Malam Natal dan tahun baru menjadi momen yang dinantikan banyak orang di seluruh dunia, dan dirayakan besar-besaran. Meski demikian, tanpa disadari, momen tersebut ternyata menjadi waktu ketika angka bunuh diri mencapai puncaknya.
3.05
(37)
9 Mei 2019
| Olivia
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Pada masa perayaan Natal dan tahun baru, perasaan kesepian bisa meningkat, hingga memicu keinginan bunuh diri.
Malam Natal dan tahun baru menjadi momen yang dinantikan banyak orang di seluruh dunia, dan dirayakan besar-besaran. Meski demikian, tanpa disadari, momen tersebut ternyata menjadi waktu ketika angka depresi dan bunuh diri mencapai puncaknya.
Advertisement
Sebab pada masa-masa perayaan seperti ini, perasaan kesepian pun meningkat. Kondisi ini berpotensi memicu peningkatan angka bunuh diri. Menghadapi kondisi di luar ekspektasi terhadap hari-hari perayaan tersebut juga mendorong munculnya “efek ingkar janji”. Sejauh mana dampaknya terhadap kejadian bunuh diri? Simak ulasan berikut ini.
Di malam Natal dan akhir tahun, pada umumnya banyak yang sengaja menghabiskan waktu dengan keluarga, teman, dan orang yang dicintai. Namun, tak sedikit juga yang masih harus bekerja dan memegang tanggung jawab, karena target dalam pekerjaan yang belum tercapai.
Sebuah penelitian dilakukan terhadap 1.000 orang dewasa. Hasilnya, sebanyak 30 persen di antaranya mengalami kesepian di masa libur hari besar dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, ada responden yang mengatakan bahwa keceriaan palsu selama perayaan tersebut, memberikan dampak sangat besar, sehingga menimbulkan keinginan bunuh diri.
Penelitian tahun 2017 menunjukkan, angka kematian sedikit menurun pada malam Natal dan malam tahun baru. Namun, angka tersebut meningkat tajam pada hari pertama tahun baru. Pelaku bunuh diri mayoritas pria berusia antara 15-24 tahun, serta 45-64 tahun.
Yang diduga menjadi penyebabnya adalah persoalan yang terakumulasi dari malam Natal hingga tahun baru. Dengan kata lain, jumlah kasus bunuh diri kemungkinan tertunda pada hingga 31 Desember, dan akhirnya memuncak di tanggal 1 Januari.
Selain itu, mayoritas pelaku bunuh diri merupakan pria berusia muda hingga separuh baya. Mereka diasumsikan lebih rentan terhadap konsumsi alkohol yang berlebih. Sehingga keesokan harinya, mereka mungkin saja mengalami intoksikasi alkohol, yang memunculkan perasaan impulsif, agresi, hingga konflik sosial.
Banyaknya undangan serta kegiatan berkumpul yang harus dihadiri selama masa Natal hingga tahun baru, mungkin menjadi penyebab utamanya. Oleh karena itu, penting untuk bersosialisasi dan mendampingi teman serta kerabat yang hidup sendirian.
Selain itu, akan lebih baik jika para penderita depresi bisa menyampaikan hal-hal yang dibutuhkan. Sehingga, keluarga dan teman terdekat bisa bertindak dengan lebih bijak. Sayangnya, seperti yang diungkapkan J. Raymond DePaulo Jr., MD, seorang profesor dan professional di bidang psikiatrik, sekaligus direktur klik gangguan afeksi di Johns Hopkins School of Medicine di Baltimore, kemampuan berkomunikasi para penderita depresi mengalami penurunan drastis, karena mereka malu untuk mengatakan yang mereka perlukan dan takut dianggap aneh. Maka dari itu, cobalah memberi bantuan dalam bentuk seperti ini.
Beritahu mereka bahwa kita akan selalu bersama mereka, sebanyak apapun waktu, uang, dan tenaga yang mereka butuhkan.
Berikan pertanyaan, dan dengarkan mereka. Jangan berikan saran.
Kebanyakan penderita depresi membaik jika mereka memiliki teman untuk menghabiskan waktu. Membiarkan mereka sendirian bisa jadi berbahaya.
Pastikan bahwa Anda ‘benar-benar’ peduli. Sebab, bisa jadi kehadiran Anda ternyata menjadi motivasi terbesar mereka untuk bertahan di saat-saat genting.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Self deprecation adalah pernyataan merendahkan diri sendiri yang dibalut dengan lelucon dan candaan. Tindakan ini dapat memicu gangguan kecemasan dan depresi jika terus dilakukan.
Narkoba atau NAPZA adalah substansi berbahaya yang bisa menyebabkan seseorang kecanduan. Bukan hanya ilegal dan membuat seseorang terancam dipenjara jika mengonsumsinya, dampaknya bagi tubuh pun sangat signifikan. Berbeda jenis obat-obatan, berbeda pula reaksinya pada tubuh.
Depresi masih menjadi kondisi kejiwaan yang kerap dipandang sebelah mata dan memiliki angka yang cukup tinggi di Indonesia. Padahal penderita depresi kadang menyembunyikan kondisinya di balik senyuman, yang dikenal sebagai smiling depression.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Reni Utari
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Denny Sutanto
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved