Bedak bayi kerap diberikan kepada bayi agar tubuhnya harum serta mencegah ruam popok. Akan tetapi, pemberian perlengkapan untuk bayi ini juga berisiko membuat bayi mengalami gangguan pernapasan.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
18 Apr 2023
Bedak bayi rupanya memberikan manfaat sekaligus bahaya untuk bayi
Table of Content
Bedak bayi ternyata memiliki risiko dan manfaat di saat bersamaan. Perlengkapan bayi satu ini ternyata mampu menimbulkan gangguan pernapasan.
Advertisement
Namun, jika bedak terbuat dari zinc oksida, bedak pun berguna untuk redakan gatal dan biang keringat.
Setelah dimandikan, tubuh bayi biasanya diolesi minyak telon dan diberi bedak. Ini dilakukan agar tubuh si Kecil menjadi hangat dan harum.
Bukan hanya itu, bedak juga sering digunakan untuk mencegah terjadinya ruam di area bokong dan selangkangan bayi.
Tak heran, terdapat banyak produk bedak yang dijual di pasaran. Akan tetapi, penggunaan bedak dikaitkan dengan risiko masalah kesehatan tertentu.
Justru, hal ini malah memiliki potensi bahaya bagi kesehatan bayi.
Bedak bayi umumnya terbuat dari talek (mineral lunak yang terbuat dari magnesium, silikon, dan oksigen) atau tepung jagung.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat bahaya bedak bayi yang digunakan selama bertahun-tahun. Sayangnya, banyak hasil penelitian yang tak dapat disimpulkan.
Meski demikian, terdapat tiga kemungkinan risiko kesehatan yang penting untuk orang tua ketahui, di antaranya:
Bahaya bedak bayi pada si Kecil salah satunya adalah memicu sesak napas. Akademi Kedokteran Anak Amerika Serikat (APA) melaporkan, bedak bayi bisa sangat berbahaya bagi pernapasan mereka.
Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, paru-paru kecil bayi yang masih berkembang dapat menghirup partikel-partikel kecil yang ada di dalam bedak.
Tentu, ini bisa menyebabkan masalah pernapasan, batuk, ataupun iritasi.
Hal ini terutama sangat berbahaya bagi bayi yang sebelumnya telah memiliki masalah pernapasan.
Selain itu, hal tersebut juga berisiko lebih tinggi pada anak yang mengalami gangguan pernapasan, misalnya bayi prematur.
Semakin banyak bubuk bedak yang terhirup oleh bayi, maka bayi dapat mengalami tersedak atau bahkan kerusakan paru-paru.
Pernah dilaporkan oleh suatu penelitian pada jurnal Chest, terdapat dua kasus kematian bayi yang disebabkan oleh bubuk bedak yang terhirup sehingga menyebabkan gangguan pernapasan.
Bukan hanya pada bayi, orang tua yang memakaikan bedak setelah mengganti popok bayi (kurang lebih 10 kali per hari) juga berisiko mengalami batuk, mengi, napas pendek, atau bahkan iritasi paru kronis.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika pun menyatakan bahwa menghirup bedak bisa berbahaya bagi paru-paru.
Selain itu, jika Anda lebih sensitif, sebaiknya berhati-hati dalam penggunaan bedak. Pemakaian jangka panjang dan berlebihan bisa menimbulkan gejala asma atau radang paru-paru.
Baca Juga
Meski terdapat beberapa bukti yang menunjukkan hubungan bedak dan kanker, keterkaitannya secara langsung belum dapat dipastikan.
Risiko yang paling sering dibicarakan seputar penggunaan bedak, yaitu adanya kekhawatiran jika bedak tersebut masuk ke saluran reproduksi wanita.
Studi lain juga melaporkan adanya kasus tumor ovarium yang dikaitkan dengan penggunaan bedak setiap hari di area genitalnya.
Akan tetapi, temuan tersebut dibantah melalui studi lainnya dalam Journal of National Cancer Institute.
Penelitian ini menemukan bahwa sementara, tak ada hubungan yang terbukti antara menggunakan bedak di area genital dengan risiko kanker ovarium.
Meski demikian, The World Health International Agency for Research on Cancer menggolongkan bedak tabur memiliki kemungkinan bersifat karsinogenik, yakni berpotensi menyebabkan kanker.
Untuk itu, masih dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi risiko kanker akibat penggunaan bedak.
Ruam popok umum terjadi pada bayi 1 bulan hingga bayi 6 bulan. Namun, seiring bayi bertambah usia, ruam popok pun akan jarang muncul.
Meski demikian, riset yang diterbitkan pada jurnal BMC Dermatology menemukan, faktor risiko penyebab ruam popok adalah pemberian bedak di bagian yang tertutup popok.
Selain itu, penelitian ini juga menyatakan, memberikan bedak juga memperparah ruam popok.
Mengenai perlu atau tidaknya menggunakan bedak, perlu diingat bahwa bayi sebenarnya tidak memiliki kebutuhan yang mendesak untuk menggunakannya.
Namun, jika Anda tetap ingin memakaikannya pada bayi, berhati-hatilah dalam penggunaannya, terutama pada bayi perempuan karena bisa masuk ke dalam vagina.
Sebaiknya, Anda batasi banyaknya bedak yang digunakan dan seberapa sering penggunaannya.
Selain itu, semua bedak yang digunakan dalam produk kosmetik, termasuk bedak bayi, tidak boleh mengandung asbestos di dalamnya karena bisa memicu kanker.
Atas dasar inilah Anda harus memastikan untuk selalu memeriksa keamanan produk bedak yang digunakan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan untuk memilih bedak dari bahan mineral yang ringan, seperti talcum.
Pastikan bedak diusapkan ke bayi setelah kulitnya kering. Jangan diberikan pada area selaput lendir, seperti kemaluan, bibir atau jika ada luka pada kulit bayi. Jangan pula memberikan bedak pada wajah.
Sementara, dalam mencegah bedak terhirup oleh bayi, oleskan bedak untuk bayi pada tangan Anda terlebih dahulu.
Lalu, tepuk-tepuk pada kulit bayi secara perlahan sebagai cara merawat kulit bayi. Pastikan untuk menjauhkan bedak dari jangkauan bayi Anda dan jauhkan pula dari hidung maupun mata mereka untuk mencegah iritasi.
Sebagai alternatif dalam mengganti bedak, Anda dapat menggunakan krim popok untuk membuat bayi lebih nyaman dan bebas ruam popok.
Hampir semua krim popok berbasis petrolatum atau zinc oksida yang bertindak sebagai penghalang antara kulit dan popok.
Hal ini membantu mencegah terjadinya kontak antara kulit dengan tinja dan urine secara langsung.
Penelitian juga menunjukkan bahwa krim popok lebih efektif daripada bedak untuk bayi untuk mengurangi ruam popok.
Sementara, jika kulit bayi sudah mengalami iritasi, Anda direkomendasikan untuk membersihkan tubuh bagian bawahnya di bawah air mengalir sebelum mengoleskan krim. Metode ini dapat membantu mencegah kondisi kulitnya semakin memburuk.
Selain cara di atas, aturan menggunakan bedak untuk bayi yang dianjurkan IDAI adalah:
Baca Juga
Umumnya, bedak diberikan pada kulit gatal dan biang keringat. Namun, apakah bedak bayi aman kedua kondisi kulit tersebut?
Rupanya, bedak untuk bayi pun aman diberikan pada kulit gatal dan biang keringat. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi.
Baik bedak untuk biang keringat pada bayi maupun bedak gatal untuk bayi, keduanya harus mengandung zinc oksida.
Sebab, riset yang diterbitkan pada jurnal Nano-Micro Letters memaparkan, zinc oksida bekerja sebagai antibakteri.
Diketahui, berdasarkan riset pada National Centers for Biotechnology Information memaparkan, penyebab utama biang keringat adalah terhalangnya saluran keringat akibat bakteri, seperti Staphylococcus.
Selain itu, penelitian dari PubChem memaparkan, zinc oksida bekerja untuk memberikan lapisan perlindungan pada kulit untuk mencegah iritasi dan juga membantu menyembuhkan kulit yang rusak.
Namun, selalu pastikan jika Anda memberikan bedak pada kulit yang kering. Sebab, bedak yang tercampur dengan keringat mampu menimbulkan tumbuhnya bakteri pada kulit.
Justru, hal tersebut bisa memperparah kulit gatal dan biang keringat.
Bedak bayi merupakan salah satu perlengkapan bayi yang masih diperdebatkan manfaatnya untuk kesehatan bayi.
Di satu sisi, bedak mampu menimbulkan beragam risiko gangguan, seperti masalah pernapasan hingga ruam popok pada bayi.
Meski demikian, ada pula manfaat bedak bayi untuk masalah kulit, seperti gatal dan biang keringat.
Saat memberikan bedak untuk bayi, pastikan bedak dibubuhkan pada kulit bayi yang kering. Selain itu, jangan sampai partikel bedak beterbanban. Hal ini bertujuan agar terhindar dari bedak terhirup.
Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut terkait bedak bayi, konsultasikan langsung pada dokter anak melalui chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Jika Anda ingin melengkapi keperluan bayi baru lahir dan ibu menyusui, kunjungi Toko SehatQ untuk mendapatkan penawaran menarik.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari
Referensi
Artikel Terkait
Bayi 9 bulan belum tumbuh gigi adalah hal yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Anda perlu khawatir dan temui dokter jika gigi tak tumbuh pada usia 18 bulan.
21 Okt 2020
Bayi yang terinfeksi akan menunjukkan ciri-ciri tetanus dalam hitungan hari atau bulan. Beberapa ciri tetanus, antara lain kejang otot di rahang dan sulit mengunyah.
4 Jul 2019
Perbedaan bayi gumoh dan muntah pada bayi terlihat dari bagaimana susu keluar dari mulut bayi. Gumoh keluar dengan sendirinya. Sementara, bayi muntah ia terlihat megedan, tidak nyaman, dan rewel.
15 Mei 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved