Penyebab depresi dapat berbeda-beda. Menurut para ahli, kondisi ini dapat terjadi karena tidak seimbangnya zat kimia pada otak, hingga trauma di masa lalu.
2023-03-24 09:05:35
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Orang yang menderita depresi mengalami kesedihan yang sangat mendalam
Table of Content
Kondisi depresi menjadi gangguan mental yang serius. Data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan, prevalensi masyarakat yang mengalami depresi diperkirakan mencapai 6% dari total populasi, pada tahun 2018.
Advertisement
Depresi merupakan gangguan mental yang sangat kompleks. Depresi memengaruhi mood, sehingga penderitanya dilingkupi rasa sedih yang amat mendalam, serta kehilangan minat untuk melakukan berbagai aktivitas. Perlu digarisbawahi, depresi bukanlah rasa sedih yang biasa, dan dapat berpotensi pada bunuh diri.
Sebenarnya, belum diketahui penyebab depresi yang pasti. Walau begitu, para ahli menduga ada faktor genetis dan ketidakseimbangan zat kimia di tubuh, yang dapat memicu kondisi ini.
Berikut ini penyebab depresi yang diyakini oleh para ahli.
Berbagai penelitian telah berusaha menghubungkan depresi dengan faktor genetis. Ilmuwan meyakini, seseorang bisa berisiko untuk menderita depresi, apabila ia memiliki anggota keluarga dengan kondisi serupa. Faktor genetik diperkirakan berkontribusi terhadap 40% penyebab depresi.
Hingga saat ini, jenis gen pemicu kondisi depresi masih belum diketahui. Namun, diyakini ada banyak jenis gen yang berkontribusi terhadap gangguan ini.
Beberapa orang depresi menunjukkan adanya perubahan kondisi kimiawi di dalam organ otak mereka. Penderita depresi memiliki ketidakseimbangan neurotransmiter, yaitu senyawa kimia yang berperan dalam komunikasi antar bagian otak, serta terlibat dalam pengaturan mood dan perasaan bahagia manusia.
Menurut teori, neurotransmiter, seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin yang terlalu sedikit atau malah berlebihan di otak, dapat menjadi penyebab depresi, atau setidaknya berkontribusi terhadap kondisi ini. Teori ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut, karena belum dapat menggambarkan kompleksnya kondisi depresi.
Beberapa obat, yang dikenal sebagai antidepresan, telah digunakan untuk mengobati gangguan tersebut. Antidepresan terdiri atas beberapa golongan, yang bekerja untuk memastikan kecukupan neurotransmiter di otak.
Bukan hanya ketidakseimbangan neurotransmiter yang menjadi penyebab depresi. Para ahli juga menilai, perubahan produksi dan fungsi hormon, dapat berujung pada kondisi mental ini.
Perubahan keadaan hormon tersebut, bisa disebabkan oleh gangguan medis yang terjadi pada Anda. Misalnya, menopause, persalinan, atau gangguan tiroid. Depresi postpartum, merupakan salah satu gangguan psikologis karena perubahan hormon, yang terjadi pascapersalinan.
Penyebab depresi selanjutnya ialah penyalahgunaan zat seperti narkoba atau alkohol. Jika keduanya disalahgunakan, depresi bisa datang.
Perlu ditegaskan, narkoba atau alkohol tidak dapat menyembuhkan depresi. Keduanya malah bisa memperparah depresi yang Anda alami.
Ternyata, faktor usia juga bisa menjadi penyebab depresi. Orang lanjut usia (lansia) lebih berisiko mengidap depresi, terutama jika mereka hidup sendirian atau tidak mendapatkan dukungan sosial yang cukup.
Penyebab depresi lainnya yakni kejadian dan peristiwa dalam hidup. Ada banyak momen pahit, yang membuat seseorang mengalami depresi. Beberapa contoh kejadian tersebut, misalnya kehilangan seseorang yang disayangi, dipecat dari pekerjaan, atau memiliki masalah finansial.
Selain itu, pelecehan dan kekerasan seksual, kekerasan fisik, dan kekerasan emosional di masa lalu, juga bisa menjadi penyebab depresi.
Masalah medis tertentu juga berkaitan dengan gangguan suasana hati yang lama dan cukup signifikan. Menurut ahli, 10% hingga 15% kondisi depresi disebabkan oleh penyakit medis dan obat-obatan.
Kondisi medis yang paling sering menyebabkan depresi diantaranya adalah:
Selain penyebab depresi di atas, ada pula beberapa beberapa faktor risiko, yang dapat mengakibatkan depresi. Berikut adalah beberapa faktor risiko depresi menurut ahli:
Depresi dapat terjadi pada semua orang dari berbagai kalangan, tak terkecuali anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia. Apabila Anda atau orang terdekat menunjukkan gejala depresi, terlebih dapat mengindentifikasi penyebabnya, segera cari bantuan ahli kejiwaan.
Beberapa gejala depresi yang umum yakni terus-menerus bersedih, merasa tidak bahagia, frustrasi, hingga tidak lagi tertarik untuk melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk yang menyenangkan sekalipun. Gejala depresi lainnya yakni mudah marah, selalu merasa lelah, gangguan tidur, hingga memiliki keinginan bunuh diri.
Hanya dokter yang bisa mendiagnosis kondisi depresi pada diri seorang. Hindari diagnosis diri sendiri, karena berisiko terhadap kesalahan diagnosis hingga penanganan yang keliru.
Untuk penanganan depresi, dokter mungkin akan merekomendasikan psikoterapi, pemberian obat antidepresan, atau kombinasi keduanya. Penanganan depresi juga akan bergantung pada kondisi tiap kasus, karena penyebab depresi dan gejalanya dapat berbeda, antara satu orang dengan yang lainnya.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Baby blues syndrome membuat penderitanya merasa cemas berlebihan dan sedih usai melahirkan. Cara mengatasi baby blues dengan berbicara ke pasangan, mencari udara segar, hingga meminta bantuan medis.
Setiap pilihan, tindakan, dan persepsi pasti dipengaruhi emosi dasar manusia. Pada tahun 1970an, psikolog Paul Eckman mengidentifikasi perasaan ini menjadi 6 kategori. Hingga kini, jenis-jenis emosi dan penjabarannya pun terus berkembang.
Penyebab gangguan jiwa disebabkan oleh kombinasi dari faktor, seperti biologis, psikologis, dan lingkungan. Risiko gangguan jiwa juga lebih tinggi jika memiliki sejumlah faktor risiko tertentu.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved