Perbedaan ciri hamil dan menopause dapat diperhatikan dari beberapa aspek, seperti perubahan siklus menstruasi, gairah seksual, hingga suasana hati.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
19 Okt 2022
Hamil dan menopause memiliki ciri-ciri yang berbeda
Table of Content
Ketika tidak mengalami menstruasi, bisa jadi Anda hamil atau menopause. Keduanya memiliki tanda-tanda yang serupa sehingga bisa membuat wanita keliru. Untuk itu, penting memahami perbedaan ciri hamil dan menopause.
Advertisement
Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi yang umumnya terjadi pada wanita berusia 40 tahun ke atas. Namun, sebagian wanita juga dapat mengalaminya lebih dini.
Wanita yang sudah menopause tidak bisa hamil lagi. Akan tetapi, mereka dapat merasakan gejala yang mirip kehamilan. Lantas, apa saja perbedaan antara hamil dan menopause?
Mulai dari perubahan siklus menstruasi hingga suasana hati, berikut adalah perbedaan ciri hamil dan menopause yang perlu Anda ketahui.
Wanita yang sedang hamil atau memasuki masa menopause akan mengalami perubahan siklus menstruasi karena perubahan hormon.
Telat haid merupakan salah satu tanda kehamilan, sedangkan haid tidak teratur bisa menandakan dimulainya menopause.
Ketika hamil, Anda tidak akan mengalami menstruasi sama sekali.
Sementara itu, ciri-ciri haid menjelang menopause dapat menyebabkan perubahan aliran darah menstruasi, timbulnya bercak ringan, serta menstruasi yang lebih panjang atau lebih pendek dari biasanya.
Perbedaan ciri hamil dan menopause selanjutnya adalah seputar kelelahan dan masalah tidur.
Wanita yang sedang hamil dapat merasakan kelelahan karena lonjakan hormon progesteron, yang kemudian menyebabkan kantuk.
Sementara itu, wanita lebih mungkin mengalami kesulitan tidur sehingga tetap terjaga dan merasa lebih lelah dari biasanya menjelang menopause.
Sakit kepala bisa terjadi pada masa kehamilan maupun menopause karena perubahan hormon yang terjadi.
Pada masa menopause, hilangnya hormon estrogen bisa menyebabkan sakit kepala. Sementara itu, peningkatan hormon pada masa kehamilan dapat menjadi penyebab sering sakit kepala.
Namun, sakit kepala juga dapat disebabkan kurang tidur, stres, dehidrasi, atau masalah lainnya.
Selama kehamilan, kenaikan berat badan umumnya terjadi secara bertahap.
Seiring pertumbuhan janin di dalam kandungan, perut ibu hamil juga semakin membesar. Pola makan maupun masalah lain juga bisa menyebabkan berat badan bertambah.
Sementara itu, selama menopause, metabolisme tubuh melambat sehingga membuat wanita lebih sulit mempertahankan berat badan yang sehat.
Perubahan hormon juga bisa menambah berat badan di sekitar perut Anda.
Wanita lebih sering buang air kecil selama kehamilan. Hal tersebut terjadi karena peningkatan darah menyebabkan ginjal memproses lebih banyak cairan yang masuk ke kandung kemih sehingga Anda ingin buang air kecil.
Sementara itu, pada masa menopause, hilangnya tonus atau ketegangan jaringan otot dapat menyebabkan Anda kehilangan kendali atas kandung kemih. Alhasil, sulit untuk menahan buang air kecil.
Selanjutnya, perbedaan ciri hamil dan menopause adalah perubahan gairah seksual. Hal tersebut disebabkan perubahan hormon yang terjadi.
Ciri-ciri menopause dapat ditandai dengan dorongan seks yang rendah, sedangkan libido selama kehamilan bisa meningkat atau menurun.
Di awal kehamilan, rahim Anda mungkin mengalami kram. Perubahan hormon saat hamil juga bisa menyebabkan perut kembung.
Kembung dan kram juga bisa terjadi menjelang menopause. Masalah ini bisa menjadi sinyal bahwa menstruasi akan datang.
Perbedaan ciri hamil dan menopause juga terletak pada perubahan suasana hati yang dialami wanita. Hal tersebut disebabkan perubahan hormon yang terjadi.
Saat hamil, Anda dapat menjadi sangat emosional dan mudah menangis. Sementara itu, memasuki masa menopause, Anda bisa menjadi murung, mudah marah, hingga mengalami peningkatan risiko depresi.
Itulah beberapa perbedaan ciri hamil dan menopause yang bisa Anda perhatikan. Jangan sampai keliru dalam membedakan tanda-tanda hamil di usia tua dan menopause supaya Anda bisa melakukan penanganan yang sesuai.
Baca Juga
Seiring bertambahnya usia, kesuburan wanita umumnya berkurang. Meski demikian, hamil menjelang menopause tetap bisa terjadi selama Anda masih mengalami siklus menstruasi meskipun tidak teratur.
Sebab, menstruasi menandakan bahwa Anda masih memiliki cadangan sel telur yang bisa dibuahi.
Dilansir dari Very Well Health, pada tahun 2017, ada 840 kelahiran untuk wanita berusia 50 tahun ke atas di Amerika Serikat.
Selain itu, data yang sama juga menyebutkan angka kelahiran untuk wanita berusia 45 tahun ke atas adalah 0,9 kelahiran per 1000 wanita.
Walaupun jumlahnya kecil, data di atas menunjukkan bahwa hamil menjelang menopause dapat terjadi pada wanita usia paruh baya. Apalagi jika Anda masih aktif secara seksual dan tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Sementara itu, salah satu pertanyaan yang sering diajukan seputar masalah ini adalah: bisakah wanita menopause subur kembali?
Jawabannya adalah tidak. Paslanya, wanita yang telah menopause tidak lagi mengalami menstruasi sehingga mustahil untuk hamil.
Meski bisa terjadi, hamil menjelang menopause memiliki sejumlah risiko yang patut Anda pertimbangkan.
Ada potensi peningkatan risiko keguguran karena kualitas sel telur yang rendah dan perubahan rahim yang tidak sekuat dulu. Kondisi ini dapat ditandai dengan perdarahan dan nyeri atau kram perut.
Walaupun wanita yang mengalami pramenopause bisa hamil, buruknya kualitas sel telur mereka dapat meningkatkan risiko cacat lahir karena kelainan kromosom, seperti sindrom Down atau sindrom Patau.
Hamil menjelang menopause juga bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur, yakni bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Kondisi ini bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan si kecil.
Hamil di usia yang tidak lagi muda dapat terasa lebih berat. Anda memiliki kemungkinan yang lebih tinggi mengalami komplikasi kehamilan atau persalinan, seperti darah tinggi, stroke, kejang, diabetes gestasional, dan masalah jantung.
Jika Anda hamil di waktu menjelang menopause, Anda harus lebih sering memeriksakan kandungan ke dokter untuk mencegah terjadinya risiko di atas.
Sementara itu, jika Anda menghindari hamil menjelang menopause, sebaiknya gunakan kontrasepsi sampai Anda tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut.
Namun, apabila Anda menginginkan kehamilan, berkonsultasilah dengan dokter kandungan mengenai keamanan dan risikonya.
Jika Anda ingin bertanya lebih lanjut seputar kehamilan dan menopause, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Dina Rahmawati
Referensi
Artikel Terkait
Larangan ibu hamil trimester pertama yang harus dijadikan pengingat. Siapa sangka, beberapa di antaranya mungkin saja sudah jadi kebiasaan Anda yang sulit dihindari, tapi membahayakan janin.
21 Sep 2023
Proses oogenesis atau pembentukan sel telur wanita terjadi di dalam kelenjar reproduksi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hormon, seperti hormon LH hingga progesteron.
29 Sep 2023
Pada usia hamil 22 minggu, salah satu perkembangan janin yang terjadi adalah indera penglihatan dan pendengaran semakin membaik. Sementara, bumil mengalami pembengkakan di kaki dan kontraksi palsu.
5 Okt 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved