Spermatogenesis dan oogenesis adalah proses pembentukan sel reproduksi, yaitu sel sperma pada pria dan sel telur pada wanita. Kedua proses ini disebut sebagai gametogenesis. Proses ini sangat menentukan untuk terjadinya kehamilan.
26 Agt 2022
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Spermatogenesis dan oogenesis adalah proses pembentukan sel reproduksi pada pria dan wanita
Table of Content
Dalam sistem reproduksi, sel sperma dan sel telur adalah dua hal utama yang paling penting agar proses kehamilan dapat tercipta. Namun, sebelum sel sperma dan sel telur bertemu dalam proses pembuahan, terdapat proses yang disebut dengan spermatogenesis dan oogenesis. Apa perbedaan spermatogenesis dan oogenesis serta bagaimana proses keduanya terjadi?
Advertisement
Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Secara sederhana, spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma. Sedangkan oogenesis berarti pembentukan sel telur. Proses keduanya ini dikenal dengan sebutan gametogenesis.
Gametogenesis sendiri berarti proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Pada manusia, ini dibedakan menjadi dua, yaitu sel telur dan sel sperma.
Sel gamet jantan disebut dengan spermatozoa. Ini adalah cikal-bakal sel sperma nantinya. Spermatozoa ini dihasilkan di testis dan akan melalui proses pematangan menjadi sel sperma.
Berikut ini adalah proses spermatogenesis dan oogenesis secara lengkap.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa atau yang biasa kita kenal dengan sperma. Proses produksi sperma ini terjadi di bagian testis yang disebut dengan tubulus seminiferous.
Pada dinding tubulus seminiferous, terdapat calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan dan sel Sertoli. Sel Sertoli inilah yang nantinya akan memberikan nutrisi pada cikal bakal sperma sehingga bisa melakukan pembelahan (secara mitosis dan meiosis), dan berbentuk menyerupai kecebong.
Setelahnya, sel sperma akan menuju epididimis. Dari epididimis, sperma bergerak ke bagian lain yang dinamakan vas deferens dan duktus ejakulatorius untuk proses pematangan tahap akhir.
Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh organ reproduksi lainnya, seperti vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan bulbo uretra, ditambahkan pada sperma hingga membentuk cairan yang biasa disebut sebagai semen atau air mani.
Cairan mani berisi sperma inilah yang kemudian dikeluarkan saat ejakulasi. Normalnya, spermatogenesis membutuhkan waktu 74 hari sampai sperma benar-benar matang dan siap membuahi sel telur.
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium (indung telur). Oogenesis dimulai dengan pembentukan benih sel-sel telur yang disebut oogonia. Proses ini sudah terjadi ketika janin perempuan berada di kandungan ibu.
Selama proses pembentukan sel telur semasa janin, akan terdapat 6-7 juta sel telur. Jumlah ini akan berkurang hingga hanya menjadi 1 juta sel telur saat bayi dilahirkan. Jumlah ini akan terus mengalami penurunan hingga sekitar 300.000 sel telur yang disimpan saat masa pubertas tiba.
Memasuki usia pubertas, proses pembentukan dan pematangan sel telur akan kembali dimulai satu bulan sekali dalam siklus menstruasi. Selama usia produktif, setidaknya ada 300-400 telur matang yang akan dilepaskan untuk siap dibuahi. Jumlah dan kualitas telur ini akan terus menurun seiring berjalannya usia seorang wanita.
Proses oogenesis saat seorang wanita memasuki masa puber dimulai di indung telur (ovarium). Selama siklus menstruasi, indung telur akan menghasilkan 5-20 kantung kecil yang disebut dengan folikel.
Setiap folikel ini mengandung sel telur yang belum matang. Sel telur yang nantinya sudah matang ini akan dilepaskan oleh ovarium dan berjalan menuju tuba falopi.
Di tuba falopi ini, sel telur yang sudah matang akan menunggu kedatangan sperma untuk proses pembuahan. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan menetap di tuba falopi dan menempel di dinding rahim. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan dikeluarkan dari dalam tubuh sekitar 14 hari kemudian dalam bentuk darah menstruasi.
Secara sederhana, spermatogenesis dan oogenesis adalah sama-sama proses pembentukan sel reproduksi. Bedanya, spermatogenesis terjadi di laki-laki, sedangkan oogenesis terjadi pada perempuan.
Berikut adalah tabel perbedaan spermatogenesis dan oogenesis:
Faktor utama yang paling memengaruhi kedua proses gametogenesis ini adalah hormon. Hormon yang memengaruhi spermatogenesis tentu berbeda dengan hormon yang memengaruhi oogenesis.
Pada pria, ada tiga hormon yang memengaruhi spermatogenesis, yaitu:
Sementara pada wanita, hormon utama yang memengaruhi terjadinya oogenesis adalah LH dan FSH yang dirangsang oleh hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone). Hormon GnRH sendiri dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus.
Ketidakseimbangan pada hormon ini nantinya dapat memengaruhi kualitas sel sperma ataupun sel telur dalam proses spermatogenesis dan oogenesis.
Selain itu, suhu testis juga dapat memengaruhi proses spermatogenesis. Berbeda dengan perempuan yang tidak terpengaruh suhu dari luar.
Spermatogenesis dan oogenesis adalah dua proses penting agar dapat terjadi kehamilan. Jika kedua proses ini berjalan optimal, normalnya kehamilan secara alami akan lebih besar peluangnya.
Cobalah berkonsultasi ke dokter apabila Anda merasa susah hamil meski sudah berhubungan seks pada masa subur. Mungkin saja ada hormon atau kondisi kesehatan lain yang membuat spermatogenesis dan oogenesis tidak berjalan optimal.
Anda juga bisa melakukan konsultasi dokter online lewat aplikasi kesehatan keluarga SehatQ untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memeriksakan diri atau sekadar berkonsultasi mengenai keraguan Anda. Download sekarang di App Store dan Google Play, gratis.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Kabar kehamilan adalah hal yang membahagiakan, namun wajar saja Anda disertai rasa khawatir apabila muncul tanda-tanda kehamilan di usia 47 tahun. Secara medis, ketika seorang perempuan hamil pada usia di atas 35 tahun (kehamilan geriatri) risiko kehamilannya memang lebih tinggi.
Beberapa rumah sakit dan dokter memilih posisi litotomi atau mengangkang karena memberi akses lebih mudah baik ke ibu maupun bayi. Padahal, kontraksi bisa berlangsung jauh lebih menyakitkan bahkan menyulitkan proses persalinan.
Hampir semua wanita menginginkan kehadiran buah hati, termasuk mereka yang memiliki gangguan bipolar. Akan tetapi, ada beberapa hal penting yang perlu dipahami demi menjaga keselamatan diri dan bayi selama proses kehamilan, persalinan, dan merawat anak nantinya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved