Baik asma maupun PPOK sama-sama mengakibatkan sumbatan saluran pernapasan, sehingga bernapas menjadi lebih sulit. Namun, asma dan PPOK memiliki sejumlah perbedaan jika dilihat dari penyebab, kondisi penyakit, gejala, dan pengobatannya.
25 Feb 2023
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Sama-sama sesak napas, asma dan PPOK mempunyai sejumlah perbedaan
Table of Content
Asma dan PPOK sama-sama merupakan penyakit paru yang bersifat kronis. Meski demikian, ada perbedaan antara asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Perbedaan utama adalah kemunculan gejalanya.
Advertisement
Namun, kedua kondisi juga bisa terjadi bersamaan sehingga kamu semakin sulit membedakannya. Ketahui perbedaan lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Baik asma maupun PPOK sama-sama menyebabkan saluran pernapasan menyempit sehingga bernapas jadi lebih sulit.
Beberapa perbedaan asma dan PPOK adalah:
Asma disebabkan oleh peradangan saluran pernapasan. Serangan asma sering kali dipicu oleh alergen, seperti debu, serbuk sari, bulu binatang, hingga aktivitas fisik berlebihan.
Sementara itu, PPOK sering kali disebabkan oleh kebiasaan merokok. Ada dua jenis PPOK, yaitu emfisema dan bronkitis kronis.
Bronkitis terjadi karena bronkus mengalami peradangan. Sementara emfisema terjadi ketika alveolus di dalam paru mengalami kerusakan.
Gejala PPOK dan asma sebenarnya mirip, sama-sama menyebabkan sesak napas. Namun, ada perbedaan yang bisa dikenali.
Gejala asma biasanya sesak napas tiba-tiba dan disertai oleh mengi (napas berbunyi seperti siulan). Sementara itu gejala PPOK biasanya sesak napas dan dibarengi batuk berdahak. Batuk yang muncul juga cukup sering.
Gejala asma umumnya bisa datang dan pergi. Serangan asma dapat muncul jika ada paparan pemicunya.
Gejala asma mungkin saja tidak muncul dalam waktu lama dan penderitanya bisa hidup normal.
Sementara itu, gejala PPOK biasanya bersifat konstan, alias selalu muncul. Derajat keparhannya yang mungkin berbeda.
Gejala PPOK umumnya dapat memburuk seiring waktu. Sebab, PPOK adalah penyakit yang bersifat progresif atau memburuk seiring bertambahnya usia.
Penyebab PPOK dan asma berbeda. Maka, cara mengobatinya pun berbeda.
Pengobatan asma dibagi menjadi dua, yakni jangka pendek untuk mengatasi gejala yang timbul seperti sesak yang tiba-tiba datang dan obat jangka panjang untuk membantu mencegah gejala timbul kembali. Ini karena gejala asma bisa hilang dan timbul.
Pengobatan asma berfokus pada obat-obatan yang dapat mengatasi serangan asma dan obat-obatan jangka panjang untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tersebut.
Beberapa jenis obat asma yang mungkin diresepkan adalah Beta-agonis, antikolinergik, kortikosteroid, inhaler, obat anti inflamasi hingga teofilin.
Sementara itu, pengobatan PPOK berfokus untuk mengontrol gejala yang konstan terjadi untuk mengurangi komplikasi. Ini karena penyakit PPOK dapat tiba-tiba memburuk seiring berjalannya waktu. Pengobatan PPOK juga tidak hanya bergantung pada obat, tapi juga dipengaruhi oleh gaya hidup.
Beberapa pengobatan yang diresepkan untuk mengobati PPOK adalah penghambat Phosphodiesterase-4 (PDE4). Kortikosteroid, bronkodilator, dan antibiotik.
Seementara itu, orang yang mengalami PPOK juga bisa mendapatkan pengobatan non-obat, seperti rehabilitasi paru, oksigen tambahan, operasi, hingga menghindari semua penyebab iritasi yang membuat gejala semakin memburuk.
Baca Juga
Ada kemungkinan seseorang menderita asma dan PPOK sekaligus. Kondisi ini disebut dengan asthma-COPD overlap (ACO). Belum jelas mengapa seseorang bisa mengalami keduanya secara bersamaan. Namun, jika dikaitkan dengan gaya hidup, faktor yang bisa menyebabkan seseorang menderita ACO adalah:
Apabila dokter mendiagnosis terjadinya ACO, perlu dicari tahu langkah pengobatan yang paling tepat. Ini penting karena ACO lebih serius ketimbang menderita asma atau PPOK saja.
Hingga saat ini memang belum ada pengobatan untuk kondisi ini. Namun, dokter dan pasien umumnya akan berdiskusi merumuskan cara agar bisa mengurangi gejala dan memiliki kualitas hidup lebih baik.
Asma dan PPOK merupakan penyakit pernapasan kronis yang tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi, gejalanya dapat dikendalikan agar penderitanya bisa memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Baik asma dan PPOK, tujuan pengobatannya adalah membantu mengendalikan gejala. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan gejala asma dan PPOK adalah dengan menjaga kesehatan paru, seperti:
Meski demikian, sebuat penelitian yang dilakukan Universitas Cardiff, Inggris, sebagaimana dikutip dari Kementerian Kesehatan RI, menemukan bahwa obat-obatan anti-asma dapat menonaktifkan reseptor pemicu alergen dan mencegah timbulnya gejala asma.
Meski riset masih dikembangkan, penelitian menyebut pengobatan ini bisa menyembuhkan asma dalam lima tahun.
Untuk mengetahui apakah gejala yang muncul merupakan asma atau PPOK, dokter akan memulai dengan melakukan pemeriksaan fisik. Tak hanya itu, riwayat medis juga akan menjadi pertimbangan. Utamanya, dokter akan melihat kondisi hidung serta mendengarkan paru-paru lewat stetoskop.
Lebih jauh lagi, beberapa hal lain yang akan diperiksa adalah:
Dokter juga mungkin melakukan pemeriksaan dengan X-ray dada serta analisis gas darah demi mengetahui berapa banyak oksigen dalam darah pasien. Dengan cara ini, bisa diketahui langkah penanganan yang tepat.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar perbedaan gejala penyakit paru lainnya, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Penyakit antraks adalah infeksi serius yang terjadi karena bakteri berbentuk spora Bacillus anthracis. Seseorang bisa terinfeksi penyakit antraks ketika tanpa sengaja menyentuh, menghirup, atau menelan spora antraks.
Fungsi trakea sangatlah penting, salah satunya menyuplai udara ke dalam paru-paru. Dalam prosesnya, trakea juga berfungsi untuk menghangatkan dan melembapkan udara yang masuk.
Penderita TBC perlu menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Cara dan aturan minum obat TBC yang benar perlu diterapkan untuk menghindari kekambuhan dan munculnya resistensi antibiotik.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved