logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kehamilan

Pregnancy Denial Syndrome, Kondisi yang Meningkatkan Risiko Pembunuhan Bayi Baru Lahir

open-summary

Pregnancy denial syndrome adalah istilah yang mengacu pada kondisi saat seorang wanita menyangkal bahwa dia hamil. Kondisi ini bisa terjadi karena masalah mental maupun fisik dan dapat meningkatkan risiko kematian bayi karena tidak diinginkan oleh sang ibu.


close-summary

7 Sep 2022

| Nenti Resna

Ditinjau oleh dr. Reni Utari

Perempuan mengalami pregnancy denial syndrome

Pregnancy denial syndrome adalah kondisi ketika ibu menolak mengakui dirinya hamil

Table of Content

  • Apa itu pregnancy denial syndrome?
  • Penyebab pregnancy denial syndrome
  • Penanganan pregnancy denial syndrome

Pregnancy denial syndrome atau penyangkalan kehamilan dapat terjadi saat kehamilan bukan hal yang diharapkan oleh seorang wanita. Ini adalah kondisi yang memerlukan perhatian khusus karena dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan, termasuk meningkatkan tekanan psikologis pada ibu, terjadinya persalinan tanpa bantuan, dan pembunuhan bayi baru lahir (neonatasida).

Advertisement

Pregnancy denial syndrome ditemukan pada 1 dari 475 wanita pada usia kehamilan 20 minggu, namun proporsi kasus yang bertahan sampai kelahiran adalah sekitar 1 dari 2500. Jika dilihat dari angka, kejadian ini tidak terlalu langka dan bahkan serupa jumlahnya dengan kejadian eklampsia.

Apa itu pregnancy denial syndrome?

Pregnancy denial syndrome adalah istilah yang mengacu pada kondisi saat seorang wanita menyangkal bahwa dirinya hamil. Kondisi ini dapat terjadi dalam bentuk psikotik atau non-psikotik. Wanita yang mengalami pregnancy denial syndrome dapat menunjukkan kategori kondisi yang berbeda.

Wanita dengan pregnancy denial syndrome dalam bentuk psikotik dapat memiliki gangguan mental jangka panjang yang berlanjut sepanjang kehamilan. Mereka mungkin ragu-ragu antara penerimaan secara terbuka atau penolakan kuat di dalam dirinya terhadap kehamilan yang terjadi.

Saat melakukan penyangkalan, mereka menolak untuk mengakui bahwa gejala yang mereka alami berhubungan dengan kehamilan. Hal ini mungkin terjadi karena sebelumnya pernah kehilangan anak atau mungkin takut akan kehilangan anak yang sekarang.

Dalam kasus penolakan non-psikotik, ada tiga jenis pregnancy denial syndrome yang dapat terjadi, meliputi:

  • Penyangkalan pervasive: wanita tersebut sama sekali tidak memikirkan mengenai kemungkinan hamil (36%).
  • Penyangkalan afektif: wanita tersebut menyadari kehamilannya, tetapi tidak mengurus dirinya sendiri dan janinnya selama kehamilan (52%).
  • Penyangkalan persisten: melakukan penyangkalan saat menyadari kehamilan pada trimester ketiga namun tetap tidak melakukan perawatan ibu dan janin selama masa kehamilan (11%).

Sebelumnya terdapat kesan bahwa pregnancy denial syndrome cenderung dialami seorang wanita yang berusia muda, mengalami kehamilan pertama, memiliki kesulitan belajar dan dukungan sosial atau keluarga yang buruk, serta memiliki riwayat penyalahgunaan zat terlarang atau gangguan kejiwaan.

Namun saat ini sebagian besar wanita dengan pregnancy denial syndrome berusia awal hingga pertengahan 20-an, sudah pernah melahirkan sebelumnya, dan memiliki dukungan sosial yang baik.

Banyak dari mereka merupakan mahasiswa atau pekerja, dan hanya sebagian kecil yang mengalami penurunan kecerdasan, penyalahgunaan zat, gangguan mood, atau memiliki penyakit psikiatri.

Tampaknya stres eksternal dan konflik psikologis tentang kehamilan dapat menyebabkan wanita mengalami pregnancy denial syndrome. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini wanita dengan pregnancy denial syndrome adalah kelompok yang heterogen, tanpa karakteristik identifikasi yang jelas.

Baca Juga: Mengenal Cryptic Pregnancy, Kehamilan yang Tidak Disadari

Penyebab pregnancy denial syndrome

Pregnancy denial syndrome diduga terjadi akibat kegagalan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kehamilan. Ada beberapa faktor psikologis yang dianggap bisa memicu seseorang sulit menerima kehamilan, di antaranya adalah:

  • Kesulitan beradaptasi dengan perubahan kebutuhan dan tuntutan fisik selama kehamilan
  • Tidak menginginkan perubahan bentuk fisik
  • Tidak siap untuk melahirkan dan merawat bayi
  • Kegagalan mengembangkan ikatan awal dengan janin
  • Kehamilan merupakan akibat perkosaan atau sebab traumatik lain, sehingga ibu tidak mengakui bahwa dirinya hamil karena trauma akan peristiwa tersebut.

Faktor psikologis tersebut bisa didukung oleh faktor fisik yang membuat seseorang tidak menyadari atau lebih mudah menyangkan kehamilan yang dialaminya termasuk:

  • Tidak adanya gejala kehamilan, seperti morning sickness, atau gejala muncul dengan cara tidak terduga.
  • Ibu telah mengambil tes kehamilan yang memberikan hasil negatif yang palsu.
  • Ibu memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur sehingga tidak memikirkan kemungkinan hamil meskipun sudah tidak mengalami menstruasi selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan.
  • Ibu mengalami obesitas sehingga tidak menyadari berat atau tekanan tambahan yang mungkin dia rasakan.
  • Ibu adalah seorang atlet yang berlatih cukup keras sehingga kehamilan dini tidak terlihat secara fisik.

Baca Juga: Mengenal Gejala Depresi pada Ibu Hamil

Penanganan pregnancy denial syndrome

Penanganan pregnancy denial syndrome harus dilakukan dengan perawatan multidisiplin yang menggabungkan perawatan psikiatri (kejiwaan) dan obstetri (kehamilan dan persalinan).

Penolakan kehamilan menjadi tanda bahwa ibu perlu segera dievaluasi oleh psikiater, mengingat tingginya risiko terjadi pembunuhan bayi baru lahir (neonatal) jika sang Ibu tidak menginginkan anak tersebut.

Perawatan yang akan diberikan psikiater mungkin termasuk pemberian obat-obatan sesuai kondisi kejiwaannya dan psikoterapi suportif. Perawatan yang dilakukan akan fokus untuk membuka diri ibu secara perlahan sehingga ia mengakui konflik batin yang dialami.

Dengan perawatan yang tepat, Ibu juga bisa mendapatkan dukungan tambahan yang diperlukan.

Ibu yang merasa belum siap hamil karena tidak memiliki keterampilan mengurus anak, misalnya, bisa diberikan pelatihan keterampilan pengasuhan anak. Hal yang sama juga bisa dilakukan oleh pasangan ataupun keluarga yang akan membantu dan menjadi sistem pendukung ibu hamil.

Wanita dengan pregnancy denial syndrome harus diperiksa secara teratur oleh dokter kandungan dan psikiater, agar rencana perawatan untuk mendukungnya selama dan setelah melahirkan dapat dilakukan. Di samping itu, setiap kehamilan berikutnya juga harus diobservasi sejak tahap awal.

Baca Juga

  • Lakukan 7 Hal Ini untuk Mengatasi Badan Pegal Saat Hamil
  • Kenali Tanda-Tanda KB Implan Berhasil dan saat Tidak Cocok untuk Tubuh
  • Ingin Miliki Anak Kembar Seperti Beyonce? Ikuti 7 Tips Berikut Ini

Jika Anda masih memiliki pertanyaan seputar pregnancy denial syndrome maupun kondisi kehamilan lainnya, konsultasikan langsung dengan dokter kandungan lewat fitur Chat Dokter yang ada di aplikasi SehatQ. Unduh gratis di App Store dan Google Play.

Advertisement

kehamilanmasalah kehamilanibu hamil

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved