PMDD adalah versi kompleks dari PMS (premenstrual syndrome). Jika dilihat, gejala PMDD atau premenstrual dysphoric disorder hampir mirip dengan PMS, namun memberikan efek yang lebih parah dan menyakitkan bagi penderitanya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
11 Nov 2020
PMDD juga menimbulkan kram perut seperti PMS tetapi jauh lebih parah dan menyakitkan
Table of Content
Ketika mengalami sindrom pramenstruasi (PMS), wanita pada umumnya akan merasakan sejumlah gejala fisik maupun emosional yang dapat mengganggu kondisi kesehatan mereka. Terkadang, gejala yang ditunjukkan bisa lebih parah dari sebelumnya, Jika Anda mengalami kondisi tersebut, ada kemungkinan bahwa gejala yang muncul bukan diakibatkan oleh PMS, melainkan PMDD.
Advertisement
Premenstrual dysphoric syndrome atau PMDD adalah kondisi di mana wanita mengalami gejala fisik dan emosional parah sebelum menstruasi, yang bisa menganggu aktivitas serta kesehatan. Meski terdengar mirip dengan PMS, gejala PMDD terasa lebih parah dan menyakitkan.
PMDD biasanya terjadi sekitar 7 hingga 10 hari sebelum Anda mengalami menstruasi. Namun, kondisi ini bisa saja datang lebih awal atau mendekati menstruasi.
Kebanyakan wanita mungkin tak menyadari bahwa mereka mengalami PMDD. Hal itu terjadi karena gejala PMDD hampir mirip dengan PMS. Bedanya, penderita PMDD akan merasakan gejala fisik dan emosional yang lebih parah dibanding PMS.
Di sisi lain, penderita PMDD akan lebih banyak mengalami gejala emosional dibandingkan fisik. PMDD dapat mengakibatkan perubahan suasana hati ekstrem yang dapat menggangu aktivitas dan hubungan Anda. Meski begitu, dalam beberapa kasus, ada juga wanita yang mengalami gejala fisik lebih banyak saat sedang PMDD.
Seperti halnya PMS, PMDD memicu sejumlah gejala fisik dan emosional. Namun, gejala-gejala yang ditunjukkan lebih parah dan menyakitkan jika dibandingkan dengan PMS.
Berikut ini beberapa gejala fisik yang umumnya dialami oleh penderita PMDD:
Sementara itu, sejumlah gejala emosional yang dialami penderita PMDD, di antaranya:
Gejala-gejala di atas, terutama emosional, dapat sangat berpengaruh terhadap kehidupan Anda. Terkadang, gejala yang ada dapat memengaruhi sekolah, pekerjaan, atau hubungan Anda dengan orang lain. Gejala PMDD biasanya akan hilang sendirinya ketika menstruasi dimulai.
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti hal apa yang menjadi penyebab PMDD. Namun, perubahan hormon yang terjadi selama siklus menstruasi mungkin ikut andil dalam terjadinya PMDD.
Selain perubahan hormon, sejumlah faktor yang dinilai turut berperan dalam terjadinya PMDD, antara lain:
PMDD tidak dapat diatasi sepenuhnya. Namun, ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan untuk mencegah atau setidaknya meminimalkan kemunculan gejala. Tindakan perawatan yang bisa dilakukan meliputi:
Bagi sebagian wanita, mengonsumsi pil KB dapat mengurangi gejala PMDD. Selain PMDD, cara ini diketahui juga bisa membantu meredakan gejala PMS.
Mengonsumsi obat antidepresan SSRI seperti fluoxetine dan sertraline dapat mengurangi gejala emosional PMDD. Gejala PMDD yang dapat diminimalkan dengan konsumsi obat antidepresan antara lain kelelahan, mengidam makanan tertentu, serta masalah tidur.
Beberapa penelitian menyebut bahwa pengobatan herbal menggunakan chasteberry dapat membantu mengurangi gejala PMDD seperti mudah tersinggung, perubahan suasana hati, nyeri payudara, kram, hingga mengidam makanan tertentu. Meski begitu, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan temuan tersebut.
Mengonsumsi 1.200 miligram nutrisi dan kalsium tambahan dari suplemen setiap hari dapat membantu mengurangi gejala pada beberapa wanita. Suplemen vitamin B-6, L-tryptophan, serta magnesium disebut juga bisa meredakan gejala PMDD. Namun pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya.
Rajin berolahraga dapat membantu mengurangi gejala PMDD. Selain itu, Anda sebaiknya juga mengurangi kebiasaan mengonsumsi minuman berkafein, alkohol, dan berhenti merokok untuk meredakan gejala.
Hindari hal-hal yang bisa menjadi pemicu stres. Untuk mengatasi stres, Anda bisa melakukan kegiatan yang memberikan efek relaksasi seperti meditasi dan yoga.
Sebelum menerapkan cara-cara di atas, Anda sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Dokter nantinya akan memberikan rekomendasi yang sesuai dengan kondisi Anda untuk mencegah atau meredakan gejala PMDD.
Baca Juga
PMDD memberikan gejala fisik dan emosional yang mirip dengan PMS, namun efeknya bisa lebih parah serta menyakitkan. Jika gejala yang ditunjukkan mulai mengganggu aktivitas maupun kondisi kesehatan Anda, segeralah berkonsultasi ke dokter.
Untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai PMDD, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Bayu Galih Permana
Referensi
Artikel Terkait
Trikotilomania adalah gangguan mental kronis dengan kebiasaan mencabut rambut di seluruh area tubuh. Penderita tikotilomania atau hair-pulling disorder merasakan kepuasan dan kelegaan setelah mencabut rambutnya.
7 Feb 2020
Kandungan tanin, oksalat, dan kafein dalam teh disebut bisa berdampak buruk bagi kesehatan selama menstruasi. Sebenarnya, bolehkah minum teh saat haid? Ini penjelasannya.
12 Mei 2022
Generasi milenial dianggap sebagai generasi yang rentan terhadap berbagai gangguan mental. Hal-hal yang menjadi pemicunya pun beragam, mulai dari masalah pekerjaan, uang, hingga percintaan.
5 Jun 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved