Konsumtif adalah pembelian impulsif, tidak rasional, dan boros. Orang yang konsumtif lebih mementingkan memenuhi keinginan daripada kebutuhan. Ini juga berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental.
11 Jul 2022
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Emosi negatif adalah salah satu pemicu perilaku konsumtif
Table of Content
Sadarkah Anda bahwa kemajuan teknologi cenderung membuat seseorang berperilaku konsumtif? Konsumtif adalah sifat yang menggambarkan kecenderungan seseorang membeli sesuatu lebih dari apa yang sebenarnya mereka butuhkan.
Advertisement
Lebih lanjut tentang apa itu perilaku konsumtif dan cara mencegahnya akan dibahas dalam artikel berikut ini.
Sifat konsumtif adalah kecenderungan untuk membeli dan menggunakan barang dalam jumlah tak terbatas, serta tidak berdasarkan pertimbangan rasional. Orang yang bersifat konsumtif lebih mementingkan memenuhi keinginan daripada kebutuhan.
Bisa dikatakan, sifat konsumtif adalah pembelian impulsif, tidak rasional, dan boros. Beberapa contoh perilaku konsumtif antara lain:
Penelitian terdahulu dalam jurnal Humaniora menyatakan bahwa seseorang yang memasuki masa remaja dan dewasa awal cenderung memiliki perilaku konsumtif. Ini berkaitan dengan adanya perubahan biologis, kognitif, dan sosial-ekonomi.
Perilaku konsumtif juga berkaitan dengan kesehatan mental seseorang. Perilaku konsumen atau bagaimana seseorang membeli dan menggunakan sesuatu berhubungan dengan aspek psikologis.
Dikutip dari Psychology Today, pembelian yang tidak rasional biasanya didorong oleh kebutuhan untuk menampilkan status sosial atau sebagai respons terhadap emosi negatif, seperti kesedihan atau kebosanan.
Hal senada pun diungkapkan sebuah penelitian dalam jurnal Plos One. Penelitian tersebut menyatakan bahwa emosi negatif seperti stres dan depresi turut memengaruhi perilaku konsumen, seperti perilaku belanja berlebihan.
Masih ingat fenomena panic buying pada awal pandemi Covid-19? Emosi negatif akibat pandemi seperti kecemasan juga dapat memengaruhi kesehatan mental yang menciptakan perilaku konsumtif seseorang.
Hal ini dikarenakan, kecemasan dapat mendorong seseorang untuk membeli barang yang memberikan rasa aman. Padahal, belum tentu barang tersebut benar-benar dibutuhkan.
Lebih lanjut, diketahui bahwa membeli barang baru bisa memicu lonjakan hormon dopamin yang menciptakan perasaan senang. Tak menutup kemungkinan hal ini bisa mendorong Anda untuk membeli lebih banyak
Tak hanya kesehatan mental, kesehatan fisik juga bisa terganggu akibat perilaku konsumtif. Misalnya, membeli makanan tidak sehat atau alkohol berlebihan memang bisa menawarkan kenyamanan atau kesenangan sesaat. Padahal, tindakan tersebut bisa berdampak negatif bagi tubuh karena dapat memicu gangguan kesehatan.
Sifat konsumtif harus dihindari agar tidak mengakar dan menjadi kebiasaan atau gaya hidup.
Mengingat salah satu penyebab sifat konsumtif adalah dorongan emosi negatif, cara efektif mencegahnya adalah dengan mempelajari keterampilan mengelola emosi.
Selain itu, beberapa cara mencegah perilaku konsumtif yang bisa Anda coba antara lain:
Konsumtif adalah kecenderungan membeli atau menggunakan sesuatu secara berlebihan di luar dari kebutuhan. Sifat ini sangat merugikan karena mendorong seseorang melakukan pembelian impulsif, tidak rasional, dan boros.
Jika tidak dicegah, perilaku konsumtif bisa menjadi kebiasaan atau gaya hidup yang tidak sehat.
Penting bagi Anda untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan sebelum membeli sesuatu, serta memahami efek jangka panjangnya. Cobalah untuk menghindari dan mengatasi emosi negatif yang bisa menjadi pemicu sifat konsumtif.
Jika masih ada pertanyaan seputar perilaku konsumtif atau cara mengelola emosi negatif, Anda juga bisa bertanya melalui fitur chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Melakukan hobi positif bisa meningkatkan mood sekaligus menjaga kesehatan mental. Lakukan aktivitas berkebun, bermain musik, atau menulis saat senggang.
Selain orang dewasa, anak-anak bisa mengalami gangguan kecemasan. Beberapa di antaranya adalah kecemasan berpisah, fobia spesifik, hingga serangan panik.
Hampir setiap orang pernah dan bisa melakukan kesalahan. Sayangnya, tidak semua orang berani mengakui kesalahan. Padahal, mengakui hal ini dapat memberi ruang untuk pembelajaran. Cara paling efektif saat menghadapi kesalahan adalah dengan mengakui dan meminta maaf.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved