Selain menyerang kulit, penyakit kusta pun bisa menimbulkan gangguan pada mata. Di tahap yang parah, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae ini bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Kusta dapat diobati dengan pemberian antibiotik.
4
(1)
31 Mei 2019
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Penyakit kusta bisa terjadi akibat bakteri yang menyerang saraf di dekat mata.
Tidak hanya menyerang kulit, penyakit kusta juga dapat menimbulkan gangguan pada mata. Di tahap yang parah, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae ini bahkan dapat menyebabkan kebutaan.
Advertisement
Kusta dapat sembuh sempurna tanpa menyebabkan kecacatan asalkan perawatannya dimulai sejak dini. Karena itu, dengan mengenali lebih jauh mengenai bagaimana penyakit kusta dapat merusak mata, Anda diharapkan dapat lebih waspada dalam mencegah penularannya.
Baca Juga
Penyakit kusta juga menyebabkan kerusakan pada saraf. Kerusakan saraf tersebut terjadi akibat bakteri yang menyerang saraf di sekitar mata.
Dengan rusaknya saraf tersebut, maka penderita kusta akan kehilangan refleks berkedip. Padahal, refleks berkedip merupakan salah satu cara tubuh untuk melindungi mata dari berbagai cedera, serta berguna untuk meratakan air mata ke seluruh permukaan bola mata dan menjaga kelembaban bola mata.
Saat mata kehilangan kemampuannya untuk berkedip, maka lama-kelamaan akan kering dan terinfeksi. Jika terus-menerus dibiarkan, keadaan ini dapat menyebabkan kebutaan.
Kerusakan saraf yang terjadi, juga membuat penderita kusta tidak merasakan apabila ada sesuatu yang menimbulkan gangguan maupun luka pada mata.
Langkah yang penting dilakukan adalah dengan menghentikan penyakit kusta, sebelum bertambah parah. Kusta dapat diobati dengan pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik untuk para penderita kusta umumnya dilakukan dalam jangka panjang, selama 6 bulan hingga 1 tahun.
Pada penderita yang lebih parah, pemberian antibiotik akan dilakukan lebih lama. Namun, pemberian antibiotik ini hanya dapat menghentikan infeksi bakteri penyebab kusta.
Penyembuhan kerusakan mata yang terjadi akibat kusta, harus disesuaikan dengan penyakit mata yang timbul. Ada dua pilihan yang dapat dilakukan, yaitu dengan pemberian obat atau melalui operasi.
Salah satu penyakit mata yang dapat timbul pada penderita kusta adalah uveitis. Penyakit uveitis merupakan peradangan yang terjadi di bagian tengah dari mata atau uvea. Penderita uveitis umumnya akan mengalami kemerahan pada mata, nyeri, dan pandangan menjadi kabur.
Pengobatan untuk uveitis harus segera dilakukan, melalui pemberian obat kortikosteroid, dan tetes mata untuk mencegah komplikasi lebih jauh. Sementara itu, kusta yang menyebabkan penyakit seperti abrasi kornea dan luka pada mata, dapat diatasi dengan pemberian antibiotik topikal.
Penanganan dengan jalan operasi dilakukan, apabila kerusakan yang timbul, menyebabkan katarak. Gangguan penglihatan lainnya yang mungkin disembuhkan dengan jalan operasi, di antaranya glaukoma dan kerusakan mata yang disebabkan oleh saraf.
Penyakit kusta dapat menimbulkan berbagai komplikasi berbahaya, salah satunya pada mata. Pasalnya, kerusakan saraf yang terjadi karena bakteri penyebab kusta, sangatlah memengaruhi kemampuan mata dalam merasakan nyeri, maupun menggunakan gerakan refleks.
Karenanya, tidak hanya kerusakan kulit, Anda juga harus mewaspadai terjadinya kerusakan mata sebagai akibat dari penyakit kusta.
Advertisement
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Bekas suntikan BCG kerap menimbulkan luka hingga bisul pada kulit. Namun tak perlu panik, sebab ternyata ini adalah reaksi alami tubuh terhadap vaksin dan tidak berbahaya.
Kulit tangan kering bisa terjadi pada siapa saja, baik itu laki-laki maupun perempuan. Kondisi ini dapat mengganggu penampilan karena teksturnya yang kasar.
Penggunaan jeruk nipis untuk ketiak masih pro dan kontra. Salah satunya karena efek samping yang berisiko ditimbulkannya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Sarah Fajriah
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved