Penyebab perceraian dapat terjadi akibat terlalu sering bertengkar, berselingkuh, hingga kekerasan dalam rumah tangga. Kondisi ini bisa mengganggu kesehatan mental maupun fisik pasangan yang bercerai.
2023-03-20 22:48:35
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Perbedaan prinsip bisa menjadi penyebab perceraian terjadi
Table of Content
Sebagian besar pasangan yang telah menikah tentu tidak mengharapkan adanya perceraian. Perceraian secara otomatis akan menghentikan hubungan pernikahan. Di balik masalah ini, ada banyak penyebab perceraian yang melatarbelakanginya.
Advertisement
Perceraian bisa terjadi karena keinginan salah satu pihak ataupun kesepakatan bersama. Hal tersebut juga berpotensi merusak hubungan dalam keluarga menjadi tidak kondusif hingga timbul perpecahan.
Oleh karena itu, bekali diri Anda dan pasangan agar dapat mengedukasi diri mengenai berbagai alasan perceraian sekaligus cara menghindarinya.
Perceraian adalah kondisi suami dan istri yang memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya, serta biasanya tidak tinggal serumah lagi. Keduanya juga setuju menandatangani surat-surat hukum yang mengesahkan perceraian mereka.
Perkara ini tidaklah mudah bagi kedua belah pihak. Seperti yang tertuang dalam UU No. 1 tahun 1974, tujuan dari sebuah perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia dan kekal.
Akan tetapi, saat masalah tak dapat diperbaiki, maka bercerai menjadi satu-satunya jalan terbaik. Sebelum memutuskan bercerai, kedua pihak juga biasanya telah berupaya untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Dilansir dari Databoks Kata Data, berdasarkan Laporan Statistik Indonesia, angka perceraian di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 447.743 kasus. Dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 291.677, kasus perceraian di Indonesia ini meningkat sekitar 53,50 persen.
Di balik banyaknya angka perceraian di Indonesia, berikut adalah berbagai penyebab perceraian yang sering terjadi.
Komitmen adalah rasa tanggung jawab bersama untuk mempertahankan bahtera rumah tangga. Ketika berkomitmen, Anda dan pasangan harus mendedikasikan diri, memberi waktu, dan mencurahkan kasih sayang untuk satu sama lain.
Jika tidak dijaga, komitmen bisa terkikis seiring berjalannya waktu. Selain itu, komitmen dapat berkurang karena adanya suatu hal yang mempengaruhi kualitas hubungan. Kurangnya komitmen tersebut bisa menjadi alasan perceraian.
Salah satu penyebab perceraian yang sering terjadi adalah perselingkuhan. Ketika Anda atau pasangan berselingkuh, tentu bisa membuat hubungan rumah tangga menjadi tidak harmonis. Anda dan pasangan mungkin akan semakin sering bertengkar.
Memiliki pria atau wanita idaman lain bisa menjadi faktor perceraian karena seseorang berpikir bahwa mereka akan lebih bahagia dengan pasangan yang baru. Perselingkuhan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari ekonomi sampai urusan ranjang.
Selanjutnya, alasan perceraian adalah kecanduan hal negatif. Kecanduan alkohol, narkoba, judi, ataupun pornografi dapat merusak diri sendiri maupun hubungan dengan pasangan. Seorang pecandu (apa pun itu), tidak menyadari bahwa perilakunya semakin rusak.
Padahal kondisi ini dapat menyebabkan masalah pada dirinya sendiri ataupun orang-orang di sekitarnya. Biasanya korban yang paling terdampak dari seorang pecandu adalah pasangannya.
Pasangan seorang pecandu bisa sangat lelah, baik secara fisik maupun mental, dengan perilaku buruk pasangannya sehingga menjadi sebab perceraian terjadi.
Kecanduan alkohol dan narkoba juga dapat menyebabkan gangguan perilaku sehingga berpotensi menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga.
KDRT dapat bermacam-macam jenisnya, baik fisik, emosional, verbal, ataupun ekonomi.
Menendang, menampar, ataupun memukul pasangan tergolong dalam kekerasan fisik. Sementara itu, kekerasan emosional dapat berupa pasangan yang terlalu terobsesi untuk mengendalikan atau sering mengolok-olok.
Selain itu, kekerasan verbal biasanya berupa ancaman atau makian-makian kasar yang ditujukan pada Anda. Terakhir, kekerasan ekonomi dapat berupa pasangan yang terlalu mengendalikan keuangan rumah tangga dan tidak memberi nafkah yang selayaknya.
Para korban KDRT umumnya tidak berdaya, takut, tertutup, dan sangat tidak bahagia dengan pernikahannya. Hal inilah yang membuatnya menjadi salah faktor penyebab perceraian di Indonesia.
Seiring bertambahnya usia pernikahan, segelintir pasangan mungkin akan merasakan banyak perubahan yang terjadi pada diri pasangannya. Terkadang, perubahan ini dapat menyebabkan hubungan yang tidak lagi harmonis.
Contohnya, ketika Anda menginginkan pindah ke kota A, pasangan menginginkan kota B. Atau, saat Anda ingin bekerja setelah cuti hamil, pasangan menolaknya sehingga dapat timbul perdebatan.
Jika Anda dan pasangan dapat beradaptasi dengan perbedaan-perbedaan tersebut, maka hubungan pernikahan tentunya bisa dipertahankan. Akan tetapi, terkadang perbedaan ini tak berhasil dilewati sehingga bisa menjadi salah satu alasan cerai.
Masalah keuangan juga termasuk salah satu faktor penyebab terjadinya perceraian yang umum terjadi. Hal tersebut dapat dipicu tidak adanya pemasukan, kebutuhan tidak terpenuhi, atau keuangan rumah tangga yang tidak pernah cukup.
Masalah ini bisa meningkatkan stres dan ketegangan dalam hubungan. Jika tidak adanya kerja sama antara Anda dan pasangan, perceraian bisa jadi tidak terelakkan.
Apakah Anda dan pasangan terlalu sering bertengkar? Jika hal tersebut terjadi, sebaiknya Anda perlu berhati-hati.
Sering bertengkar umumnya terjadi karena konflik yang ada tidak diselesaikan dengan baik atau efektif karena amarah yang menggebu-gebu.
Tidak terjalinnya komunikasi yang baik di antaranya keduanya membuat konflik dapat semakin memanas.
Akibatnya, perasaan positif dalam hubungan pun menjadi hilang dan saling merasa tidak mengerti satu sama lain. Hal ini merupakan salah satu alasan perceraian terbanyak.
Ketika Anda dan pasangan tidak dapat berkomunikasi dengan baik, hal ini berpotensi menjadi masalah dalam pernikahan.
Kurang komunikasi bisa dipicu kesibukan, mendiamkan pasangan karena marah, atau berbicara hal serius di waktu yang tidak tepat (misalnya setelah lelah bekerja).
Masalah ini dapat memperkeruh hubungan sehingga timbul ketidakbahagiaan. Akibatnya, salah satu atau kedua pihak bisa jadi ingin berpisah.
Tidak sedikit pasangan yang memilih untuk menikah di usia yang sangat muda. Walaupun tidak selalu terjadi, menikah terlalu muda bisa menjadi faktor alasan bercerai.
Masalah ini disebabkan karena Anda atau pasangan masih bersikap kekanak-kanakan, belum bisa mengambil keputusan dengan matang, ataupun menyelesaikan konflik dengan tenang.
Seiring waktu, kontak fisik bisa berkurang dalam hubungan pernikahan. Walaupun demikian, bukan berarti keintiman harus hilang. Keintiman melibatkan perhatian dan kasih sayang pada pasangan.
Misalnya, mengucapkan kata cinta, menanyakan kegiatannya seharian, menanyakan apakah pasangannya baik-baik saja, mendengarkan saat pasangan bercerita, menggenggam tangan, atau memeluknya.
Ketika keintiman tersebut hilang, kualitas hubungan otomatis akan menurun. Sebab, Anda atau pasangan merasa tidak dicintai dan dihargai.
Baca Juga
Itulah tadi beberapa penyebab perceraian yang sering terjadi. Bukan hanya hubungan antara suami dan istri yang menjadi tidak harmonis, perceraian juga dapat memberikan efek negatif pada kesehatan fisik dan mental, seperti terkena depresi.
Bahkan menurut sebuah penelitian, pasangan yang bercerai lebih berisiko menderita penyakit jantung, diabetes, kanker, dan penyakit kronis lainnya.
Untuk menghindari masalah ini, terdapat beberapa hal yang dapat Anda dan pasangan lakukan. Beberapa cara untuk mencegah terjadinya perceraian, di antaranya:
Mempertahankan pernikahan memang bukan hal yang mudah. Namun, Anda dan pasangan dapat selalu berusaha untuk menjaga hubungan pernikahan, terutama jika sudah memiliki anak.
Bukan hanya mempengaruhi orangtua, terdapat berbagai dampak perceraian terhadap anak yang dapat terjadi, di antaranya:
Untuk menghindari hal tersebut, Anda dapat melakukan mediasi terlebih dahulu dengan pasangan untuk menentukan apakah perceraian sebaiknya terjadi atau tidak.
Jika masih dapat diperbaiki, Anda dan pasangan harus mencoba untuk lebih saling mengerti agar rumah tangga bisa kembali harmonis.
Sementara itu, apabila perceraian memang harus terjadi, pastikan anak tidak merasa kehilangan kasih sayang dari kedua orangtuanya.
Sementara itu, bagi Anda yang ingin bertanya lebih lanjut seputar masalah kesehatan, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Dampak perceraian baik untuk pria dan wanita akan sangat besar dalam psikologis, salah satunya membuka potensi untuk mengalami depresi.
Posesif adalah hasil dari rasa cemburu dan perilaku protektif secara berlebihan yang terlewat batas. Efek samping dari perilaku posesif dalam hubungan dapat berdampak negatif secara psikologis maupun fisik.
Karmic relationship adalah hubungan yang penuh gairah sekaligus tidak stabil. Hal ini menyebabkan gejolak emosi yang naik turun sehingga hari ini bisa terasa begitu bahagia, tetapi besok merasa sedih luar biasa.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved