Peran keluarga dalam proses sosialisasi dan pendidikan anak dinilai sangat krusial. Keluarga berfungsi untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan, seperti kasih sayang, perlindungan, sosialisasi, dan pendidikan.
2023-03-19 15:51:42
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Keluarga punya peran penting mengajarkan anak bersosialisasi
Table of Content
Peran keluarga dalam perkembangan anak sangat krusial. Keluarga berfungsi untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan, seperti kasih sayang, perlindungan, sosialisasi, dan pendidikan anggotanya.
Advertisement
Dalam keluarga, seorang anak akan mempelajari berbagai nilai, norma, dan cara untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Mari kenali lebih jauh seputar peran keluarga dalam proses sosialisasi dan pendidikan, serta fungsi keluarga bagi perkembangan anak.
Peran keluarga dalam proses sosialisasi anak tak kalah penting. Bukan sekali dua kali orangtua merasa anak mereka menunjukkan perilaku menutup diri ketika berada di lingkungan baru. Padahal saat berada di rumah atau di sekitar orang-orang yang sudah akrab, anak bisa bersosialisasi dengan sangat baik.
Hal ini terjadi karena saat berada di lingkungan baru atau berinteraksi dengan orang asing, anak merasa lebih mudah menarik diri. Itu bukan bentuk perilaku anak yang tidak ramah, melainkan hal yang terjadi secara natural.
Lalu, bagaimana peran keluarga dalam proses sosialisasi anak agar bisa menjadi lebih mudah?
Sepanjang fase kehidupannya, anak akan terus masuk ke dalam situasi yang baru. Sejak lahir, tumbuh menjadi anak-anak, masuk sekolah, dan seterusnya. Artinya, anak perlu tahu bahwa situasi akan terus berubah sepanjang hidupnya. Begitu pula dengan orang yang silih berganti datang dan pergi dalam keseharian mereka.
Untuk memudahkan proses sosialisasi, adakan role play seperti drama dengan mereka. Cara ini bisa dilakukan secara berkala. Orangtua atau keluarga bisa menjadi diri mereka sendiri, bisa juga menggunakan boneka sebagai media permainan.
Jika anak akan masuk sekolah, gambarkan lewat role play bagaimana situasinya. Mulai dari masuk sekolah, bertemu guru, menyapa teman-teman, hingga proses pembelajaran. Melakukan role play akan membantu anak membayangkan situasi baru yang akan mereka hadapi.
Selanjutnya, peran keluarga adalah validasi emosi. Emosi apapun yang anak tunjukkan, jangan ragu untuk memberikan validasi. Sampaikan bahwa orangtua sadar betul anak merasa kurang nyaman berada di lingkungan baru. Tambahkan pula pengalaman orangtua ketika baru pertama kali masuk sekolah atau bekerja di kantor baru.
Berikan pemahaman kepada anak bahwa wajar merasa tegang ketika melakukan sesuatu untuk pertama kalinya. Dengan cara ini, anak akan merasa tidak sendiri menghadapi situasi yang benar-benar baru.
Bahkan sejak anak masih kecil sekalipun, sounding atau memberikan afirmasi bisa dilakukan oleh orangtua atau anggota keluarga yang lain. Ketika akan menghadapi situasi yang baru atau bisa menyebabkan mereka merasa kurang nyaman, sounding tentang apa yang akan dilihat.
Contoh sederhana ketika akan hadir dalam acara keluarga besar, sampaikan bahwa akan ada banyak anggota keluarga lain yang datang. Sebutkan siapa saja yang datang, apa yang akan dilakukan, ada kemungkinan situasi menjadi lebih ramai, dan lainnya.
Bagi anak-anak, terkadang berkenalan dengan teman sebayanya tidak bisa dilakukan dengan mudah. Lagi-lagi, tiap anak itu unik. Belum lagi jika aktivitas yang mereka lakukan benar-benar baru. Tantangannya bisa lebih besar lagi.
Peran keluarga dalam proses sosialisasi semacam ini bisa dengan melakukan intervensi secukupnya. Contohnya dengan memperkenalkan si kecil dengan anak seusia mereka. Ketika sudah mulai nyaman, libatkan anak lebih banyak lagi. Kebiasaan ini akan membuat mereka terbiasa dengan adanya teman baru.
Peran keluarga dalam perkembangan anak berikutnya, yaitu jangan memberi label pemalu. Tidak ada anak yang layak diberi label “anak pemalu”. Apapun perilaku mereka yang menunjukkan tidak mudah beradaptasi atau bersosialisasi, jangan pernah menyebut mereka pemalu. Semakin sering dia mendengar label pemalu, dia akan merasa ada yang salah dengan dirinya.
Sampaikan pula hal ini kepada anggota keluarga, guru, atau orang lain yang sering berinteraksi dengan anak. Berikan pemahaman kepada mereka bahwa anak Anda memang perlu waktu observasi lebih lama sebelum bisa bersosialisasi, dan itu wajar. Jangan pernah memberi label pemalu meski hanya bercanda.
Ketika harus hadir ke aktivitas sosial seperti acara keluarga, ulang tahun teman, playdate, atau acara lainnya, sebisa mungkin datanglah lebih awal. Ini akan memberi waktu bagi anak untuk melakukan observasi terhadap lingkungan dan orang-orang baru di sekitarnya.
Bandingkan jika anak terlambat datang ke tempat baru, di saat situasi sudah penuh dengan orang asing. Tentu mereka akan mudah merasa kewalahan dan bingung dengan situasinya.
Peranan keluarga berikutnya, yaitu memberikan instruksi. Wajar jika anak merasa bingung apa yang harus mereka lakukan saat berada dalam situasi sosial. Mereka baru hidup beberapa tahun di dunia ini dan belum punya pengalaman yang cukup. Di sinilah peran keluarga dalam proses sosialisasi, untuk memberikan instruksi secukupnya.
Agar anak tidak kewalahan dengan deretan instruksi yang terlalu banyak, buatlah analogi. Contohnya ketika guru bercerita di depan kelas, anak perlu mendengarkan dengan baik. Ketika teman mengajak bermain, ajarkan pula respons yang tepat.
Peran keluarga dalam proses sosialisasi selanjutnya ialah menjadi panutan yang baik sehingga bisa dicontoh oleh si kecil.
Saat sedang bersosialisasi di depan anak, cobalah untuk memerhatikan gaya bicara Anda. Berhati-hatilah dalam memilih kata-kata agar si kecil dapat meniru cara bersosialisasi yang baik ini dari Anda.
Ingatlah, anak dapat terus meniru apa yang dilakukan orangtuanya, termasuk dalam bersosialisasi. Jika ingin anak Anda pandai dalam bersosialisasi, jadilah panutan yang baik.
Kewajiban anggota keluarga untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi anak ialah mengajarkan empati.
Saat anak diajarkan berempati, ia dapat merasa 'terhubung' dengan orang lain dan mampu menciptakan jalinan yang positif.
Untuk melancarkan fungsi sosialisasi dalam keluarga yang satu ini, Anda boleh mengajarkan anak untuk mau mendengarkan apa yang orang lain katakan.
Mengajarkan anak untuk berani bertanya adalah peran keluarga dalam proses edukasi sosial. Menurut The Center for Development & Learning, mengajarkan anak untuk berani bertanya dapat mengasah kemampuan sosialnya.
Baca Juga
Sebagai institusi pendidikan pertama bagi anak, keluarga memegang peran yang sangat penting dalam pembentukan karakternya.
Peran keluarga dalam pendidikan anak bukan hanya memasukkannya ke sekolah yang bagus. Keluarga, terutama orangtua, harus menjadi teladan yang baik, memberikan pengetahuan, menanamkan nilai-nilai positif, menasihati, membimbing, mengawasi, dan membuat anak merasa dihargai.
Ketika mendidik anak, orangtua harus memberikan pendidikan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut akan membuat anak belajar berperilaku dan bersikap sebagai pribadi yang bermartabat. Peran keluarga dalam proses edukasi anak akan berlangsung sejak ia kecil hingga dewasa.
Keluarga adalah unit sosial terkecil yang memiliki hubungan perkawinan, ikatan darah, maupun adopsi sebagai pengikat. Melalui peran keluarga, karakter dan kebiasaan seseorang terbentuk. Pendidikan yang pertama anak dapatkan pun berasal dari keluarga.
Lantas, apa fungsi keluarga? Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, terdapat 8 fungsi keluarga sebagai berikut.
Keluarga berfungsi untuk menumbuhkan rasa kasih sayang dan mengurangi bibit permusuhan. Berikan kasih sayang dan perhatian yang maksimal pada anak. Sebab, perasaan disayangi sangat penting bagi perkembangan seorang anak.
Keluarga menjadi tempat di mana nilai agama diberikan, diajarkan, dan dipraktikkan. Orangtua dapat menanamkan nilai agama dan memberi identitas agama kepada anaknya sehingga tercipta fondasi yang kuat dalam keluarga.
Keluarga dapat menghasilkan para penerus bangsa. Pendidikan seks dan sikap menghargai lawan jenis perlu ditanamkan dalam keluarga agar tidak salah kaprah hingga bertindak sembarangan.
Keluarga menjadi tempat yang aman dan tentram bagi para anggotanya. Seburuk apa pun konflik dalam keluarga, kekerasan, diskriminasi, maupun perilaku buruk lainnya harus dihindari.
Selanjutnya, fungsi keluarga adalah aspek ekonomi. Fungsi ekonomi dalam keluarga terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok, seperti pangan, sandang, dan papan. Orangtua akan bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Keluarga menjadi institusi pendidikan yang pertama bagi anak. Anak mempelajari berbagai nilai, norma, dan cara melakukan sesuatu. Dalam keluarga, anak juga belajar bersosialisasi dengan orang lain, misalnya orangtua atau saudaranya.
Peran keluarga juga penting dalam memperkenalkan nilai-nilai sosial budaya yang ada di masyarakat pada anak. Anak harus memahami tata krama, sopan santun, adat istiadat, dan budi pekerti yang berlaku di masyarakat.
Keluarga berfungsi mengajarkan anak untuk peduli dengan lingkungan sekitar. Tanamkan sifat mencintai lingkungan, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Baca Juga
Perlahan tapi pasti, anak akan terbiasa dengan situasi yang benar-benar asing baginya. Peran keluarga dalam proses sosialisasi sangat penting untuk membangun rasa percaya diri mereka.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang proses adaptasi anak di situasi sosial serta bagaimana membedakannya dengan masalah kecemasan berlebih, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Selain obat-obatan, ada berbagai makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertiroid guna menjaga produksi hormon tiroid agar tetap dalam kondisi normal. Apa sajakah itu?
Hidup sendiri berarti Anda tinggal dan mengurus berbagai hal sendirian tanpa bantuan orang lain. Ada sejumlah kelebihan dan kekurangan dari hidup sendiri yang perlu Anda pertimbangkan.
Mengenakan masker saat harus beraktivitas di luar rumah telah menjadi keharusan. Idealnya, masker yang digunakan adalah non-medis dan diganti secara berkala. Cara membersihkan masker berbahan kain yang benar harus runtut mulai dari proses pencucian hingga penyimpanannya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved