Setiap orang memiliki kebebasan berekspresi karena ini merupakan salah satu hak yang dilindungi. Memiliki dan menerapkan hak ini dengan baik bisa saja berdampak baik pada kesehatan individu, sehingga tetap terjaga.
2023-03-29 15:25:50
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Kebebasan berekspresi tak jarang diungkapkan melalui demonstrasi
Table of Content
Salah satu dasar berlakunya kebebasan berekspresi adalah Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia pasal 19. Dalam dokumen ini, disebutkan bahwa tiap orang memiliki kebebebasan berpendapat dan berekspresi.
Advertisement
Bahkan ditegaskan bahwa hak-hak tersebut harus berjalan tanpa intervensi, melalui berbagai media, dan tak kenal batas negara.
Kebebasan berekspresi juga umum dikenal sebagai kebebasan berbicara. Media untuk menuangkannya amat luas. Mulai dari cara lisan (seperti demonstrasi), cetak, audiovisual, budaya, seni, hingga politik.
Kebebasan ini tidak berdiri sendiri. Pasalnya, hak ini diiringi dengan tugas dan tanggung jawab khusus. Jadi meski bernama kebebasan, ia tetap terikat pada aturan yang ditetapkan.
Kebebasan berekspresi di Indonesia telah dijamin dengan berbagai instrumen hukum. Setelah reformasi 1998, banyak kalangan yang menilai hak ini mengalami kemajuan pesar.
Salah satunya terbukti dengan hadirnya ketetapan MPR No. XVII tentang Hak Asasi Manusia (HAM), Perubahan UUD 1945, UU No. 9 Tahun 1999 tentang HAM, serta ratifikasi berbagai instrumen HAM internasional.
Sayangnya, banyaknya instrumen hukum yang menjamin kebebasan ini tidak dibarengi dengan perlindungan dan penghormatannya. Masih banyak pekerjaan rumah untuk kita semua agar hal ini benar-benar terlaksana dengan baik.
Namun setidaknya, pelaksanaannya di Indonesia cukup tercermin baik dalam laporan Freedom House pada 2019 silam. Indonesia dikategorikan sebagai negara dengan kebebasan 'partially free'.
Kategori partially free adalah gambaran bahwa Indonesia telah mencapai demokrasi yang baik. Hanya saja, masih banyak rintangan untuk mendapatkan demokrasi yang ideal.
Indonesia masih dihadapkan dengan beberapa hambatan demokrasi. Apa sajakah itu?
Pembatasan drastis terhadap kebebasan berbicara tentu bisa menimbulkan persoalan. Ketika pembatasan semena-mena dilakukan, banyak masalah besar mengancam.
Muncul kondisi kurang transparan dan hilangnya kepercayaan. Hubungan antarmanusia juga bisa saja menjadi dangkal dan rapuh.
Keharmonisan dalam masyarakat akan dirusak oleh banyak hal akibat pembatasan kebebasan berbicara. Pasalnya, dengan berbicara bebas, manusia bisa mengungkapkan diri dan pikiran mereka.
Kebebasan berkspresi juga membuat manusia menciptakan peradaban. Sementara pembatasan akan menyuburkan ketidaktahuan, sehingga memudahkan kesalahpahaman di masyarakat.
Banyak yang menganggap bahwa kebebasan berbicara merupakan salah satu indikator kesejahteraan individu maupun masyarakat. Masalahnya, kaitan langsungnya tidak bisa diketahui dengan pasti.
Bidang kesehatan maupun layanan medis berkaitan erat dengan keakuratan informasi. Jika informasi ini diberikan pada masyarakat secara gratis, tentu akan sangat membantu karena merupakan dasar dari perlindungan serta promosi kesehatan yang efektif.
Hanya saja, kebebasan berbicara yang kebabalasan seringkali mengacaukan tujuan di atas. Ketika setiap orang bebas bicara melalui media apapun, informasi yang tidak mengandung kebenaran pun bebas bertebaran.
Salah satu contohnya adalah sosial media. Bertebaran kabar palsu dan debat kusir mengenai dunia kesehatan. Mulai dari vaksin hingga sistem pengobatan alternatif atau herbal.
Pembatasan pun bukan menjadi pilihan apalagi jika dilakukan pada tenaga kesehatan. Informasi yang berguna dari para petugas medis tentu sangat signifikan untuk memperkaya pengetahuan masyarakat.
Penerapan pembatasan kebebasan berbicara pada tenaga kesehatan membuat mereka menjadi pekerja yang hanya menunaikan kewajibannya saat jam kerja. Padahal penting bagi mereka untuk terhubung dengan masyarakat sebagai sesama manusia.
Mungkin tidak ada resep pasti agar kebebasan berekspresi bisa membantu masyarakat dalam mendapatkan kesehatan dan kesejahteraan dengan lebih baik. Tapi menghilangkan hak seseorang untuk berbicara tentu saja bukan solusi.
Untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai hubungan kebebasan berekspresi dengan kesehatan? Anda bisa konsultasi langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Apatis adalah suatu kondisi di mana seseorang bersikap acuh tak acuh, tidak peduli, dan tidak responsif terhadap berbagai hal dalam kehidupan. Kenali tanda-tandanya berikut ini.
Banyak orang yang tak menyadari jika dirinya cerdas sehingga cenderung meremehkan diri sendiri. Padahal ada beberapa ciri-ciri orang cerdas yang dapat dengan mudah diperhatikan.
Cara mencegah bunuh diri adalah mengajak orang tersebut berbicara secara personal. Jangan ragu untuk meminta bantuan dokter dan para profesional untuk masalah ini.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved