Perbedaan vaksin Sinovac dan Astrazeneca yang paling dasar adalah bahan bakunya. Sinovac dibuat dari virus Covid-19 yang sudah mati, sementara Astrazeneca dari adenovirus simpanse.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
4 Sep 2021
Perbedaan vaksin Sinovac dan Astrazeneca terletak di bahan bakunya
Table of Content
Proses vaksinasi Covid-19 masih terus gencar dilakukan dengan beberapa merek, di antaranya vaksin Sinovac dan Astrazeneca. Keduanya sudah mendapat izin WHO dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan dianggap aman untuk dipakai mengurangi penyebaran Covid-19.
Advertisement
Meski sama-sama efektif, ada perbedaan mendasar antara kedua vaksin tersebut. Berikut informasi lengkapnya untuk Anda.
Ini perbedaan vaksin Sinovac dan Astrazeneca yang perlu Anda tahu.
Perbedaan paling mendasar dari vaksin Sinovac dan Astrazeneca adalah bahan baku yang digunakan. Vaksin Sinovac terbuat dari virus Covid-19 yang sudah tidak aktif (inactivated virus). Sementara itu, vaksin Astrazeneca dibuat dari vektor adenovirus dari simpanse.
Kedua vaksin tersebut sama-sama akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap Covid-19.
Virus Covid-19 yang sudah tidak aktif pada vaksin Sinovac, akan membantu imun tubuh mengenali virus. Dengan begitu, saat terpapar virus penyebab Covid-19, imun akan langsung bergerak untuk melawannya. Kita jadi tidak tertular atau mengurangi risiko terjadinya gejala berat.
Mekanisme yang sama juga terjadi pada vaksin Astrazeneca. Adenovirus dari simpanse akan membawa spike protein (bagian tajam di permukaan virus yang dapat menempel ke sel) ke dalam tubuh.
Ini akan memicu daya tahan tubuh mengenali virus Covid-19 dan membuat perlindungan jika suatu saat Anda terinfeksi.
Vaksin Sinovac maupun Astrazeneca sama-sama diberikan sebanyak dua dosis. Namun, jarak pemberiannya berbeda.
Jarak pemberian dosis 1 dan 2 pada vaksin Sinovac adalah 28 hari, sedangkan Astrazeneca 12 minggu.
Efikasi vaksin Sinovac dalam melawan virus Covid-19 dilaporkan sebesar 56-65%. Namun, angka ini belum termasuk varian baru, seperti varian delta. Hingga saat ini, penelitian mengenai keampuhan vaksin Sinovac untuk mencegah varian delta masih terus dilakukan.
Sementara, melansir dari lama resmi Astrazeneca, vaksin ini memiliki efikasi sebesar 76%. Selain itu, vaksin Astrazeneca juga dapat 100% mencegah infeksi Covid-19 berat dan 85% mencegah infeksi bergejala pada lansia berusia 65 tahun ke atas.
Namun lagi-lagi, efikasi tersebut tidak termasuk di dalamnya varian delta dan varian-varian Covid-19 baru lainnya.
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan tanggal 19 Agustus 2021, peneliti Universitas Oxford menyebut vaksin Astrazeneca ampuh melindungi dari viral load (paparan jumlah virus) yang tinggi.
Bahkan, pada hari ke-14 setelah vaksin dosis kedua, keampuhannya hingga 69%. Efektivitasnya kemudian akan menurun menjadi 61% setelah hari ke-90.
Perbedaan vaksin Sinovac dan Astrazeneca selanjutnya terletak di peruntukannya.
Vaksin Sinovac boleh diberikan pada anak-anak mulai usia 12 tahun hingga lansia. Sementara itu, hingga saat ini, pemberian vaksin Astrazeneca belum direkomendasikan untuk orang yang berusia 18 tahun ke bawah.
Vaksin Sinovac boleh diberikan pada ibu hamil dengan prioritas yang berada di daerah risiko tinggi. Sedangkan vaksin Astrazeneca hingga saat ini belum mendapatkan persetujuan untuk diberikan pada ibu hamil.
Selain kedua kelompok di atas, baik vaksin Sinovac maupun Astrazeneca bisa diberikan selama kondisi saat vaksin sedang sehat.
Bagi orang dengan kondisi komorbid maupun riwayat penyakit lain, dibutuhkan persetujuan dari dokter untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Efek samping vaksin Sinovac maupun Astrazeneca tidak berbeda jauh. Berikut ini beberapa kondisi yang dapat Anda alami setelah mendapat suntikan vaksin Sinovac ataupun Astrazeneca:
Efek samping vaksin akan hilang dengan sendirinya dalam 1-2 hari. Anda juga bisa mengonsumsi obat untuk meredakan gejala, seperti paracetamol untuk meredakan demam dan nyeri otot.
Vaksin Astrazeneca memiliki efek samping yang sangat jarang terjadi, yaitu terbentuknya trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) atau pembentukan gumpalan darah dengan kadar trombosit yang rendah.
Risiko ini, berdasarkan data yang ditulis oleh otoritas kesehatan Australia, paling banyak terjadi pada kelompok usia di bawah 50 tahun dengan perbandingan 3:100.000.
Baca Juga
Perbedaan vaksin Sinovac dan Astrazeneca tidak mengurangi manfaat yang ada pada masing-masing vaksin. Anda disarankan untuk mendapatkan vaksin apa pun yang tersedia di area tempat tinggal Anda.
Semakin banyak orang yang divaksin, keparahan akibat infeksi Covid-19 juga akan semakin menurun. Penyebarannya lama kelamaan akan semakin berkurang.
Selain itu, ini juga akan membantu fasilitas kesehatan tidak kebanjiran pasien dan bisa fokus menangani pasien yang bergejala berat.
Ini adalah salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah Covid-19 dan menghentikan pandemi.
Apabila Anda masih punya pertanyaan seputar vaksin Covid-19, diskusikan langsung ke dokter lewat fitur Chat Dokter di aplikasi kesehatan SehatQ. Unduh secara gratis di App Store maupun Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Nina Hertiwi Putri
Referensi
Artikel Terkait
Covid-19 disinyalir dapat menyebabkan penurunan IQ pada pasien yang telah sembuh. Besarnya penurunan tergantung pada keparahan gejala yang sebelumnya dialami penderita.
27 Jul 2021
Tak peka bau dan rasa secara tiba-tiba belakangan ini disebut sebagai salah satu ciri baru terinfeksi virus corona. Hal ini disampaikan oleh beberapa dokter THT di Inggris.
31 Mar 2020
Masker yang digunakan banyak orang untuk menghindari paparan virus dan bakteri penyebab penyakit memiliki dua sisi berbeda, yaitu sisi berwarna hijau dan sisi berwarna putih. Sudah tahukah Anda cara pakai masker yang benar?
4 Sep 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved