logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Penyakit

Phantom Pain, Sensasi Nyeri atau Kebas di Area Bekas Amputasi

open-summary

Phantom pain adalah rasa kesemutan, gatal, hingga nyeri pada bagian tubuh yang sudah diamputasi. Sensasi ini dialami sekitar 60-80% orang yang mengalami amputasi. Phantom pain bisa terasa mengganggu atau tidak. Jika sensasinya terus menerus muncul, konsultasikan dengan dokter.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri

22 Mei 2020

Phantom pain adalah rasa kesemutan, gatal, hingga nyeri pada bagian tubuh yang sudah diamputasi.

Phantom pain sering terjadi pada mereka yang mengalami amputasi

Table of Content

  • Penyebab phantom pain
  • Gejala phantom pain
  • Cara mengatasi phantom pain
  • Gaya hidup juga berpengaruh

Setidaknya 60-80% orang yang pernah mengalami amputasi pernah merasakan phantom pain. Ini adalah rasa kesemutan, gatal, hingga nyeri pada bagian tubuh yang sudah diamputasi. Phantom pain bisa terasa mengganggu atau tidak. Jika sensasinya terus menerus muncul, konsultasikan dengan dokter.

Advertisement

Tiap individu bisa merasakan nyeri phantom pain berbeda antara satu dan lainnya. Baik itu dari durasi, intensitas, hingga sensasi yang muncul. Selain pengobatan, teknik relaksasi atau kebiasaan baik juga bisa membantu meredakan phantom pain.

Penyebab phantom pain

Hingga kini, apa yang menyebabkan phantom pain masih belum jelas. Namun ada beberapa hal yang bisa memicu munculnya phantom pain, di antaranya:

  • Remapping sensori otak

Ketika ada bagian tubuh yang diamputasi, otak harus melakukan remapping atau pemetaan ulang informasi sensori dari lokasi semula ke bagian tubuh lain. Biasanya, pemetaan ulang ini akan melibatkan bagian tubuh yang dekat dengan bekas amputasi.

Sebagai contoh, orang yang tangannya telah diamputasi bisa mengalami remapping ke area sekitar bahu. Itu sebabnya, ketika bahu disentuh maka muncul sensasi phantom pain.

  • Kerusakan saraf

Ketika amputasi dilakukan, ada kemungkinan terjadi kerusakan signifikan pada sistem saraf tepi atau perifer. Akibatnya, ada gangguan sinyal saraf atau menyebabkan saraf di sekitar area yang telah diamputasi lebih sensitif.

  • Sensitivitas

Sistem saraf tepi bisa terhubung dengan saraf sumsum tulang belakang. Ketika sistem saraf tepi tak lagi utuh karena amputasi, neuron yang berhubungan dengan saraf sumsum tulang belakang bisa menjadi lebih aktif dan sensitif. Bagi orang yang menjalani amputasi karena nyeri di bagian tubuh itu, maka sensitivitas ini bisa bertambah.

Baca Juga

  • Penyebab Mual Setelah Olahraga dan Langkah Tepat untuk Mengatasinya
  • Kebersihan lingkungan dan Diri Cegah Hookworm Infection
  • 9 Manfaat Ciuman untuk Kesehatan

Gejala phantom pain

Tiap orang yang pernah diamputasi bisa merasakan phantom pain dengan sensasi yang berbeda. Beberapa definisi sensasinya seperti:

  • Nyeri seperti ditusuk-tusuk
  • Nyeri kesemutan
  • Nyeri seperti ditekan
  • Kram
  • Sensasi terbakar
  • Sensasi seperti disengat lebah
  • Sensasi seperti diremas

Selain beberapa gejala phantom pain di atas, karakteristik lainnya adalah durasi bisa konstan atau datang dan pergi. Setelah amputasi dilakukan, phantom pain bisa langsung terasa atau bahkan beberapa tahun kemudian baru muncul.

Ada banyak hal yang memicu munculnya sensasi phantom pain. Mulai dari temperatur dingin, sentuhan pada bagian tubuh tertentu, hingga stres.

Cara mengatasi phantom pain

Pada sebagian orang, phantom pain bisa hilang setelah beberapa waktu. Namun ada juga orang yang mengalami phantom pain terus menerus. Untuk mengatasinya, bisa dilakukan beberapa cara:

1. Terapi farmasi

Pada dasarnya tidak ada obat yang khusus menangani phantom pain. Meski demikian, ketika berkonsultasi dengan dokter bisa dicarikan jenis obat yang paling optimal mengatasi gejala yang dirasakan. Mulai dari pain relievers, antidepresan, obat kejang, NMDA receptor antagonist, dan obat yang berhubungan dengan jantung.

2. Terapi non-farmasi

Selain pemberian obat, dokter juga bisa memberikan terapi non-farmasi seperti:

3. Terapi mirror box

Dalam terapi ini, orang yang mengalami phantom pain dilatih untuk membayangkan organ yang sudah diamputasi ikut bergerak. Contohnya jika tangan kiri diamputasi, maka saat tangan kanan berlatih maka dibayangkan bahwa tangan kiri melakukan hal yang sama. Ini adalah trik agar otak mengira tangan yang diamputasi telah kembali.

4. Virtual reality

Seperti halnya terapi mirror box, teknologi virtual reality menciptakan sensasi memiliki bagian tubuh virtual yang bisa digerakkan. Kemudian, gerakan-gerakan ini bisa diobservasi di monitor alat virtual reality.

5. Transcutaneous nerve stimulation (TENS)

TENS adalah terapi menggunakan alat kecil yang bisa mengirim gelombang elektronik sehingga saraf terstimulasi. Unit TENS ini bisa ditempatkan di area amputasi atau di bagian tubuh yang tidak terdampak amputasi.

6. Stimulasi otak

Dalam terapi stimulasi otak, dokter akan memasang elektroda ke otak yang dikendalikan lewat alat seperti alat pacu detak jantung. Kemudian, elektroda ini bisa mengirimkan gelombang elektronik untuk memberi stimulus pada area otak tertentu.

7. Biofeedback

Terapi non-farmasi untuk phantom pain lainnya adalah biofeedback, yaitu menempatkan elektroda di dekat area amputasi. Alat ini bisa memonitor fungsi tubuh terkait dengan tekanan atau temperatur otot.

Dengan demikian, orang bisa tahu bagaimana tubuhnya bergerak. Biasanya, seorang terapis akan mendampingi penerapan metode ini untuk belajar fungsi gerak hingga mencegah rasa sakit.

8. Akupuntur dan pijat

Teknik akupuntur dengan menusukkan jarum tipis ke area tubuh tertentu juga bisa membantu mengatasi phantom pain. Meski demikian, riset terkait hal ini masih terus dilakukan.

Selain akupuntur, pemberian pijatan pada area yang dekat dengan lokasi amputasi juga dianggap bermanfaat. Meski mungkin tidak berdampak signifikan secara medis, namun bisa mengurangi rasa tidak nyaman.

Gaya hidup juga berpengaruh

Selain kedua metode mengatasi phantom pain di atas, gaya hidup ternyata juga ikut berpengaruh. Mulai dari melatih teknik relaksasi seperti meditasi dan cara pernapasan demi mengurangi rasa stres dan tekanan pada otot. Cara ini juga merupakan distraksi agar pikiran tak fokus pada sensasi kurang nyaman.

Jika seseorang memakai prostesis setelah amputasi, sebisa mungkin terus gunakan secara berkala. Tak hanya membantu area bekas amputasi agar tetap aktif bergerak, juga dapat mengelabui otak seperti halnya terapi mirror box.

Bergabung dengan support group pun bisa membantu meredakan stres yang dipicu phantom pain. Terlebih, amputasi bisa jadi hal yang tidak mudah bagi sebagian orang. Kombinasi beberapa cara di atas bisa membantu menghadapi phantom pain dengan lebih nyaman.

Advertisement

penyakithidup sehatpola hidup sehat

Ditulis oleh Azelia Trifiana

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved