Penyebab hujan asam yang paling utama adalah aktivitas industri bahan bakar fosil. Untuk mencegah terjadinya hujan asam, sebaiknya Anda mulai beralih ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
3 Mei 2023
Hujan asam biasanya terjadi pada daerah-daerah dengan tingkat polusi tinggi seperti area pabrik atau industri
Table of Content
Sejak dulu, hujan asam menjadi teka teki bagi kehidupan umat manusia. Hingga kini, penelitian tentang penyebab hujan asam masih berlangsung. Bahkan, hujan asam yang ada kaitannya dengan isu perubahan iklim bisa menjadi isu bilateral antarnegara, seperti yang terjadi antara Kanada dan Amerika Serikat.
Advertisement
Isu bilateral ini bahkan membuat Kanada membentuk Canadian Coalition on Acid Rain. Hasilnya, ditemukan bahwa Ohio Valley dan area industri di Pennsylvania dan New England memproduksi lebih dari separuh hujan asam yang terakumulasi di danau-danau Kanada.
Di Indonesia pun, hujan asam sangat mungkin terjadi. Fenomena alam ini bisa berpengaruh pada kesehatan manusia.
Baca Juga
Hujan asam adalah fenomena alam seperti hujan biasa yang mengandung komponen asam seperti asam sulfur atau asam nitrat. Tak hanya cairan, hujan asam juga bisa mengandung debu, gas, salju, atau kabut.
Istilah hujan asam pertama kali tercetus pada tahun 1852, oleh seorang ahli kimia Skotlandia bernama Robert Angus Smith. Kala itu, ia meneliti hujan asam di dekat area industri sekitar Inggris dan Skotlandia.
Sejak itu, pada tahun 1960 hingga 1970an, hujan asam menjadi salah satu isu lingkungan regional yang cukup besar di Eropa Barat dan Amerika Utara.
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hujan asam. Mengingat hujan asam erat kaitannya dengan isu lingkungan, maka jelas polutan juga jadi salah satu penyebab hujan asam yang utama.
Beberapa penyebab hujan asam adalah:
Salah satu penyebab hujan asam yang paling dominan adalah polusi udara akibat ulah manusia. Lebih jauh lagi, hujan asam terjadi karena ada reaksi kimia yang menguap ke udara.
Substansi ini bisa masuk ke atmosfer dan bereaksi dengan air, oksigen, hingga zat kimia lainnya. Apalagi, substansi seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida sangat mudah terbawa angin dan menyatu dengan air.
Dalam beberapa dekade terakhir, industri yang didalangi manusia telah melepaskan banyak sekali jenis substansi kimia ke udara. Konsekuensinya, ada perubahan campuran gas di atmosfer.
Sebut saja industri pembangkit listrik yang melepaskan sulfur dioksida dan nitrogen oksida saat membakar bahan bakar fosil. Tak hanya itu, sistem pembuangan dari mobil, truk, dan juga bus bisa menjadi penyebab hujan asam.
Selain polusi, bencana alam juga bisa menjadi penyebab hujan asam. Contohnya, gunung berapi dapat mengeluarkan erupsi berupa polutan ke udara. Kemudian, polutan tersebut bisa terbawa ke penjuru dunia dan menjadi hujan asam.
Bahkan jauh sebelum saat ini sekitar 4 miliar tahun silam, udara diduga memiliki kandungan karbon dioksida 10.000 kali lebih banyak. Pada level karbon dioksida sebanyak itu, sangat mungkin terjadi hujan asam hingga efek rumah kaca. Bahkan, bebatuan pun bisa hancur karenanya.
Fenomena hujan asam dapat berpengaruh terhadap semua hal. Tumbuhan, tanah, pepohonan, patung, bahkan bangunan besar juga bisa terkena dampak. Kesehatan manusia tentu tak luput dari dampaknya.
Pada pohon, misalnya. Hujan asam dapat membuat pohon menjadi lemah dan berhenti tumbuh. Tak hanya itu, hujan asam juga dapat mengubah komposisi tanah dan perairan sehingga tidak bisa menjadi habitat hewan dan tumbuhan.
Tentunya, ketika kandungan pH air di bawah 5 (sangat asam), sebagian besar spesies ikan tidak akan bisa bertahan. Bahkan ketika pH berada di angka 4, perairan seperti danau atau sungai dinyatakan mati.
Bagaimana dengan manusia? Meskipun tidak berdampak secara langsung, penumpukan sulfur dioksida dapat menyebabkan masalah kesehatan, khususnya, masalah-masalah seperti penyakit paru, asma, dan juga bronkitis.
Apabila hujan asam terjadi sangat kuat, kulit manusia juga bisa terbakar bahkan menghancurkan benda-benda berbahan metal. Meski demikian, hujan asam yang terjadi selama ini tidak pernah bersifat terlalu asam karena sudah bercampur dengan substansi lain secara alami.
Cara terbaik untuk mencegah terjadinya hujan asam adalah memproduksi energi tanpa bahan bakar fosil. Artinya, dunia harus siap menuju energi bersih. Ada banyak alternatif energi baru terbarukan seperti hydropwer, angin, biopower, dan lainnya.
Negara-negara di Eropa telah sangat siap mengadaptasi energi bersih. Sejumlah negara telah memasang target beralih 100% ke energi baru terbarukan hingga tahun 2050, di antaranya Swedia dan Norwegia.
Sementara di Indonesia, faktanya terlepas dari potensi energi baru terbarukan yang cukup tinggi, pemanfaatannya masih tertinggal cukup jauh. Indonesia baru memanfaatkan kurang dari 100 megawatt solar panel dari potensinya sebesar 200 gigawatt.
Belum lagi, potensi tenaga angin baru dimanfaatkan secara komersil sebanyak 13%. Targetnya, penggunaan energi baru terbarukan pada tahun 2050 menjadi 36%. Siapkah kita?
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Jauh di abad 14 silam, ada pandemi Black Death yang tercatat paling mematikan sepanjang sejarah. Menurut estimasi, 75 hingga 200 juta nyawa melayang akibat pandemi ini hanya dalam waktu 4 tahun. Kembali menghantui, awal Juli 2020 lalu di Tiongkok muncul kasus bubonic plague, infeksi serius akibat bakteri yang sama penyebab Black Death.
8 Sep 2020
Cara mengurangi batuk pada penderita TBC adalah dengan minum obat TBC sesuai yang diresepkan dokter, seperti rifampisin dan isoniazid.
6 Apr 2023
Banjir Jakarta dan di kota-kota besar lainnya menyebabkan tubuh rentan terjadinya berbagai penyakit akibat sanitasi yang buruk. Salah satunya adalah kolera yang disebabkan oleh bakteri pada air dan makanan yang terkontaminasi. Ada beberapa penyakit lainnya yang dapat menyerang saat banjir, apa saja?
8 Mei 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Reni Utari
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved