Banyak orang mengaku dirinya perfeksionis. Apakah Anda juga termasuk? Orang perfeksionis memasang standar yang begitu tinggi dalam melakukan sesuatu dan terobsesi untuk menjadi sempurna.
2023-03-20 21:14:59
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Buatlah tujuan dan target yang lebih realistis, untuk mengendalikan sifat perfeksionis diri
Table of Content
Dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas, setiap orang tentu sudah memasang standar masing-masing. Beberapa orang ada yang menciptakan standar yang terlalu tinggi, sehingga dijuluki individu perfeksionis oleh orang lain. Baik atau burukkah sifat perfeksionis tersebut?
Advertisement
Sesuai istilahnya, perfeksionis adalah obsesi untuk menjadi orang yang sempurna. Perfeksionis juga dapat diartikan dengan memasang standar yang terlalu tinggi untuk diri sendiri dan orang lain. Hal ini berlaku untuk berbagai aktivitas, mulai dari dalam akademik hingga memilih pasangan.
Perfeksionis sebenarnya memiliki efek positif dan negatif. Di sisi positifnya, perfeksionis memotivasi kita untuk memberikan hasil terbaik dalam mencapai target. Bagi orang yang bisa mengendalikan sifat ini, perfeksionis juga mendorong adanya peningkatan kemampuan diri.
Namun sisi negatifnya, tak sedikit orang yang mengaku dirinya perfeksionis direpotkan oleh sifat tersebut. Perfeksionis berisiko menyebabkan Anda menunda-nunda dalam mengerjakan suatu hal, sehingga hasilnya pun tidak maksimal atau tidak tercapai. Sifat ini kadang juga membuat kita merendahkan diri sendiri.
Selain itu, sifat perfeksionis yang merusak ini juga memicu penurunan harga diri (self-worth), membandingkan prestasi diri dengan orang lain, dan menjadi lebih mudah stres.
Pada kasus yang parah, sifat perfeksionis dapat menjadi gejala pada orang-orang yang menderita gangguan psikologis tertentu. Gangguan psikologis tersebut, termasuk:
Ada beberapa gejala yang bisa Anda rasakan, jika perfeksionis menjadi obsesi yang mengganggu dan berefek negatif:
Berusaha mengejar nilai lebih dalam aktivitas tentu menjadi hal yang positif. Namun, jika sifat perfeksionis tersebut terlalu mengganggu diri Anda dan berefek negatif, ini cara yang bisa dicoba untuk mengendalikannya:
Beberapa orang yang mengaku dirinya perfeksionis memasang standar yang kelewat tinggi untuk dirinya dan orang lain. Memasang standar tinggi tentu bukanlah masalah. Yang menjadi masalah adalah jika standar tersebut tidak realistis untuk diraih dan malah ‘merusak’ mental dan fisik.
Dalam merancang target, selalu evaluasi dengan mendalam jika tujuan tersebut realistis atau tidak, seperti timeline dan variabel lain. Hal ini berlaku tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan pada orang lain, termasuk anak dan pasangan.
Anda bisa memasang skala prioritas terkait urusan yang memang perlu mendapatkan perhatian besar, dan urusan mana yang perlu ‘sedikit’ dikurangi standarnya. Dengan membuat skala prioritas ini, Anda bisa mencurahkan energi dan pikiran ke masalah yang lebih esensial. Kesalahan dalam membuat skala prioritas ini berisiko menimbulkan rasa kecewa yang lebih besar pada diri kita.
Banyak individu perfeksionis yang berlebihan tidak mengetahui kebutuhannya yang paling mendasar. Di waktu lain, Anda mungkin sudah tahu kebutuhan diri, namun bingung proses untuk meraihnya.
Anda bisa mengalokasikan waktu untuk me time dan bertanya pada diri sendiri. Di waktu ini Anda juga bisa memahami kebutuhan yang paling esensial.
Walau sulit, kegagalan adalah kemungkinan yang bisa terjadi saat kita mengejar sesuatu. Anda disarankan untuk senantiasa berlatih untuk mampu mengendalikan diri saat menghadapi kegagalan.
Jika Anda merasa sifat perfeksionis sudah melebihi batas wajar, merusak mental, dan mengganggu aktivitas, mencari pertolongan konselor atau ahli kejiwaan sangat disarankan.
Menjalani terapi perilaku kognitif dapat dilakukan untuk mengatasi sifat perfeksionis dan obsesi tidak sehat tersebut. Dengan terapi ini, Anda bisa belajar perspektif baru dalam mencapai prestasi dan target.
Baca Juga
Perfeksionis mungkin menjadi hal yang positif untuk beberapa orang. Namun, obsesi ini dapat merusak mental dan emosi bagi kelompok lainnya. Jika Anda merasa sifat perfeksionis sudah sangat mengganggu, segeralah cari bantuan konselor dan ahli jiwa.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Gejala yang mirip pada penderita gangguan kepribadian ganda dan bipolar seringkali memicu kesalahan diagnosis. Sejumlah gejala yang mirip antara lain perubahan suasana hati secara tiba-tiba, halusinasi, munculnya rasa putus asa, hingga keinginan untuk bunuh diri.
Selebritas Ariel Tatum memang sempat menghilang sejenak dari industri hiburan Indonesia. Ternyata, hal itu diakibatkan gangguan mental yang belum lama ini diakuinya. Seperti apa gejala dan cara menangani borderline personality disorder?
Disonansi kognitif adalah perasaan tidak nyaman saat menghadapi dua nilai yang berbeda - atau ketika melakukan hal yang tidak sesuai dengan kepercayaan yang dianut. Kondisi ini bisa kita alami dalam beberapa momen kehidupan, seperti seorang perokok yang paham bahwa rokok membahayakan tubuh namun ia tetap melakukannya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved