Incest adalah pernikahan sedarah antara saudara kandung, bisa antara orang tua dengan anak kandung atau kakak dengan adik kandung maupun sebaliknya. Anak yang lahir dari pasangan incest memiliki risiko cacat hingga 50 kali lipat lebih tinggi.
18 Mar 2022
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Incest adalah pernikahan dengan saudara kandung dan bisa meningkatkan risiko anak lahir cacat
Table of Content
Perkawinan sedarah atau incest adalah konsep yang secara universal dianggap tabu dan pantang dilakukan. Artinya, incest dipandang sebagai hal yang tidak layak baik dari sudut pandang psikologis, biologis, budaya, hingga agama.
Advertisement
Sejak dulu, secara alami makhluk hidup sudah membentuk mekanisme menolak konsep incest atau perkawinan sedarah. Bahkan hewan dan tumbuhan pun punya mekanisme ini. Mereka memiliki cara tersendiri agar pembuahan atau reproduksi tidak bisa terjadi pada sesama makhluk hidup yang berhubungan darah.
Perkawinan sedarah yang dianggap asing ini adalah first-degree relatives. Artinya, pernikahan dengan orang-orang yang nyaris separuh gennya mirip, seperti orangtua, anak, atau kakak adik kandung yang menikah satu sama lain.
Bahaya paling nyata dari perkawinan sedarah adalah meningkatnya risiko memiliki keturunan yang lahir dalam kondisi cacat. Bahkan, kemungkinan memiliki keturunan cacat ini mencapai 50%, angka yang tidak bisa diremehkan. Tidak jarang ada kasus keturunan perkawinan sedarah yang mengalami kematian di usia sangat dini hingga mengalami gangguan mental cukup parah.
Belum lagi kelainan yang cukup mengerikan dan dapat terjadi pada keturunan yang lahir dari perkawinan sedarah. Sebut saja rahang lebih panjang, tengkorak belakang memanjang, hingga jari menyatu layaknya unggas.
Beberapa penyakit yang mungkin terjadi pada anak hasil hubungan incest atau perkawinan sedarah di antaranya:
Namun bukan berarti orang-orang yang menderita penyakit di atas sudah pasti merupakan hasil perkawinan sedarah.
Bahaya perkawinan sedarah yang juga menarik untuk digarisbawahi adalah kurangnya variasi DNA. Jelas, ketika pernikahan terjadi antara saudara kandung artinya DNA mereka cenderung serupa dan tidak bervariasi.
Rupanya, kondisi ini dapat menyebabkan sistem imun menjadi semakin lemah. Apalagi, sistem kekebalan tubuh manusia sangat ditentukan sekelompok gen penangkal penyakit dari DNA yang disebut Major Histocompatibility Complex (MHC).
MHC bisa bekerja maksimal dalam menangkal penyakit apabila ada tipe alel (gen dengan lokus) yang beragam. Banyaknya alel ini membantu MHC mengenali zat asing yang masuk ke tubuh.
Ketika perkawinan sedarah terjadi dan menghasilkan keturunan, maka MHC tidak akan bisa bekerja optimal. Tubuh tak bisa mengenali zat asing dan berbahaya dengan baik. Konsekuensinya, orang tersebut rentan jatuh sakit.
BACA JUGA: Menikah dengan Sepupu, Apakah Risikonya Sama dengan Perkawinan Sedarah?
Naiknya risiko kecacatan pada anak yang lahir dari perkawinan sedarah erat hubungannya dengan genetik. Genetik atau gen sangatlah menentukan seluruh bagian dari manusia. Seorang individu akan mendapatkan separuh gen dari sang ayah dan separuh gen dari sang ibu. Versinya pun bisa berbeda-beda.
Gen inilah yang membentuk ciri-ciri spesifik seseorang, seperti warna mata biru, rambut merah, mata sipit, dan lain sebagainya.
Sebagian besar gen di tubuh manusia bersifat netral atau bahkan bermanfaat. Namun ada juga gen yang berpotensi membawa penyakit (carrier).
Ketika perkawinan sedarah terjadi, mereka adalah dua individu dengan gen yang mirip. Jika ada salah satu yang menjadi pembawa recessive disease, maka saudara sedarahnya juga memiliki potensi yang sama sebagai carrier. Ketika keduanya menikah, artinya kemungkinan melahirkan keturunan cacat semakin tinggi.
Begini contoh kasusnya:
Semisal seorang ayah merupakan pembawa recessive disease seperti fibrosis kistik (CF). Artinya, ada gen tersebut dalam tubuhnya. Anak-anaknya jelas punya 25% kemungkinan menjadi carrier seperti halnya sang ayah.
Ketika anak-anak kandungnya menjalani perkawinan sedarah dan memiliki keturunan, maka kemungkinan fibrosis kistik tersebut diderita keturunan berikutnya menjadi semakin besar, yaitu 1 banding 16.
Bandingkan dengan pernikahan tidak sedarah, kemungkinan menurunkan gen pembawa penyakit tersebut turun drastis, menjadi 1 banding 240.
BACA JUGA: Seputar Penyakit Genetik yang Perlu Diketahui
Salah satu penyakit yang akan naik risikonya akibat perkawinan sedarah adalah buta warna total. Penyakit langka ini hanya terjadi 1 di setiap 20.000 hingga 50.000 orang. Artinya, hanya ada 1 orang carrier di setiap 100 orang.
Ketika pernikahan terjadi tanpa ada hubungan darah, kemungkinan menurunkan penyakit buta warna total pada keturunannya adalah 1:800. Namun ketika perkawinan sedarah terjadi, kemungkinannya menjadi 1:16, angka yang 50 kali lipat lebih besar.
Hal ini nyata terjadi di Pingelap, sebuah pulau di Mikronesia yang 5-10 persen penduduknya menderita buta warna total. Ketika ditelusuri, rupanya alasannya adalah karena populasi yang ada saat ini hanya berasal dari segelintir penduduk yang selamat dari badai topan dahsyat tahun 1775 silam.
Mereka yang berhasil selamat kemudian menjalani perkawinan sedarah dan menyebabkan gen pembawa buta warna total menjadi berkali lipat lebih dominan. Bahkan 1 di setiap 3 penduduk lokal di sana mengalami buta warna total. Mereka hanya bisa melihat warna hitam dan putih.
Pada budaya yang berbeda-beda sekalipun, pandangan tabu terhadap perkawinan sedarah atau incest tetaplah sama. Ada konsekuensi sosial hingga biologis yang melekat padanya.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Banyak faktor yang diduga bisa menyebabkan seseorang menderita kelainan kromosom. Meski demikian, penyebab pasti kondisi ini hingga kini belum diketahui pasti.
Anak Down syndrome adalah kelainan genetik yang terjadi akibat kelebihan kromosom ke-21. Kondisi ini menyebabkan penampilan wajah yang khas, keterlambatan perkembangan, hingga cacat intelektual.
Lesung bokong adalah lekukan yang terjadi tepat di atas garis bokong. Biasanya lesung bokong ditemukan pada bayi baru lahir dan akan hilang di kemudian hari.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Sarah Fajriah
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved