Cinta dan obsesi punya sejumlah perbedaan. Salah satunya, cinta memberikan rasa aman, sedangkan obsesi tidak
10 Feb 2022
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Perbedaan cinta dan obsesi cukup tipis
Table of Content
Tidak sabar ingin bertemu, selalu ingin mengetahui kabar, hingga rindu mendengar suara si dia adalah sedikit dari banyak ciri-ciri orang sedang jatuh cinta. Ini menggemaskan, tapi kalau kadarnya dibiarkan berlebih, bukan tidak mungkin hal dianggap cinta tersebut sebenarnya adalah obsesi.
Advertisement
Perbedaan cinta dan obsesi sering kali sulit terlihat. Padahal dampak dari berada dalam hubungan yang memiliki pasangan obsesif bisa sangat merusak mental bahkan fisik.
Perasaan cinta dan obsesi sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup jelas. Namun, persepsi yang hadir membuat beberapa orang beranggapan bahwa perilaku obsesif juga merupakan tanda cinta.
Romantisasi di film maupun buku-buku juga sedikit banyak berperan mengaburkan persepsi cinta dan obsesi.
Pada cerita Romeo dan Juliet yang dianggap sebagai kisah cinta romantis klasik, misalnya, sebenarnya terselip perilaku obsesif. Salah satu tandanya adalah saat mereka berdua akhirnya memutuskan untuk bunuh diri bersama.
Agar Anda tidak terjebak dalam hubungan obsesif yang berbahaya, kenali perbedaan cinta dan obsesi berikut ini:
Perbedaan pertama antara cinta dan obsesi adalah rasa saling percaya. Orang yang mencintai Anda akan memercayai Anda. Jika rasa percaya tidak muncul dalam satu hubungan, hubungan bisa berkembang dan dipenuhi perasaan obsesi.
Ketidakpercayaan yang ada pada orang obsesif sangatlah ekstrem. Mereka akan selalu menghubungi Anda setiap waktu tanpa mengenal batas. Pesan hingga telepon akan terus-menerus masuk sebelum Anda membalas atau memberikan laporan padanya.
Rasa percaya bahkan tidak muncul meski Anda sedang bersama teman, saudara, atau bahkan orang tua. Mereka akan terus mengawasi dengan saksama setiap langkah Anda dan langsung menuduh yang tidak-tidak karena merasa Anda tidak bisa dipercaya.
Pasangan dengan kehidupan cinta yang sehat, akan membuat mereka merasa dihargai, dicintai, dan diperhatikan. Ini membuat mereka bisa berkembang dalam hal pekerjaan, sekolah, hingga pertemanan serta hubungan lain di luar percintaan.
Memiliki kebebasan untuk bereksplorasi akan memberikan ruang untuk berkembang yang sehat. Rasa cinta akan membuat kita mendukung hal-hal yang baik untuk kemajuan pasangan.
Sementara pasangan yang terobsesi justru akan menghambat perkembangan tersebut. Anda biasanya akan dikekang untuk melakukan hal-hal lain selain dengan pasangan.
Kesulitan mendapatkan persetujuan dari pasangan yang berlebihan untuk melakukan hal-hal yang positif adalah salah satu ciri-ciri obsesi dan bukan cinta atau perhatian.
Perasaan cemburu adalah hal yang lumrah dirasakan orang yang jatuh cinta. Selama kadarnya tidak berlebihan, maka ini bisa menjadi bumbu-bumbu yang mengeratkan hubungan.
Perbedaan antara cinta dan obsesi bisa dilihat dari sikapnya saat cemburu. Orang yang terobsesi tidak jarang cemburu pada hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi atau mengalami delusi.
Orang yang obsesif mungkin menciptakan skenario terburuk di dalam kepalanya dan menyalahkan Anda untuk hal itu.
Rasa cemburu yang berlebihan seperti tidak suka melihat Anda sekadar menyapa teman atau bahkan keluarga adalah salah satu ciri-ciri obsesi.
Perbedaan cinta dan obsesi bisa dilihat dari efek kecanduan yang ditimbulkan. Orang yang memiliki perasaan obsesi akan begitu kecanduan dengan orang yang dicintainya.
Akibatnya, mereka akan melakukan tindakan-tindakan ekstrem untuk memastikan orang tersebut tidak akan menjauh darinya.
Salah satu tanda pasangan sudah mengalami kecanduan cinta yang mengarah pada sifat obsesif adalah membatasi interaksi Anda dengan orang lain, termasuk teman dan keluarga agar Anda bisa selalu dekat dengannya.
Orang yang obsesif akan berusaha membuat pasangannya juga mengalami kecanduan yang sama. Ia akan membuat Anda tidak bisa hidup tanpa dirinya.
Caranya bisa bermacam-macam, salah satunya adalah melarang memiliki penghasilan sendiri tanpa diberikan hal-hal lain untuk mencukupi kebutuhan hidup. Bahkan, beberapa orang ada yang membatasi sampai ke makanan.
Seperti yang telah disebutkan di atas, obsesi bisa menyebabkan kecanduan dan salah satu ciri kecanduan adalah penyangkalan atau denial. Orang yang kecanduan akan menyangkal atau menolak menyadari bahwa yang telah mereka lakukan keliru.
Orang yang terobsesi, kerap menciptakan sendiri gambaran tentang pasangannya. Begitu di dunia nyata gambaran itu tidak terwujud, ia akan berusaha menyangkal dengan cara tetap memaksakan pandangannya pada pasangan.
Penyangkalan yang dilakukan bisa memengaruhi pasangan sehingga lama kelamaan, keduanya akan sulit membedakan antara cinta dan obsesi.
Baca Juga: Apa Beda Cinta dengan Nafsu? Kenali Selengkapnya
Setelah mengetahui perbedaan antara cinta dan pasangan, Anda kini mungkin mulai bisa menilai apa yang terjadi antara Anda dan pasangan. Saat Anda merasa pasangan memiliki perilaku obsesif, jangan salahkan diri Anda.
Perasaan obsesif yang pasangan Anda miliki bukan disebabkan oleh kekurangan Anda sebagai pasangan. Malah, ini bisa menjadi tanda adanya gangguan mental.
Perilaku obsesif dalam hidup sehari-hari, termasuk percintaan, bisa menjadi salah satu gejala penyakit mental, seperti:
Di antara keempatnya, attachment disorder adalah gangguan kejiwaan yang paling sering dikaitkan dengan perilaku obsesif pada percintaan.
Saat seseorang tidak bisa membentuk ikatan atau attachment yang sehat dengan orang lain, maka ini akan memengaruhi cara mereka berperilaku dalam satu hubungan.
Berada dalam hubungan yang salah satunya memiliki perilaku obsesif adalah hal yang melelahkan dan bisa memberikan pengaruh buruk pada kesehatan mental dan fisik.
Baca Juga: Apa Itu Friendzone? Kenali Ciri-ciri dan Cara Mengatasinya
Jika Anda merasa bahwa pasangan menunjukkan ciri-ciri cinta yang obsesif, ada baiknya apabila Anda berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan cara yang tepat untuk menghadapi hubungan tersebut.
Apabila masih memungkinkan, Anda juga bisa membujuk pasangan untuk berkunjung ke psikolog atau psikiater. Mengunjungi konsultan pernikahan juga bisa menjadi pilihan.
Anda juga bisa melakukan konsultasi secara online menggunakan fitur Chat Dokter di aplikasi kesehatan SehatQ.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Vulnerable adalah sikap terbuka dan menjadi diri sendiri ketika berada dalam situasi yang serba tak pasti. Ini berbeda jauh dengan sikap lemah. Dalam sebuah hubungan, hal ini adalah bentuk kejujuran yang dapat membangun ikatan dengan pasangan.
Bucin artinya orang yang rela melakukan apa pun untuk orang yang dicintainya, tanpa berpikir dahulu menggunakan logika. Kondisi ini dapat melukai psikologis seseorang.
Ternyata, para peneliti menemukan bahwa faktor genetik, berpotensi membuat seseorang tidak setia pada pasangannya (selingkuh). Sebagai suami, pasti ada rasa insecure yang menghantui terhadap potensi perselingkuhan oleh istri. Sebenarnya, apa saja ciri-ciri istri selingkuh?
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved