Pada dasarnya, batuk adalah reaksi refleks tubuh untuk membersihkan tenggorokan dari lendir atau substansi asing. Namun pada beberapa kasus, batuk bisa mengindikasikan gejala penyakit medis lainnya. Terlebih, jika batuk terjadi selama lebih dari 3 pekan seperti batuk rejan yang masuk kategori batuk akut.
21 Agt 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Batuk terus menerus mengganggu aktivitas
Table of Content
Pada dasarnya, batuk adalah reaksi refleks tubuh untuk membersihkan tenggorokan dari lendir atau substansi asing. Namun pada beberapa kasus, batuk bisa mengindikasikan gejala penyakit medis lainnya. Terlebih, jika batuk terjadi selama lebih dari 3 pekan seperti batuk rejan yang masuk kategori batuk akut.
Advertisement
Sebagian besar batuk ringan akan mereda dengan sendirinya dalam hitungan hari atau minggu. Namun jika tetap ada hingga lebih dari 8 minggu, sudah termasuk batuk kronis. Konsultasikan kepada dokter jika batuk berlangsung cukup lama dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Beberapa hal di bawah ini merupakan penyebab batuk yang paling umum terjadi. Mulai dari yang paling ringan dan bersifat sementara hingga yang permanen. Apa saja?
Cara termudah tubuh membersihkan tenggorokan dari lendir atau substansi asing seperti debu dan asap adalah dengan batuk. Ini merupakan reaksi refleks untuk membuat seseorang bisa bernapas lebih lega. Batuk jenis ini hanya terjadi sesekali, namun jika terus menerus dialami, perhatikan apa pemicunya semisal di tempat kerja.
Penyebab paling umum lain seseorang mengalami batuk adalah infeksi saluran pernapasan. Penyebabnya bisa karena virus atau bakteri dan berlangsung selama beberapa hari atau satu minggu.
Bergantung pada pemicunya, pengobatan bisa memerlukan antibiotik atau tidak. Contohnya infeksi bakteri seperti pneumonia dan batuk rejan juga bisa menyebabkan penderitanya terus menerus mengalami batuk.
Tak heran jika perokok aktif cenderung sering terbatuk, bahkan ada yang disebut dengan smoker’s cough. Ini terjadi sebagai reaksi terhadap zat berbahaya yang ada dalam rokok. Tak hanya perokok aktif saja, perokok pasif hingga orang yang terpapar thirdhand smoke juga bisa terbatuk ketika mengalami kontak
Penderita asma juga bisa mengalami batuk. Membedakannya dengan pemicu lain juga mudah karena biasanya disertai dengan wheezing atau bernapas dengan frekuensi tinggi yang disebut juga mengi. Orang yang menderita asma dalam jangka waktu panjang biasanya selalu membawa inhaler untuk meredakan asma ketika sewaktu-waktu terjadi.
Beberapa obat juga bisa menjadi penyebab batuk meski langka terjadi. Efek samping ini bisa muncul dari obat seperti ACE inhibitors yang digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi dan masalah pada jantung. Biasanya yang terjadi adalah batuk kering.
Selain itu, obat jenis lisinopril dan enalapril juga bisa menimbulkan efek samping berupa batuk. Mengganti jenis obat yang dikonsumsi umumnya akan meredakan batuk yang terjadi.
GERD atau gastroesophageal reflux disease juga bisa menyebabkan batuk kronis. Ketika kambuh, artinya asam lambung atau isi perut naik kembali ke esofagus. Kondisi ini menjadi stimulus seseorang refleks mengalami batuk. Biasanya, GERD juga disertai sensasi panas di tenggorokan.
Beberapa orang juga bisa mengalami batuk ketika terpapar dengan iritan tertentu seperti obat nyamuk bakar. Menghirup obat nyamuk bakar semalaman dalam ruangan tanpa ventilasi bisa mengganggu pernapasan sehingga muncul refleks batuk.
Baca Juga
Ada banyak cara untuk mengatasi batuk, bergantung pada apa yang menjadi pemicunya. Pada orang dewasa, batuk ringan juga bisa mereda dengan sendirinya tanpa harus diberi obat.
Beberapa perawatan di rumah yang bisa dilakukan untuk meredakan batuk di antaranya:
Konsumsi obat batuk atau yang dijual bebas atau decongestant spray juga dapat membantu melegakan pernapasan dan meredakan hidung tersumbat.
Perawatan medis diperlukan apabila batuk terjadi dalam jangka panjang. Untuk bisa mengetahui penyebab batuk itu, dokter akan melakukan rangkaian pemeriksaan seperti X-ray dada, pemeriksaan darah dan kulit untuk memeriksa tanda alergi, hingga analisis lendir untuk mendeteksi adakah bakteri pemicu batuk.
Baca Juga
Meski lebih jarang, batuk juga bisa mengindikasikan masalah pada jantung. Jika kecurigaan mengarah ke sana, dokter akan memastikan dengan melakukan pemeriksaan ekokardiogram. Ini penting untuk mengetahui apakah jantung bekerja dengan normal dan tidak ada kaitannya dengan batuk yang sedang diderita.
Lebih jauh lagi, menjalani gaya hidup sehat seperti tidak merokok, banyak mengonsumsi buah dan serat, serta menjaga kontak dengan orang yang sedang menderita penyakit menular seperti bronchitis juga bisa mencegah seseorang mengalami batuk.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Sindrom Jacob sering tidak terdeteksi atau tidak disadari bahkan oleh penderitanya. Oleh karena itulah, penting untuk mengetahui gejala yang terjadi dari kondisi ini.
Kelainan pada sistem gerak bisa berupa adanya gerakan yang dilakukan secara berulang dan tidak disadari sampai ketidakseimbangan pada tubuh. Salah satu dari beberapa kelainan pada sistem gerak manusia yang sering dijumpai adalah parkinson, ataksia, dan sebagainya.
Pengobatan thalasemia memungkinkan penderitanya hidup lebih lama, bahkan bisa sembuh total. Stem cell dikenal sebagai pengobatan thalasemia yang paling manjur, tapi cukup berisiko.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved