Perbedaan DBD dan corona memang sulit dilihat, terutama jika ketika penyakit masih ringan. Perbedaan biasanya baru terlihat apabila tes laboratorium sudah dilakukan.
2023-03-29 05:24:45
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Perbedaan dbd dan corona terletak pada gejala khas yang spesifik
Table of Content
Sebagai virus yang baru berusia beberapa bulan, masih banyak sifat dari SARS-COV-2 (penyebab COVID-19) yang belum diketahui. Hal ini membuat gejala penyakit ini seringkali dianggap sebagai gejala penyakit lain yang lebih familiar, salah satunya demam berdarah dengue (DBD). Tidak banyak yang tahu, perbedaan DBD dan corona sebenarnya tipis.
Advertisement
Baik DBD maupun COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Sehingga, gejala awal yang terjadi memang bisa saja mirip, seperti demam, nyeri otot, dan badan terasa lemas.
Menurut laporan yang diterbitkan di Singapura, ada dua contoh kasus yang menggambarkan kesalahan diagnosis COVID-19 menjadi demam berdarah dengue. Di Indonesia, artis ibu kota Andrea Bimo yang positif terinfeksi COVID-19 pun sebelumnya menerima perawatan di rumah sakit dengan diagnosis awal demam berdarah.
Infeksi virus DBD dan corona sulit untuk dibedakan karena keduanya memiliki ciri klinis serta laboratoris yang mirip. Sebagai contoh, seorang pasien di Singapura datang dengan mengalami gejala yang mirip dengan gejala DBD, seperti:
Ia tidak memiliki riwayat bepergian ke luar negeri serta tidak merasa pernah berkontak dengan orang yang positif COVID-19. Lalu, pemeriksaan rontgen pun menunjukkan hasil baik. Setelah itu, dokter memeriksanya dengan melakukan rapid test untuk DBD dan hasilnya positif.
Akhirnya, dokter memutuskan untuk mendiagnosis kondisinya sebagai DBD. Namun, setelah beberapa hari menjalani perawatan, pasien tak kunjung membaik dan malah mengalami gejala tambahan, yaitu sesak napas.
Setelah melakukan pemeriksaan rontgen paru ulangan, dokter memutuskan untuk menjalankan pemeriksaan swab pada pasien. Hasilnya, ternyata pasien positif COVID-19.
Laporan tidak jauh berbeda juga terjadi pada pasien kedua di Singapura. Bedanya, gejala yang ia alami juga ditambah dengan lemas, nyeri otot, dan diare. Karena kondisinya yang tak kunjung membaik setelah dirawat akibat DBD, maka dokter memutuskan untuk melakukan pemeriksaan tambahan, termasuk swab untuk corona dan ternyata, hasilnya pun positif COVID-19.
Kesalahan diagnosis kedua pasien ini, disebut dalam laporan tersebut adalah karena hasil false positif atau positif palsu saat dilakukan rapid test DBD. Karena itu, ada baiknya jika memenuhi kriteria, pasien suspect DBD juga menjalani tes COVID-19 untuk mendapatkan diagnosis yang lebih pasti.
Meski mirip, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pembeda antara DBD dan corona, yaitu:
Secara klinis, gejala DBD dan infeksi COVID-19 memang tidak jauh berbeda. Namun, ada beberapa hal sebagai ciri khas gejala DBD yang sejauh ini belum ditemukan pada pasien COVID-19, yaitu munculnya bintik-bintik merah yang biasanya muncul pada hari kedua hingga kelima setelah tubuh mulai demam.
Pada beberapa orang, DBD juga bisa memicu terjadinya perdarahan ringan seperti mimisan, gusi berdarah, dan mudah memar.
Baru-baru ini pula, peneliti menemukan bahwa terdapat gejala yang mungkin terindikasi pada pasien COVID-19 berupa conjunctivitis atau infeksi pada membran transparan mata. Hal ini dapat menyebabkan mata merah, masalah pencernaan, lelah berlebihan yang tidak wajar, rasa nyeri pada otot, hingga sakit kepala.
Meski sama-sama berasal dari virus, penularan DBD dan virus corona berbeda. Seperti yang kita tahu, DBD ditularkan melalui nyamuk. Sementara itu, virus corona ditularkan melalui droplet atau percikan air liur penderita.
Pemeriksaan DBD yang menyeluruh biasanya disertai dengan pemeriksaan darah lengkap. Sementara itu pada COVID-19, pemeriksaan spesimen darah biasanya hanya dilakukan saat rapid test menggunakan antibodi.
Untuk infeksi virus corona, pemeriksaan yang paling akurat adalah dengan pengambilan sampel melalui tes swab baik dari hidung maupun tenggorokan yang kemudian diperiksa menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).
Mempraktikkan physical distancing atau menjaga jarak antarmanusia, sangat penting untuk mencegah penyebaran COVID-19. Sebab, droplet yang keluar dari tubuh penderita yang positif, masih bisa jatuh ke permukaan di dekatnya. Selain itu, rajin cuci tangan dan tidak menyentuh wajah juga sangat bisa mengurangi penularan virus corona.
Sementara itu pada demam berdarah, cara paling efektif untuk mencegahnya adalah dengan memutus daur hidup nyamuk, sebagai pembawa virus. Menjaga kebersihan lingkungan dengan menutup rapat tempat yang bisa menampung air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang wadah yang bisa menampung air dianggap efektif untuk cegah DBD.
Sementara itu untuk pengobatan DBD dan COVID-19 sendiri tidak jauh berbeda. Sejauh ini, belum ada obat yang benar-benar dianggap efektif untuk mengatasi infeksi virus corona. Begitu juga dengan pengobatan untuk DBD.
• Macam metode pemeriksaan corona: Perbedaan rapid test dan pemeriksaan swab untuk diagnosis COVID-19
• Chloroquine, apa itu?: Mengenal chloroquine lebih jauh
• WFH sambil order makanan, amankah?: Pesan makanan lewat ojek online saat pandemi, bisakah tertular?
Jadi, pengobatan kedua penyakit fokus untuk meredakan gejala yang dirasakan dan meningkatkan daya tahan tubuh, agar antibodi di tubuh kita bisa mengalahkan virus yang mampir. Sebab, infeksi virus merupakan penyakit self limiting disease atau penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya apabila daya tahan tubuh kita bagus.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Per 24 Juli 2021, terdapat 966 kasus variant of concern (VoC) di Indonesia yang didominasi varian Delta. Varian Covid-19 ini dipercaya lebih mudah menular dibandingkan jenis virus corona lainnya.
Penambahan kasus COVID-19 di seluruh dunia dan Indonesia terus meningkat hingga saat ini. Virus corona belum ada obatnya. Bagaimana mencegah penyebarannya?
Mengapa kita harus mencuci tangan sebelum makan? Cuci tangan sebelum makan dapat mengurangi penyebaran virus yang ada di sekitar. Tapi, jangan sembarangan cuci tangan, ya!
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved