Masyarakat dunia dikejutkan dengan kabar bangunnya Michael Schumacher setelah koma 6 tahun. Sebenarnya, apa yang menyebabkan sang mantan pebalap F1 itu “tertidur pulas” sampai bertahun-tahun lamanya?
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
17 Sep 2019
Setelah 6 tahun koma, akhirnya pebalap legendaris asal Jerman itu siuman.
Table of Content
Pada 2013, mantan pebalap legendaris F1, Michael Schumacher, mengalami kecelakaan saat sedang bermain ski di Pegunungan Alpen, Eropa. Kala itu, walau sudah menggunakan helm, kepala Schumacher tetap berdarah akibat terbentur batu dengan kencang.
Advertisement
Mengutip dari berbagai sumber, Michael sempat sadarkan diri sekitar satu menit atau lebih setelah insiden itu. Bahkan, ia sempat mengatakan kepada sesama pemain ski bahwa kepalanya terbentur batu. Untung saja, helikopter cepat datang dan langsung membawanya ke rumah sakit di Moutiers, Prancis.
Saat tiba di rumah sakit, ternyata ia kembali tak sadarkan diri. Pihak dokter pun menyatakan kalau cedera yang dialaminya sangat serius. Tidak heran, ia dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar di Kawasan Grenoble, juga di Prancis.
Baru-baru ini, dikabarkan kalau Schumacher sudah terbangun setelah 6 tahun koma. Sebenarnya, apa penyebab Schumacher bisa koma selama itu?
Koma merupakan kondisi darurat medis. Tindakan cepat diperlukan untuk menangani organ-organ penting di dalam tubuh, misalnya otak. Biasanya, dokter melakukan CT scan dan tes darah untuk mengetahui penyebab koma, sehingga perawatan yang tepat dapat dimulai.
Baca Juga
Medical Editor SehatQ, dr. Anandika Pawitri, menyebutkan bahwa ada banyak faktor yang bisa membuat seseorang masuk dalam kondisi koma, misalnya kejang, cedera kepala berat, infeksi, kekurangan oksigen, hingga penggunaan obat-obatan terlarang.
Beberapa penyebab lain yang bisa membuat orang koma di antaranya:
Dalam kasus ini, menurut dr. Anandika, Schumacher mengalami benturan keras di kepalanya. Akibatnya, terjadi trauma kepala berat, yang menyebabkan koma.
“Pada trauma kepala berat kemungkinan besar yang terjadi adalah adanya cedera otak yang mungkin menyebabkan perdarahan atau clotting di pembuluh darah otak. Selain mengalami perdarahan, otak yang cedera ini bisa membengkak,” kata dr. Anandika.
Ia menjelaskan, kondisi ini mengancam nyawa, karena bisa meningkatkan tekanan di tengkorak kepala dan menyebabkan kematian. Dr. Anandika mengungkapkan, berdasarkan berbagai sumber yang diperolehnya, tim dokter setempat melakukan medically induced coma pada Schumacher.
Dengan kata lain, tim dokter ibaratnya “sengaja” membuat Schumacher koma, supaya proses pembengkakan otak tidak berlangsung lebih parah.
Salah seorang staf rumah sakit di tempat Schumacher dirawat, mengaku kalau ia melihat sang pebalap asal Jerman sudah siuman. Tentu saja, ini menjadi berita yang mengejutkan masyarakat dunia, mengingat sudah tidak ada kabar dari Schumacher selama 6 tahun lamanya.
Walau sudah terbangun dari koma, dr. Anandika menegaskan, pemulihan cedera kepala berat akan memakan waktu yang lama.
“Karena ketika sel-sel otak ini cedera, pertumbuhan sel otak dan saraf pelan sekali, bahkan beberapa penelitian mengatakan, fungsi otak tidak dapat kembali seperti semula setelah usia dewasa,” kata dr. Anandika.
Oleh karena itu setelah pasien sadar, pasien perlu menjalani rehabilitasi untuk menstimulasi fungsi otak dan mengembalikan fungsi tubuh kembali.
Sampai saat ini, belum ada kabar terbaru dari Schumacher, walau dirinya sudah siuman. Orang-orang terdekatnya masih menjaga privasi Schumacher dan keluarganya dengan tidak membeberkan kondisi terkini dari mantan pebalap kelas dunia tersebut.
“Tertidur pulas” selama 6 tahun dalam koma mengharuskan tim medis profesional mengontrol tubuh Schumacher agar tetap terjaga. Kalau tidak, organ tubuhnya bisa saja stop berfungsi tiba-tiba.
Menurut dr. Anandika, terdapat beberapa perawatan intensif yang harus dilakukan terhadap tubuh Schumacher, beberapa di antaranya:
Perlu diketahui bahwa koma memiliki gejala. Yang pertama, sudah pasti, mata tertutup. Kemudian refleks batang otak yang tertekan, seperti mata yang tidak merespons cahaya. Selain itu, tidak ada respon dari anggota tubuh setelah mendapat rangsangan nyeri. Terakhir, napas tidak teratur.
Koma juga bisa menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya. Misalnya, infeksi kandung kemih hingga gumpalan darah di kaki. Kemungkinan terburuknya ialah otak yang tak berfungsi, sampai kematian.
Kalaupun berhasil siuman, seseorang bisa menderita kecacatan besar ataupun kecil.
“Kembalinya kemampuan seseorang setelah mengalami cedera otak berat tergantung dari beberapa hal, seperti usia – semakin muda pasien, biasanya kemungkinan sembuhnya semakin besar, keparahan cedera, seberapa cepat dan intensif penanganan dilakukan, kecanggihan pengobatan, dan komplikasi medis lain yang menyertai,” ujar dr. Anandika.
Advertisement
Ditulis oleh Fadli Adzani
Referensi
Artikel Terkait
Terdapat berbagai macam makanan sumber nutrisi otak anak yang bisa meningkatkan kecerdasan dan daya ingat, mulai dari ikan salmon, buah-buahan berry, olahan susu, hingga telur.
2 Feb 2022
Gerakan-gerakan senam otak cukup mudah dilakukan, tapi manfaatnya sangat signifikan, mulai dari memperbaiki postur hingga menyehatkan kondisi mental dan emosional.
27 Apr 2023
Terngiang-ngiang lagu di kepala sering terjadi ketika kita hanya mengingat sebagian lagu. Anehnya kondisi ini sulit dihentikan.
28 Agt 2021
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved