Sikap materialistis pada anak dapat disebabkan sejumlah hal, mulai dari terlalu sering mendapatkan hadiah, jarang bermain dengan orangtua, hingga memiliki konflik dengan orangtua. Untuk mencegahnya, Anda perlu mengajarkan mereka untuk bersyukur dan menjadi panutan yang baik baginya.
2023-03-19 21:11:40
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Sikap materialistis pada anak dapat muncul jika orangtuanya juga memiliki sikap tersebut.
Table of Content
Tidak hanya orang dewasa saja, anak-anak pun bisa memiliki sikap materialistis di dalam dirinya. Dilansir dari American Psychological Association (APA), materialistis artinya sikap yang menempatkan prioritas lebih tinggi untuk menghasilkan banyak uang dan harta.
Advertisement
Untuk mencegah tumbuhnya sikap ini pada anak atau diri Anda sendiri, mari kita pelajari berbagai penyebab dan cara mengatasi materialistis yang bisa dipraktikkan.
Orangtua perlu tahu bahwa materialistis dan materialisme adalah dua hal yang cukup berbeda. Sebelum mengenal sifat materialistis pada anak, tak ada salahnya Anda mengenal pengertian materialisme dan materialistis.
Dikutip dari Very Well Family, pengertian materialisme adalah kepentingan yang dimiliki seseorang terhadap harta bendanya.
Yang dimaksud harta benda di sini dapat berupa apa saja, seperti pakaian, sepatu, tas, mobil, peralatan elektronik, hingga gawai.
Seseorang dengan sifat materialisme yang tinggi disebut sebagai materialistis. Mereka yang bersifat materialistis beranggapan bahwa memiliki harta benda adalah pusat dari kehidupan dan identitas dirinya.
Salah satu contoh materialisme dalam kehidupan sehari-hari adalah kepemilikan terhadap rumah. Sebenarnya, rumah adalah kebutuhan dari setiap orang untuk berteduh.
Namun, orang yang materialistis justru beranggapan bahwa kepemilikan terhadap rumah bisa dijadikan alat untuk mengubah status sosialnya.
Guna menghindari dan mengatasi paham materialisme, serta tentunya materialistis, pada anak, Anda disarankan untuk memahami berbagai penyebab munculnya sifat ini.
Menurut studi yang dirilis dalam The Journal of Consumer Research, anak-anak yang menganut gaya hidup materialistis memiliki dua kepercayaan.
Pertama, anak beranggapan bahwa memiliki harta adalah definisi kesuksesan. Kedua, memiliki barang tertentu membuat mereka menjadi lebih disukai banyak orang.
Selain itu, terdapat beragam penyebab mengapa anak menjadi materialistis, di antaranya:
Tidak jarang orangtua yang memberikan uang dan barang berharga pada anaknya sebagai hadiah.
Biasanya, uang dan benda berharga ini diberikan pada anak yang baru saja mendapatkan nilai ujian memuaskan atau mendapatkan prestasi dalam bidang ekstrakurikulernya.
Kebiasaan ini dapat membuat anak beranggapan bahwa harta adalah tujuan utama dari kehidupan mereka.
Memberikan hadiah terlalu sering pada anak juga dianggap sebagai salah satu penyebab tumbuhnya sikap materialistis.
Sebab, hal ini akan mengajarkan anak-anak bahwa rasa sayang hanya bisa diberikan dalam bentuk hadiah saja.
Orangtua yang sering menghukum anak dengan mengambil barang-barang miliknya dapat membuat anak merasa takut terpisah dari harta yang dimilikinya.
Pada akhirnya, mereka akan bergantung kepada hartanya untuk merasa bahagia.
Anak-anak yang jarang bermain atau menghabiskan waktu dengan orangtuanya dapat merasa kesepian.
Sebagai pelariannya, mereka akan mencari mainan dan barang elektronik sebagai temannya. Hal ini juga bisa membuat anak menjadi materialistis.
Saat anak merasa bahwa kedua orangtuanya kecewa terhadap dirinya, si kecil dapat mencari kenyamanan dan ketenangan dengan melakukan aktivitas lain, salah satunya bermain dengan barang-barang favoritnya.
Hal ini dipercaya bisa membuat anak memiliki sifat materialistis karena ia menemukan kenyamanan dan ketenangan dengan materi.
Penyebab tumbuhnya gaya hidup materialistis pada anak juga bisa disebabkan oleh pengaruh teman sebaya.
Terkadang, perasaan insecure dan paparan terhadap nilai-nilai materialisme dapat membuat anak menjadi seseorang yang materialistis.
Ditambah lagi, anak-anak yang merasa insecure dan ingin diterima teman sebayanya kerap menjadi seseorang yang materialistis agar merasa diterima oleh lingkungan sekitarnya.
Mengidolakan seseorang yang terkenal dianggap dapat memiliki dampak langsung terhadap sifat materialisme anak.
Fanatisme yang dimiliki anak dipercaya dapat membuat mereka ingin memiliki gaya hidup yang sama seperti idolanya di televisi.
Anak-anak yang ingin meniru idolanya tersebut dianggap lebih materialistis dibandingkan dengan mereka yang tidak ingin meniru idolanya.
Berikut adalah berbagai cara untuk mencegah dan mengatasi tumbuhnya sikap materialistis di dalam diri anak.
Salah satu kunci untuk mencegah dan mengatasi sikap materialistis pada anak adalah menjadi panutan yang baik bagi mereka.
Maka dari itu, Anda sebaiknya jangan menjadi orangtua materialistis jika tidak ingin anak-anak memiliki kepribadian yang sama.
Jangan pula menunjukkan obsesi terhadap suatu benda atau harta tertentu di depan anak. Usahakan untuk tidak membangga-banggakan benda tertentu, seperti mobil, ponsel baru, atau pakaian mahal.
Sebaliknya, ajarkan anak bahwa masih ada banyak hal yang lebih berharga dibandingkan uang dan benda, misalnya pemandangan yang indah, karya seni yang bagus, hingga dongeng dengan pesan moral yang bijak.
Cobalah ganti jenis hadiah yang Anda berikan kepada anak. Jika selama ini Anda memberikannya uang atau benda-benda mewah, cobalah berikan hadiah lain berupa pengalaman jalan-jalan bersama keluarga ke tempat yang mereka ingin kunjungi.
Dilansir dari William James Edu, Debbie Pincus, seorang ahli pengasuhan anak dan pernikahan, berpendapat bahwa mengasuh anak dengan perspektif ini dinilai lebih efektif dibandingkan mengasuh dengan dompet (harta).
Dilansir dari Very Well Family, orangtua dapat mengajarkan anak untuk pandai bersyukur supaya mereka tidak menjadi materialistis.
Dengan bersyukur, anak-anak akan belajar untuk menjadi bahagia dengan apa yang dimilikinya saat ini.
Anak-anak belajar banyak dari sikap orangtuanya. Maka dari itu, cobalah contohkan pada anak sikap dermawan atau sering berbagi dengan orang lan.
Tunjukkan pada anak bahwa Anda adalah orangtua yang baik dan tidak pelit terhadap sesama. Salah satu cara yang bisa Anda lakukan adalah mendonasikan uang ke panti asuhan.
Terkadang, sikap materialistis dapat tumbuh pada diri anak saat mereka tidak tahu apa arti keinginan dan kebutuhan.
Anak-anak mungkin cenderung ingin memiliki banyak hal atas dasar keinginannya saja, tapi bukan kebutuhannya.
Maka dari itu, cobalah ajarkan anak untuk memahami apa itu keinginan dan kebutuhannya.
Dikutip dari laman Scott H. Young, salah satu cara menghindari gaya hidup materialistis untuk anak atau orang dewasa adalah mencari teman dari segala kalangan.
Jangan hanya berteman dengan kalangan tertentu saja, apalagi yang mementingkan uang dan profesi di atas segalanya.
Langkah ini dianggap mampu menjauhkan anak atau Anda dari aspek kompetitif yang dibawa oleh paham materialisme.
Itulah beberapa penyebab dan cara mencegah sikap materialistis pada anak. Jika Anda memiliki pertanyaan seputar kesehatan anak, jangan ragu untuk bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Menarche adalah istilah medis untuk haid pertama pada anak perempuan. Tanda-tandanya beragam, mulai dari tumbuh jerawat, perut kembung, rasa nyeri payudara, hingga sakit punggung.
Memasak bersama anak bukan hanya seru tetapi juga membuat Si Kecil jadi lebih mudah makan. Ada beberapa resep masakan untuk anak yang Anda bisa buat bersama. Mulai dari Pizza, pancake, omelet, hingga smoothies.
Mainan bayi yang tepat dapat membantu tumbuh kembang Si Kecil, mulai dari kemampuan motoriknya, imajinasinya, hingga pertumbuhan fisiknya. Tidak semua mainan bayi dapat dipilih, terutama yang bisa membahayakan kesehatan SI Kecil.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Anandika Pawitri
Dijawab oleh dr. Denny Sutanto
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved