Pola asuh permisif adalah gaya pengasuhan yang membebaskan, tidak menuntut, dan mengizinkan anak melakukan segala yang diinginkannya ataupun membuat keputusan. Ciri-cirinya cukup beragam, seperti sangat mencintai atau mementingkan kepentingan anak dibandingkan tanggung jawabnya.
23 Mei 2022
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Orangtua yang menerapkan pola asuh permisif justru menjadi sosok teman, bukan sosok orangtua
Table of Content
Jika melihat orangtua yang dekat dengan anaknya dan tidak menerapkan banyak aturan, bisa jadi mereka menerapkan pola asuh permisif.
Advertisement
Orangtua dengan jenis pola asuh ini tidak menuntut perilaku dewasa dari anak-anaknya. Alih-alih menjadi ‘orangtua’, mereka justru menjadi sosok seperti ‘teman’ bagi anaknya.
Mari kenali lebih jauh seputar apa itu pola asuh permisif beserta ciri-ciri dan dampaknya pada anak.
Bagi Anda yang belum familiar tentang apa itu permisif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), permisif artinya bersifat terbuka atau serba membolehkan dan suka mengizinkan.
Sementara itu, pola asuh permisif adalah gaya pengasuhan yang membebaskan, tidak menuntut, dan mengizinkan anak melakukan segala yang diinginkannya ataupun membuat keputusan. Jenis pola asuh ini kebalikan dari helicopter parenting yang cenderung overparenting
Pada pola pengasuhan permisif, orangtua lebih santai dan tidak menerapkan aturan atau struktur tertentu yang harus diikuti anak.
Orangtua dengan jenis pengasuhan ini juga memberi kasih saying yang melimpah pada anak-anak sehingga terkesan memanjakan mereka.
Setelah mengetahui pengertian permisif parenting, ada baiknya Anda juga memahami ciri-cirinya. Sebab, mungkin saja Anda telah menerapkannya dalam mengasuh anak sehari-hari tanpa disadari.
Berikut adalah ciri-ciri pola asuh permisif yang dapat Anda identifikasi.
Setiap pola asuh tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan pola asuh permisif.
Pada jenis pola asuh ini, orangtua tidak banyak menuntut anak untuk mengikuti aturan tertentu. Sebagai konsekuensinya, anak tidak dapat belajar untuk disiplin.
Pola asuh permisif membuat anak tidak belajar mengenai aturan, bahkan dari lingkungan terdekatnya seperti keluarga. Akibatnya, mereka tidak terbiasa mengenal tanggung jawab dan kedisiplinan.
Menurut beberapa penelitian, dampak pola asuh permisif adalah:
Orangtua yang permisif dapat menyebabkan anak tidak memiliki tata krama yang baik.
Mereka dapat berperilaku seenaknya karena tidak pernah diarahkan atau dilarang orangtuanya. Hal ini juga bisa membuat anak kurang memiliki rasa tanggung jawab.
Mengingat orangtua dengan gaya asuh permisif tidak banyak menerapkan ekspektasi, anak-anaknya tidak memiliki target yang jelas, misalnya dalam kegiatan akademis.
Berdasarkan sejumlah penelitian, pola asuh permisif dapat menghasilkan anak yang kurang berprestasi secara akademik.
Kebebasan dari orangtua akibat pola asuh permisif membuat anak cenderung egois. Mereka tidak memikirkan hal lain selain dirinya sendiri.
Anak juga mungkin akan menuntut saat sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya.
Selain itu, kebiasaan orangtua dengan pola asuh permisif yang tidak menerapkan aturan di rumah, membuat anak menjadi kurang pandai dalam mengambil keputusan.
Lebih jauh lagi, mereka tidak piawai dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat menyebabkan anak memiliki keterampilan sosial yang buruk.
Anak yang dibesarkan oleh orangtua permisif cenderung memiliki lebih sedikit empati sehingga membuatnya tidak terampil dalam bersosialisasi.
Mereka juga umumnya menunjukkan lebih banyak perilaku antisosial.
Mengingat anak dengan pola asuh permisif tidak terbiasa menghadapi beragam emosinya sendiri secara efektif, mereka menjadi tidak terlatih memahami emosi.
Masalah ini terutama dapat dilihat ketika ada berbagai hal yang memicu stres atau kondisi sulit pada anak.
Karena merasa tidak ada aturan, anak-anak yang dibesarkan dengan pengasuhan permisif lebih cenderung berperilaku nakal, bahkan terlibat dalam hal yang buruk, seperti mengonsumsi minuman beralkohol atau penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Dikutip dari sebuah studi yang dimuat dalam Journal of Studies on Alcohol and Drugs, pola asuh yang permisif dikaitkan dengan pengonsumsian alkohol di bawah umur.
Bahkan, studi tersebut juga menyebutkan bahwa remaja yang memiliki orangtua permisif tiga kali lipat lebih berisiko menjadi pemabuk berat.
Sejumlah ahli juga menegaskan bahwa gaya pengasuhan permisif diasosiasikan dengan meningkatnya risiko penggunaan obat-obatan terlarang dan perilaku buruk lainnya.
Orangtua yang permisif tidak mengontrol atau mengatur perilaku anaknya.
Alhasil, anak kurang menyadari batasan perilaku yang dapat diterima. Hal ini membuat mereka lebih mungkin untuk berperilaku impulsif dan agresif.
Anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan permisif tidak terbiasa dengan batasan atau aturan.
Salah satu contoh pola asuh permisif adalah anak tidak diberi batasan dalam bermain games atau menonton televisi.
Akibatnya, mereka dapat melakukan kebiasaan buruk tersebut terlalu lama hingga menciptakan kebiasaan yang tidak sehat.
Orangtua dengan gaya asuh permisif sering kali tidak menerapkan aturan mengenai apa yang anak makan.
Kondisi ini dapat membuat anak banyak mengonsumsi makanan atau camilan tidak sehat. Ketika anak kurang bergerak dan banyak ngemil, mereka berisiko kelebihan berat badan atau obesitas.
Baca Juga
Orangtua yang menerapkan pola asuh permisif tidak sepenuhnya salah karena setiap orangtua memiliki gaya parenting yang berbeda.
Meski demikian, terdapat sejumlah cara untuk menyiasati gaya pengasuhan permisif, di antaranya:
Untuk membiasakan anak dengan aturan dan struktur, ciptakan aturan di rumah. Tujuannya adalah agar anak tahu apa yang Anda harapkan dari mereka.
Selain aturan, ajarkan juga konsekuensi dari setiap perbuatan anak.
Contoh konsekuensi yang logis adalah membatasi akses terhadap hal yang mereka sukai atau memberikan time-out jika melanggar aturan.
Meskipun mungkin sulit bagi orangtua dengan pola asuh permisif, sebisa mungkin lakukan hal-hal di atas dengan konsisten.
Tak perlu mengesampingkan kebiasaan Anda yang cenderung penyayang dan dekat dengan anak. Bantu mereka memahami mengapa perlu ada aturan dan konsekuensi.
Ketika anak mulai mengikuti aturan yang diterapkan di rumah, sesekali berikan hadiah sederhana untuk membantu mereka mempertahankan usahanya.
Bagi Anda yang menerapkan pola asuh permisif, beberapa aturan dalam pola asuh otoritatif mungkin bisa jadi referensi yang baik.
Tujuannya bukan untuk membuat aturan yang berpotensi menjauhkan anak dan orangtua, tetapi untuk membimbing mereka mengenal apa itu aturan dan tanggung jawab.
Berikan struktur dan dukungan dengan cara yang seimbang. Dengan demikian, anak memiliki kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi dengan baik dalam berbagai lingkungan di luar rumahnya.
Sementara itu, apabila Anda ingin bertanya seputar kesehatan anak, jangan ragu untuk bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Mom shaming artinya tindakan merendahkan, menghakimi, atau mencela seorang ibu terkait pola pengasuhan atau keputusan yang diambilnya. Bentuk mom shaming dapat berupa mengkritik pilihan metode persalinan hingga mengomentari tubuh seorang ibu.
Helicopter parenting adalah pola asuh orangtua yang sangat terfokus pada anak-anak dan memantau gerak-gerik si kecil setiap waktu. Dampak pola asuh helikopter cukup beragam, mulai dari timbulnya rasa takut akan kegagalan, kepercayaan diri rendah, hingga kecemasan berlebih pada anak. Apakah ada manfaatnya?
Ada berbagai penyebab anak jadi kerap bolos sekolah, di antaranya masalah perilaku atau tidak nyaman dengan sekolahnya. Penting bagi orang tua untuk tahu untuk mengatasinya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Anandika Pawitri
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved