Glaukoma adalah penyakit mata yang menyebabkan kebutaan dan merusak saraf mata pada lansia. Kebutaan akibat Glaukoma ini bersifat permanen. Faktor risiko glaukoma dapat meningkat pada penderita diabetes, penyakit jantung, darah tinggi, riwayat operasi mata, hingga riwayat keluarga dengan glaukoma.
2023-03-22 09:58:48
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Penyebab glaukoma pada lansia adalah rusaknya saraf mata karena faktor usia
Table of Content
Sebanyak 36 juta manusia di dunia menderita kebutaan. Indonesia sendiri menduduki peringkat nomor satu di Asia Tenggara sebagai penyumbang angka kebutaan terbesar. Bahkan dikatakan setiap satu menit akan ada satu orang di Indonesia yang mengalami kebutaan. Salah satu penyebab kebutaan pada mata adalah glaukoma yang umum dialami oleh lansia. Apa penyebab glaukoma pada lansia? Bagaimana cara mengatasi penyakit mata yang satu ini?
Advertisement
Glaukoma adalah kondisi ketika terjadi kerusakan pada saraf mata. Saraf mata sendiri merupakan bagian terpenting dalam menunjang fungsi organ tubuh yang satu ini, yaitu melihat. Tak ayal, kerusakan pada saraf mata mengakibatkan gangguan pada penglihatan, bahkan hingga kebutaan yang permanen.
Glaukoma lebih sering dijumpai pada lansia. Penyebab glaukoma pada lansia sendiri masih belum diketahui secara pasti. Para ahli hingga kini masih menduga bahwa penyebab glaukoma pada orang tua tak lepas dari faktor usia.
Ya, usia lanjut tentu berdampak pada fungsi organ tubuh yang menurun dibanding sebelumnya. Pembuluh darah dan saraf mata pun tidak luput dari proses penuaan. Belum lagi jika lansia menderita beberapa penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, atau yang paling sering dijumpai yakni hipertensi alias darah tinggi.
Penyakit-penyakit tersebut dianggap memberi dampak buruk bagi pembuluh darah sekitar mata sehingga mengganggu saraf mata. Alhasil, terjadilah kerusakan saraf mata yang berujung pada glaukoma ini.
Baca Juga
Glaukoma sendiri terbagi menjadi 3 (tiga) jenis dilihat dari mekanisme terjadinya, yaitu:
Glaukoma sudut terbuka terjadi ketika adanya hambatan pada sirkulasi jalan keluar cairan bola mata untuk diserap kembali. Hambatan ini membuat sirkulasi cairan untuk keluar melambat sehingga terjadi akumulasi cairan dalam bola mata.
Lama-kelamaan, akumulasi ini membuat tekanan dalam bola mata meningkat dan pada akhirnya menekan saraf mata hingga menjadi rusak secara perlahan. Biasanya ditandai dengan berkurangnya lapang pandang penderita secara perlahan. Tipe ini lebih sering dijumpai di daerah Afrika.
Penyebab glaukoma pada lansia jenis ini biasanya terjadi akibat adanya gangguan pada lensa mata yang terdorong ke arah depan sehingga mempersempit celah sirkulasi cairan bola mata.
Keadaan ini membuat sirkulasi cairan tiba-tiba terhambat dan meningkatkan tekanan dalam bola mata sehingga merusak saraf mata. Glaukoma tipe ini biasanya disertai penglihatan kabur yang tiba-tiba, rasa sakit, mual dan muntah. Tipe ini lebih sering dijumpai di daerah Asia.
Glaukoma tekanan normal masih belum dengan jelas diketahui mekanisme pastinya. Saraf mata yang rusak kemungkinan diakibatkan oleh aliran pembuluh darah untuk saraf yang tidak optimal atau pun hipersensitivitas saraf mata.
Meski penyebab glaukoma pada lansia belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya glaukoma, yaitu:
Baca Juga
Kebanyakan penderita glaukoma tidak menunjukkan gejala apapun. Yang menjadi tanda pertama munculnya glaukoma adalah penurunan kemampuan penglihatan terhadap benda-benda di sekeliling, atau kehilangan penglihatan pada salah satu mata.
Kondisi ini kadang tidak disadari sebagai gejala glaukoma. Padahal, tekanan di dalam mata, bisa berujung pada kondisi yang parah. Pada sejumlah kasus, penderita glaukoma tiba-tiba mengalami nyeri mata, sakit kepala, pandangan kabur, hingga melihat adanya halo atau lingkaran bercahaya.
Anda sebaiknya periksakan diri ke dokter spesialis mata apabila mengalami ciri-ciri glaukoma berikut ini:
Dokter mungkin akan meresepkan tetes mata, atau bahkan merekomendasikan operasi, sebagai langkah pengobatan glaukoma pada orang tua. Berikut penjelasannya:
Pemberian tetes mata ini bertujuan untuk mengurangi cairan, atau malah meningkatkan jumlah cairan, yang akan mengurangi tekanan mata. Anda harus mewaspadai adanya reaksi alergi berupa kemerahan pada mata, rasa tersengat, kaburnya penglihatan, serta iritasi pada mata.
Sejumlah obat-obatan untuk glaukoma, bisa berpengaruh pada jantung dan paru-paru. Oleh karena itu, sampaikan kepada dokter jika Anda sedang menjalani pengobatan lainnya.
Tindakan medis ini akan sedikit meningkatkan cairan mata, bagi individu yang mengalami glaukoma sudut terbuka. Sementara itu, operasi dengan laser ini pun, dapat mengatasi penyumbatan cairan mata, pada penderita glaukoma sudut tertutup.
Prosedur yang dilakukan oleh tim medis dalam operasi ini adalah:
Operasi kecil untuk glaukoma ini, juga dikenal dengan istilah trabeculectomy. Dalam operasi tersebut, dokter akan membuat sebuah saluran untuk mengeringkan cairan mata, dan mengurangi tekanan.
Namun, prosedur ini terkadang gagal, dan harus diulang. Dokter pun bisa memasang tabung pada mata, untuk membantu mengeringkan cairan.
Operasi kecil ini bisa menyebabkan kehilangan penglihatan sementara maupun permanen, perdarahan, serta infeksi.
Glaukoma tidak bisa dicegah. Namun, apabila diagnosis dan perawatan dilakukan sejak dini, salah satu penyakit pada lansia ini bisa dikendalikan. Kebanyakan penderita glaukoma yang menjalani perawatan secara disiplin, tidak mengalami kebutaan.
Maka dari itu, ada baiknya Anda melakukan sejumlah hal berikut ini:
Menjalani pemeriksaan mata sejak dini, dapat membantu Anda mendeteksi glaukoma lebih awal. Para ahli merekomendasikan, lakukan pengecekan mata satu hingga tiga tahun sekali, bagi Anda yang berusia 55 – 64 tahun. Sementara itu, jika Anda atau anggota keluarga Anda berusia lebih dari 65 tahun, tes mata sebaiknya dilakukan sekali dalam setahun.
Glaukoma dapat menjadi penyakit keturunan. Sehingga, pastikan Anda mengetahui riwayat glaukoma dalam keluarga. Apabila terdapat anggota kelurga yang memiliki kondisi ini, lakukan pengecekan mata lebih sering.
Konsumsi kafein yang berlebihan disebut-sebut dapat memperbesar tekanan bola mata. Tekanan bola mata yang tinggi merupakan faktor risiko terjadinya glaukoma. Dengan minum kopi sesuai dengan takaran ideal per hari, Anda tidak hanya terhindar dari glaukoma, tapi juga memperkecil risiko penyakit jantung.
Rutin melakukan aktivitas fisik, dapat mengurangi tekanan bola mata, sehingga mengurangi risiko glaukoma. Berolahraga lima hari dalam seminggu, dengan porsi 30 menit per harinya, membantu Anda terhindar dari risiko gangguan mata ini.
Kecelakaan atau trauma pada mata, dapat mengakibatkan glaukoma. Gunakan pelindung mata saat beraktivitas tertentu, misalnya, saat menggunakan peralatan listrik. Menggunakan kacamata dan topi saat berada di luar ruangan, dapat pula menjadi pertimbangan Anda, untuk terhindar dari paparan sinar matahari berlebih.
Memperkecil faktor risiko glaukoma pada lansia tentu lebih baik daripada mengobati. Sehingga mengetahui penyebab glaukoma pada lansia menjadi hal yang penting. Untuk mengetahui lebih lanjut seputar penyebab glaukoma pada orang tua beserta faktor risiko dan penanganannya. Anda bisa tanya langsung dengan dokter spsilais mata di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasi SehatQ di App Store dan Google Play sekarang juga untuk konsultasi medis yang mudah dan cepat!
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Obat sakit mata bukan hanya obat tetes yang beredar di pasaran. Mulai dari cara alami dengan menggunakan kompres, hingga obat medis seperti antihistamin juga bisa Anda coba.
Demensia atau pikun pada lansia sering dikaitkan dengan Alzheimer. Namun demensia vaskuler atau penurunan fungsi otak ternyata memiliki penyebab yang berbeda. Simak penjelasannya berikut ini.
Neuroma akustik adalah tumor jinak yang tumbuh di saraf yang menghubungkan telinga ke otak. Walaupun langka, tumor ini dapat menyerang siapa saja, termasuk pada lansia. Neuroma akustik memiliki gejala berupa telinga berdengung terus-menerus, vertigo, dan kehilangan pendengaran sebelah.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved