Ada beberapa penyakit yang membutuhkan transfusi darah demi mencukupi kembali volume darah yang hilang. Contoh penyakit yang membutuhkan donor darah adalah kanker atau hemofilia.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
3 Okt 2021
Beberapa penyakit membutuhkan terapi transfusi darah
Table of Content
Ada beberapa penyakit yang membutuhkan transfusi darah demi mencukupi kembali volume darah yang hilang. Selain itu, mungkin juga transfusi diperlukan karena tubuh tidak bisa memproduksi sel darah merah sesuai kebutuhan.
Advertisement
Contoh penyakit yang membutuhkan donor darah adalah kanker atau hemofilia. Penanganan semacam ini disebut dengan terapi transfusi.
Terkadang, seseorang memerlukan transfusi karena kehilangan banyak darah setelah cedera atau operasi. Selain itu, ada beberapa penyakit yang membutuhkan donor darah seperti:
Donor darah akan membantu mengatasi anemia karena memberikan sumber zat besi yang dapat diolah kembali oleh tubuh. Umumnya, transfusi sangat direkomendasikan bagi pasien di ICU yang kadar hemoglobinnya kurang dari 8 gram per desiliter.
Efek setelah donor darah bisa meredakan gejala dengan sangat cepat. Namun, bisa saja kondisi ini hanya membaik sementara bergantung pada penyebab terjadinya anemia.
Donor darah diperlukan oleh pasien hemofilia untuk mengatasi kehilangan banyak darah. Hemofilia adalah penyakit langka ketika darah tidak bisa membeku dengan normal karena kekurangan protein pembeku darah (clotting factor).
Mengingat kondisinya seperti ini, maka pasien hemofilia bisa saja mengalami perdarahan mendadak. Selain itu, ketika menjalani operasi atau mengalami cedera, perdarahan bisa terjadi cukup parah.
Pasien jenis kanker tertentu juga mungkin memerlukan transfusi darah apabila sumsum tulang mereka tidak memproduksi cukup platelet. Ini berkaitan dengan rangkaian terapi radiasi atau kemoterapi yang mereka jalani. Terapi ini dapat merusak sel-sel di sumsum tulang.
Terlebih, beberapa jenis kanker juga menyebabkan anemia atau rendahnya sel darah merah. Itulah mengapa perlu ada donor darah untuk mengatasinya. Contohnya adalah kanker yang berkaitan dengan sistem pencernaan karena rentan menyebabkan pendarahan dalam.
Pada penyakit yang membutuhkan transfusi darah ini, tujuan prosedur ini adalah mengurangi risiko komplikasi. Selain itu, juga meredakan gejala anemia parah. Bahkan, transfusi darah dapat mencegah stroke pertama pada anak-anak penderita sickle cell disease.
Sistem kerjanya sama. Transfusi darah akan memberikan suplai sel darah merah mencukupi ke tubuh pasien. Dengan demikian, kekentalan darah akan berkurang dan bisa mengalir lebih cepat sehingga komplikasi dapat terhindarkan.
Penting bagi penderita penyakit hati untuk mendapatkan donor darah. Sebab, pasien dengan penyakit hati kronis rentan mengalami pendarahan. Biasanya, ketika pasien penyakit hati kehilangan banyak darah, dokter akan mencari tahu dari mana sumbernya.
Infeksi lain yang cukup parah juga bisa membuat tubuh seseorang berhenti memproduksi darah. Inilah yang membuat infeksi parah termasuk penyakit yang membutuhkan donor darah.
Pada beberapa kasus penyakit ginjal kronis atau bahkan gagal ginjal, dokter merekomendasikan transfusi darah. Tujuannya untuk mengurangi anemia parah.
Alasannya adalah karena gagal ginjal merupakan pemicu utama seseorang mengalami anemia. Ginjal tidak bisa memproduksi cukup hormon eritropoietin (EPO). Ketika hormon ini rendah, maka jumlah sel darah merah pun turun sehingga terjadi anemia. Namun demikian, penyebab utamanya tetap harus diatasi.
Sebelum transfusi darah dilakukan, harus melalui tes laboratorium. Tujuannya memastikan darah donor dan penerima cocok. Jika tidak, bisa saja terjadi komplikasi serius. Pasien yang pernah mengalami reaksi pada transfusi darah sebelumnya juga harus menginformasikan kepada dokter.
Prosedur pemberian transfusi darah biasanya dilakukan di rumah sakit atau klinik. Donor darah akan dimasukkan ke salah satu pembuluh darah. Sebelumnya, dokter atau petugas akan memastikan identitas dan golongan darah.
Selain itu, biasanya dokter juga akan memberikan obat dosis ringan seperti acetaminophen atau diphenhydramine untuk mengurangi efek samping. Proses transfusi bisa berlangsung selama satu hingga empat jam.
Setelah prosedur tuntas, sebagian besar orang bisa beraktivitas normal kembali. Namun pastikan bertanya pada dokter apa yang perlu dilakukan sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing.
Baca Juga
Penderita penyakit yang membutuhkan transfusi darah bisa merasakan reaksi ringan setelah prosedur dilakukan. Contohnya rasa nyeri di punggung atau dada, menggigil, batuk, demam, sakit kepala, ruam, atau bengkak. Ini bisa terjadi langsung, bisa juga beberapa hari kemudian.
Pastikan mencatat setiap efek samping yang muncul dan sampaikan kepada dokter. Obat yang diberikan sebelum transfusi dilakukan biasanya dapat mengurangi efek samping.
Hingga kini belum ada alternatif buatan pengganti transfusi darah. Jadi, tidak berlebihan apabila donor darah disebut sebagai penyelamat nyawa seseorang.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar gejala penyakit memerlukan transfusi darah, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Eosinofil rendah saat tes darah dapat menjadi tanda adanya gangguan kesehatan pada tubuh. Penyalahgunaan alkohol dan kelebihan hormon kortisol bisa jadi penyebabnya.
7 Mei 2020
Meski namanya mirip, ada perbedaan antara darah rendah dan kurang darah. Kurang darah adalah anemia, sedangkan darah rendah adalah hipotensi.
1 Jul 2022
Penyebab sakit pinggang harus dikenali, supaya dapat diobati sejak dini. Jangan tunggu sakit pinggang menimbulkan komplikasi. Kenalilah berbagai penyebab sakit pinggang ini!
7 Jul 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved