Ini tandanya jika puber kedua justru berujung pada gangguan mental.

  • Jadi tidak nafsu makan atau nafsu makan justru bertambah drastis
  • Sulit tidur atau justru terlalu banyak tidur, hingga tubuh terasa lelah dan lemas
  • Merasa pesimistis dan tak punya harapan hidup
  • Sering merasa tidak tenang, cemas, mudah sedih, dan mudah tersinggung
  • Merasa bersalah dan tidak berharga
  • Tidak lagi bisa merasa senang melakukan hal-hal yang membahagiakan, seperti hobi
  • Terpikir untuk bunuh diri atau bahkan pernah mencoba bunuh diri
  • Tubuh terasa sakit, pusing, sakit perut, dan tidak kunjung sembuh meski sudah diobati

Cara menghadapi puber kedua

Menghadapi puber kedua bukan hal yang mudah tetapi tidak harus selalu menyusahkan. Ini bisa dijadikan masa pembelajaran untuk menjadi lebih kuat dan bahagia.

Beberapa tips cara menghadapi puber kedua yang dapat coba dilakukan:

1. Identifikasi apa yang sedang terjadi

Mengakui bahwa kamu sedang mengalami puber kedua mungkin terdengar sederhana tetapi sangat penting. Melakukan penyangkalan dapat membuat masalah tidak bisa diselesaikan atau dicarikan jalan keluar.

Akui hal-hal yang sedang terjadi dan kamu rasakan. Terima kondisi tersebut dan kemudian renungkanlah langkah yang selanjutnya perlu dilakukan untuk menghadapi hal ini dengan kepala dingin.

2. Fokus pada saat ini

Jangan terlalu larut merenungkan kejadian di masa lalu atau terobsesi dengan kemungkinan di masa depan. Fokuslah pada hari ini dan pencapaian yang telah dimiliki, sekecil apa pun itu.

Semakin kamu fokus pada saat ini dan mensyukuri keadaan, maka semakin banyak kedamaian dan ketenangan yang kamu peroleh. Ini bisa membantu kamu melalui krisis paruh baya dengan sikap lebih positif.

3. Beri jeda selama 72 jam

Puber kedua dapat membuat seseorang menjadi lebih impulsif dalam memutuskan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu, renungkan sejenak setiap keputusan kamu.

Cara sederhananya, setiap kamu menginginkan sesuatu, beri jeda waktu 72 jam sebelum membelinya. Jeda waktu ini akan memberikan kesempatan kamu untuk berpikir ulang, melihat hal tersebut memang sesuatu yang perlu dilakukan atau hanya dorongan rasa penasaran dan keinginan membuktikan diri saja.

Kamu juga perlu merenung tentang konsekuensi dari tindakan yang akan kamu lakukan. Apakah akan membawa perubahan positif atau justru konsekuensi negatif seperti rasa malu, menyesal, atau rusaknya hubungan.

4. Menjaga kesehatan fisik

Merawat tubuh sama bermanfaatnya dengan merawat pikiran. Untuk menghadapi masalah puber kedua, kamu dapat mengatasinya dengan melibatkan diri dalam aktivitas fisik atau hobi olahraga kesukaan kamu.

Selain itu, menjaga kesehatan fisik di usia paruh baya juga dapat dilakukan dengan:

  • Konsumsi makanan bergizi seimbang
  • Tidur dan bangun secara teratur agar tubuh cukup beristirahat dan memiliki waktu untuk pulih.
  • Berendam air hangat untuk relaksasi dan memanjakan diri

5. Merawat kesehatan mental

Merawat diri secara mental bisa dilakukan dengan bersikap welas asih kepada diri sendiri. Jika kamu merasa stres, berpikiran negatif atau mengalami kecemasan, maka lakukan hal-hal yang dapat mengembalian kestabilan emosi kamu. Misalnya dengan menjalani hobi yang menyenangkan, relaksasi, meditasi, atau berinteraksi dengan orang-orang yang kamu kasihi,

6. Kurangi penggunaan media sosial

Sebagian orang dapat dengan mudah terpengaruh oleh yang dilihatnya di media sosial. Melihat kehidupan orang lain yang terlihat lebih sukses dan bahagia dapat mengakibatkan kamu membandingkan hidup dengan orang lain dan bahkan merasa tidak mau kalah.

Jika kamu termasuk yang mudah terpengaruh, sebaiknya pertimbangkan untuk mengurangi atau berhenti sejenak menggunakan media sosial untuk sementara waktu.

7. Melakukan sesuatu yang berbeda

Rasa penasaran dan keinginan bertualang yang muncul di usia paruh baya tidak selalu berarti hal yang buruk. Ini juga bisa menjadi hal positif jika kamu dapat menyalurkannya dengan tepat.

Pikirkanlah hal postif yang sudah lama ingin kamu coba tetapi masih selalu tertunda. Misalnya ingin naik pesawat, berkunjung ke kampung halaman orangtua, belajar keahlian baru atau mencari pengalaman yang sebelumnya sulit diwujudkan.

Baca Juga

  • Memahami Arti Open Relationship Dalam Hubungan Percintaan
  • Bisa Dicoba, Ini 5 Strategi Mengambil Keputusan Dalam Aktivitas Keseharian
  • 8 Cara Membuat Suami Bahagia selama Menjalani Pernikahan

Jika kamu atau ada orang di sekitar yang mengalami gejala di atas, sebaiknya segera mencari bantuan profesional. Berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater bisa menjadi langkah yang membantu kamu melewati masa sulit ini.
Selain itu, bicarakanlah masalah kamu kepada orang-orang terdekat dan jangan memendamnya sendiri. Dengan begitu, beban kamu akan terasa sedikit lebih ringan.

Advertisement

depresi pada lansiamempertahankan pernikahanmenjalin hubungan

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved