Proses persalinan adalah momen yang tak bisa ditebak. Terlepas dari harapan persalinan berjalan mulus, selalu ada risiko terjadinya komplikasi. Untuk itu, ibu hamil dan orang terdekat perlu tahu apa saja tanda bahaya persalinan mulai dari fase pembukaan hingga setelah bayi keluar.
2023-03-23 20:32:18
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Saat persalinan selalu ada risiko komplikasi
Proses persalinan adalah momen yang tak bisa ditebak. Terlepas dari harapan persalinan berjalan mulus, selalu ada risiko terjadinya komplikasi. Untuk itu, ibu hamil dan orang terdekat perlu tahu apa saja tanda bahaya persalinan mulai dari fase pembukaan hingga setelah bayi keluar.
Advertisement
Terkadang, kondisi medis atau penyakit yang diderita ibu sebelum hamil juga bisa berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi. Di sinilah pentingnya mendeteksi kemungkinannya lewat antenatal care dan pemeriksaan USG.
Komplikasi persalinan adalah kondisi yang bisa berbahaya untuk ibu dan bayi. Bagi ibu hamil yang sebelumnya sudah menderita penyakit kronis, sampaikan kepada dokter tentang hal ini. Dengan demikian, dokter bisa memantau dengan baik.
Beberapa contoh penyakit dan kondisi medis yang bisa meningkatkan risiko saat persalinan adalah:
Faktor risiko lain yang juga berpengaruh adalah hamil berusia di atas 35 tahun atau terlalu muda, merokok, mengonsumsi obat-obatan terlarang, hamil kembar, atau pernah mengalami persalinan prematur dan keguguran sebelumnya.
Baca Juga
Terkadang sulit mendeteksi tanda bahaya persalinan, terutama jika gejalanya cukup ringan. Oleh sebab itu, ibu hamil sebaiknya tidak meremehkan gejala apapun yang dirasakannya.
Lebih baik curiga pada kondisi false alarm ketimbang mengabaikannya. Namun tentu saja, ibu hamil tetap tidak perlu terlalu stres dan khawatir tentang risiko-risiko yang mungkin terjadi.
Salah satu cara agar tidak kelewat resah adalah dengan tahu apa saja tanda komplikasi persalinan, seperti:
Ada alasan mengapa ibu hamil selalu diminta mengukur tekanan darahnya secara berkala. Tekanan darah tinggi termasuk tanda bahaya karena berarti pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah dari jantung ke plasenta menjadi lebih sempit.
Tak hanya itu, tekanan darah tinggi juga berkaitan dengan risiko komplikasi lain seperti preeklamsia. Kondisi ini membuat ibu hamil rentan melahirkan sebelum hari perkiraan lahir atau prematur. Umumnya, preeklamsia terjadi pada usia kehamilan awal hingga 20 minggu.
Tanda bahaya persalinan adalah ketika bayi keluar dengan posisi kaki lebih dulu daripada kepala. Menurut American Pregnancy, posisi ini dikenal dengan kelahiran sungsang footling breech, yang mana salah satu atau kedua kaki bayi lahir terlebih dahulu sebelum seluruh tubuh janin.
Sebagian besar bayi yang berada di posisi ini akan dilahirkan dengan cara operasi, utamanya jika dokter mendeteksi janin stres atau terlalu besar untuk bisa dikeluarkan lewat vagina.
Bayi yang terlilit tali pusar juga bisa menjadi alasan dokter memutuskan persalinan lewat operasi C-section. Utamanya jika tali pusar melilit leher bayi, tertekan, menutup jalan lahir atau keluar lebih dulu sebelum bayi.
Baca juga: Ini Cara Mengetahui Posisi Bayi dalam Perut dengan Belly Mapping
Umumnya, perempuan akan kehilangan 500 ml darah saat persalinan bayi tunggal lewat vagina. Ketika persalinan dilakukan lewat operasi C-section, volume darah yang hilang sekitar 1.000 ml.
Perdarahan bisa terjadi setelah plasenta keluar dari tubuh mengingat kontraksi rahim terlalu lemah dan tidak bisa menekan pembuluh darah yang menjadi tempat melekatnya plasenta.
Konsekuensi yang mungkin terjadi adalah tekanan darah rendah, gagal organ, hingga kematian. Beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko ini seperti placenta previa, hipertensi, hingga proses persalinan yang terlalu lama.
Baca juga: Komplikasi Perdarahan Post Partum, Penyebab Utama Kematian Ibu Setelah Melahirkan
Kondisi prolonged labor terjadi ketika fase mulai dari pembukaan hingga persalinan berlangsung terlalu lama, yaitu bayi tidak lahir lebih dari 20 jam untuk kehamilan pertama. Sementara untuk kehamilan berikutnya, rentangnya adalah lebih dari 14 jam.
Wajar jika persalinan lama terutama di fase pembukaan. Namun apabila prolonged labor terjadi pada fase pembukaan aktif, mungkin saja perlu intervensi medis.
Penyebab persalinan terlalu lama beragam, mulai dari pembukaan serviks yang lambat, ukuran bayi terlalu besar, kehamilan kembar, serta faktor emosional seperti rasa stres dan takut.
Rahim robek atau uterine rupture bisa terjadi apabila seseorang pernah menjalani persalinan C-section sebelumnya. Ada kemungkinan luka ini terbuka saat persalinan berikutnya. Jika ini terjadi, bayi berisiko mengalami kekurangna oksigen. Selain itu, ada risiko ibu mengalami perdarahan berlebih.
Usia kehamilan di atas 35 tahun, ukuran bayi, serta pemberian induksi juga dapat berpengaruh terhadap kondisi ini. Untuk ibu hamil yang berencana melakukan vaginal birth after caesarian atau persalinan normal setelah C-section, diskusikan matang-matang dengan dokter.
Idealnya, tubuh ibu akan mengeluarkan plasenta dalam waktu 30 menit setelah mengeluarkan bayi. Jika lebih dari itu, disebut retained placenta. Kondisi ini dapat mengancam nyawa serta menyebabkan komplikasi bagi sang ibu, termasuk infeksi dan perdarahan berlebih.
Mengeluarkan ari-ari atau plasenta sama pentingnya seperti melahirkan bayi, agar rahim bisa berkontraksi dan perdarahan berhenti. Jika tidak berhasil dikeluarkan, pembuluh darah tempat organ melekat akan terus berdarah. Rahim pun tak bisa menutup sempurna sehingga risiko kehilangan darah dalam jumlah banyak bisa berbahaya.
Baca juga: Waspadalah, Kelainan Plasenta Ini Bisa Bahayakan Nyawa Anda dan Janin
Ibu hamil bisa mengalami kejang saat proses persalinan dengan tahapan seperti tatapan mata kosong, kewaspadaan menurun, hingga tubuh bergerak tak terkendali. Istilah medis untuk kondisi ini adalah eclampsia. Ini merupakan komplikasi serius dari preeklamsia. Seseorang bisa mengalaminya meski tidak pernah kejang sebelumnya.
Cara terbaik untuk mencegah komplikasi saat persalinan adalah dengan memantau perkembangan janin selama kehamilan melalui fasilitas kesehatan. Selalu sampaikan kepada dokter apabila ada gejala yang dirasa janggal.
Untuk berdiskusi lebih lanjut apa saja langkah pencegahan komplikasi saat persalinan yang bisa membahayakan ibu dan janin, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Manfaat semangka untuk ibu hamil adalah untuk meredakan mual hingga mencegah anemia. Namun, jangan makan semangka berlebihan saat hamil. Ini bisa meningkatkan risiko diabetes gestasional.
Menggunakan kosmetik yang aman untuk ibu hamil penting dilakukan guna menjaga kesehatan ibu dan janin. Adapun kosmetik yang dilarang untuk ibu hamil adalah mengandung paraben, retinol hingga tetrinoin.
Sakit perut sebelah kiri saat hamil muda bisa disebabkan oleh konstipasi hingga keguguran. Cara mengatasinya adalah dengan antibiotik, kuret, hingga dengan cara alami.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved