Psikoterapi adalah metode terapi yang bertujuan membantu pasien dalam mempelajari cara-cara yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah atau kesulitan dalam hidup.
4.09
(11)
20 Mar 2020
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Pasien bisa bercerita sebebasnya dengan terapis
Table of Content
Psikoterapi telah lama digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi berbagai gangguan mental dan masalah emosional.
Advertisement
Sebagian orang memilih terapi psikologis untuk mengatasi masalah gangguan mental yang berkepanjangan, misalnya depresi. Sementara sebagian orang lainnya memanfaatkan terapi untuk membantunya dalam melewati masalah jangka pendek yang sulit. Misalnya, perceraian, masalah pekerjaan, atau peristiwa kematian.
Psikoterapi adalah metode terapi yang bertujuan membantu pasien dalam mempelajari cara-cara yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah atau kesulitan dalam hidup.
Dalam sesi terapi, pasien akan diminta untuk membuka diri dan menceritakan tentang keluhan yang dialami. Ini dilakukan oleh psikolog untuk menggali informasi mengenai pasien. Selanjutnya, psikolog akan membimbing pasien untuk belajar mengenali perasaan, pola pikir, dan perilaku yang menjadi sumber masalah. Dengan ini, pasien nantinya dapat lebih siap untuk menghadapi serta mengatasi situasi yang sulit.
Durasi proses psikoterapi bergantung pada kedalaman masalah pasien. Jika masalah memang bisa diselesaikan dengan segera, pasien hanya perlu menjalani beberapa sesi terapi.
Sementara untuk masalah yang lebih kompleks, pasien bisa saja membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Biasanya, psikoterapi berfokus pada pemecahan masalah dan tujuan akhir tertentu yang ingin dicapai. Psikolog akan membagi masalah pasien menjadi serangkaian langkah yang perlu diterapkan, guna membantu pasien dalam mengatasi kesulitannya secara aktif.
Psikoterapi dapat bermanfaat untuk menangani masalah pada orang yang mengalami gangguan mental. Contohnya, depresi, gangguan kecemasan, gangguan makan, kecanduan alkohol atau obat-obatan, dan lainnya. Namun bukan berarti orang yang tidak memiliki gangguan mental tidak boleh melakukan psikoterapi.
Psikoterapi bisa menjadi pilihan bagi siapa saja yang tengah menghadapi masalah atau kesulitan dalam hidup, dan merasa memerlukan bantuan profesional untuk mengatasinya. Misalnya saja, pada orang yang sedang mengalami hal-hal berikut ini:
Baca Juga
Psikoterapi akan efektif apabila pasien menyadari kondisinya dan memiliki keinginan besar untuk berubah. Hasil dan tujuan yang ingin dicapai pun akan lebih mudah terwujud, dibanding jika pasien ‘terpaksa’ menjalani psikoterapi.
Menurut sejumlah penelitian, sekitar 75 persen orang yang menjalani psikoterapi bisa merasakan perbaikan dari kondisi sebelumnya. Mereka dapat menjalani hidup sehari-hari dengan lebih baik. Emosi dan perilaku mereka juga berkembang menjadi lebih positif.
Beberapa pasien yang mengikuti psikoterapi merasakan bahwa metode ini lebih efektif jika digabungkan dengan perawatan lainnya. Contohnya, dengan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter.
Para pakar menemukan bahwa pada terjadi perubahan dalam otak orang-orang dengan gangguan mental yang mengikuti psikoterapi. Perubahan otak yang dihasilkan dari psikoterapi mirip dengan perubahan yang dihasilkan dari konsumsi obat-obatan.
Terdapat banyak jenis psikoterapi dengan pendekatannya masing-masing. Psikolog akan memilih jenis psikoterapi yang paling cocok dengan melihat kondisi medis atau masalah pasien.
Beberapa jenis psikoterapi yang bisa dilakukan meliputi:
Terapi perilaku kognitif (cognitive behaviour therapy/CBT) akan membantu Anda untuk mengevaluasi dan mengubah pola pikir serta perilaku, dari negatif menjadi positif.
Terapi ini dapat digunakan dalam mengatasi berbagai gangguan mental. Mulai dari depresi, gangguan kecemasan, trauma, hingga gangguan makan.
Ini adalah jenis terapi yang bersifat jangka pendek. Tujuannya agar pasien dapat menjalin hubungan dengan orang lain secara lebih sehat.
Masalah-masalah yang dapat dibantu dengan terapi ini meliputi rasa duka berkepanjangan, konflik dengan pasangan, atau kesulitan dalam menghadapi perubahan.
Terapi perilaku dialektis biasanya digunakan untuk menangani orang-orang yang memiliki kecenderungan bunuh diri, gangguan kepribadian ambang, post-traumatic stress disorder (PTSD), dan gangguan makan.
Terapi perilaku dialektis merupakan bagian dari terapi perilaku kognitif, yang akan menuntun pasien dalam mengelola emosi serta mendorongnya menjadi lebih positif. Terapi ini bisa dilakukan bersama satu orang psikolog atau lebih.
Terapi psikodinamik berangkat dari gagasan bahwa perilaku seseorang di masa kini dipengaruhi oleh pengalaman masa kanak-kanaknya serta pikiran atau perasaan negatif yang barangkali tidak disadari.
Psikolog akan menekankan dua hal pada pasien, yakni bagaimana cara meningkatkan kesadaran diri dan mengubah pola pikir yang negatif.
Pada terapi suportif, psikolog akan membantu pasien dalam mengatasi tekanan emosional dan masalah hidup. Psikolog akan menghibur, menasihati, meyakinkan, dan mendengarkan pasien.
Terapi ini sering direkomendasikan bagi orang-orang yang tengah mengalami penyakit kronis. Pasalnya, penyakit ini umumnya akan memengaruhi kesehatan mental pasien.
Psikoterapi membutuhkan kerja sama yang baik antara psikolog dan pasien. Jika Anda memutuskan untuk menjalaninya, berusahalah untuk datang tepat waktu, terbuka, dan menerapkan langkah-langkah yang telah disepakati dengan psikolog.
Dengan begitu, Anda bisa memecahkan masalah secara lebih efektif serta mencapai tujuan yang Anda inginkan dari psikoterapi yang Anda jalani. Selain itu, dukungan dari anggota keluarga dan orang terdekat juga sangat diperlukan.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Megalophobia adalah rasa takut berlebihan akan objek besar. Penderitanya akan merasa gugup ketika berhadapan dengan gedung tinggi, patung besar, hingga hewan bertubuh besar.
Menyimpan dendam dapat mendatangkan berbagai masalah kesehatan. Berikut cara menghilangkan dendam terhadap orang lain untuk hidup yang lebih bahagia.
Mirip dengan kesulitan yang dihadapi perempuan penyintas kekerasan, melupakan pengalaman buruk juga bukan perkara mudah. Tapi tenang, Anda tidak sendiri. Bagi sebagian orang, hal ini bisa berakhir dengan sendirinya. Namun akan lain halnya bagi mereka yang memiliki gangguan kecemasan sosial.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Aisyah Nur Ramadhani
Dijawab oleh dr. Lidya Hapsari
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved