Terdapat sejumlah penyakit autoimun pada anak yang perlu diwaspadai, mulai dari psoriasis, penyakit celiac, diabetes tipe 1, sampai tiroiditis autoimun. Penyakit autoimun adalah kondisi medis yang tak bisa disembuhkan. Meski begitu, terdapat cara yang bisa dilakukan untuk mengontrol berbagai gejalanya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
27 Apr 2023
Salah satu jenis autoimun pada anak adalah psoriasis
Table of Content
Penyakit autoimun pada anak terjadi saat sistem kekebalan tubuhnya menyerang jaringan-jaringan tubuh yang sehat, salah mengiranya sebagai zat asing atau antigen. Ada banyak sekali penyakit autoimun, dan beberapa di antaranya umum terjadi pada anak-anak.
Advertisement
Penyakit ini umumnya terdiri dari dua kategori, yaitu lokal dan sistemik. Penyakit autoimun lokal menyerang organ tubuh, seperti liver, tiroid, dan kelenjar adrenal.
Sementara itu, penyakit autoimun sistemik bisa menyebar ke beberapa organ tubuh, mulai dari kulit, jantung, hingga ginjal. Selain itu, jenis penyakit autoimun ini berdampak pada pembuluh darah, persendian, otot, dan sel darah merah.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyakit autoimun adalah kondisi yang terjadi ketika sistem imun menyerang tubuh penderitanya.
Sejatinya, sistem imun berfungsi menjaga tubuh dari serangan bakteri dan virus.
Akan tetapi, penyakit autoimun justru membuat sistem imun melihat beberapa bagian tubuh, seperti persendian atau kulit, sebagai hal yang asing.
Hasilnya, sistem imun dapat melepas protein bernama autoantibodi yang menyerang sel-sel sehat.
Beberapa penyakit autoimun hanya menyerang satu organ saja, misalnya diabetes tipe 1 yang menyerang pankreas. Namun, beberapa jenis penyakit autoimun, seperti lupus eritematosus sistemik, bisa menyerang seluruh tubuh.
Beberapa adalah sejumlah penyakit autoimun yang dapat dialami oleh anak-anak. Konsultasikan masalah ini ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Jenis penyakit autoimun pada anak yang pertama adalah psoriasis. Kondisi ini disebabkan oleh kesalahan sistem imun tubuh yang menyerang sel kulit sehat.
Menurut ahli, penyakit ini bisa dipicu infeksi pada kulit, luka, terbakar matahari, dan merokok. Anak-anak bisa menderita psoriasis karena faktor genetik atau dipicu masalah penyakit autoimun lain, seperti penyakit Crohn, diabetes tipe 1, dan rheumatoid arthritis.
Ciri-ciri anak yang menderita psoriasis adalah bercak merah di kulit yang ditutupi dengan sisik tebal berwarna perak, bintik-bintik kecil, hingga kulit kering dan pecah-pecah yang mungkin berdarah atau gatal.
Sensasi terbakar, gatal, dan nyeri juga dapat dirasakan pada kulit penderitanya. Tidak hanya itu, psoriasis dapat mengganggu organ lainnya, seperti membuat sendi bengkak dan kaku, serta menyebabkan kuku jadi menebal, berlubang, atau bergerigi.
Kelenjar adrenal berperan penting dalam produksi hormon aldosteron, kortisol, dan gonadokortikoid.
Ketika kelenjar ini tidak mampu memproduksi hormon yang dibutuhkan, maka anak bisa menderita penyakit Addison.
Akibatnya, tubuh mereka tidak memiliki cukup hormon yang mengatur metabolisme tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengendalikan kadar natrium serta kalium di dalam tubuh.
Untungnya, penyakit ini termasuk jarang terjadi atau langka pada anak-anak.
Tiroiditis autoimun merupakan penyakit autominun yang dapat dialami oleh anak-anak maupun remaja.
Kondisi ini menyebabkan anak mengalami kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme) atau kelebihan hormon tiroid (hipertiroidisme).
Selain faktor genetik, faktor lingkungan juga berperan dalam menyebabkan tiroiditis autoimun.
Penyakit celiac merupakan penyakit autoimun pada anak yang berkaitan dengan pencernaan, terutama fungsi usus halus.
Penyakit autoimun ini bisa kambuh ketika anak mengonsumsi makanan tertentu yang mengandung protein gluten, seperti gandum, barley, atau gandum hitam.
Penyakit celiac dapat diturunkan dan umumnya menyerang anak perempuan.
Sesuai dengan namanya, juvenile arthritis kerap menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun.
Penderita penyakit autoimun ini biasanya mengalami masalah rematik yang bisa menyerang mata, kulit, otot, dan saluran pencernaan anak.
Salah satu penyakit autoimun pada anak yang cukup langka adalah penyakit Kawasaki.
Penyakit ini terjadi ketika otot mengalami peradangan dan mengganggu fungsi pembuluh darah koroner jantung.
Gejala awal penyakit ini umumnya dimulai dengan demam tinggi, ruam pada kulit, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, dan berlangsung hingga 5 hari.
Anak-anak yang paling rentan terkena penyakit ini adalah yang berusia di bawah 5 tahun.
Ketika sel-sel pankreas diserang oleh sistem imun tubuh sendiri, anak bisa menderita penyakit autoimun diabetes tipe 1.
Pada kondisi ini, pankreas berhenti memproduksi hormon insulin dan menyebabkan gangguan pengaturan kadar gula dalam darah.
Diabetes tipe 1 bisa terjadi pada anak usia berapa pun, tetapi paling sering sebelum mereka menginjak usia 20 tahun.
Pada anak yang mengalami penyakit Henoch-Schonlein Purpura (HSP), pembuluh darah mengalami peradangan sehingga tampak seperti ruam di kaki, bokong, dan tangan.
Tak hanya itu, penyakit autoimun pada anak ini juga bisa berdampak pada organ-organ dalam.
Di Amerika Serikat, penyakit autoimun HSP terjadi pada 20 dari setiap 100.000 anak. Mereka yang rentan menderita penyakit ini adalah yang berusia 2-11 tahun.
Selain itu, anak laki-laki dinilai lebih rentan terkena penyakit HSP ketimbang perempuan.
Jenis penyakit autoimun pada anak lainnya adalah juvenile scleroderma. Ciri-ciri penyakit ini ditandai dengan tumbuhnya lapisan kulit tebal karena kelebihan produksi kolagen.
Pada skleroderma lokal, biasanya yang terdampak hanya kulit. Sementara itu, skleroderma sistemik dapat mempengaruhi organ-organ dalam, seperti ginjal, jantung, dan saluran pencernaan.
Anak perempuan lebih rentan mengalami juvenile scleroderma ketimbang anak laki-laki. Biasanya, anak mengalami penyakit autoimun ini pada rentang usia 10-19 tahun.
Lupus adalah penyakit autoimun pada anak yang patut diwaspadai. Penyakit ini dapat menyebabkan peradangan, pembengkakan, serta rasa sakit di bagian tubuh mana pun.
Penyakit lupus pada anak umumnya berdampak pada kulit, persendian, dan beberapa organ dalam tubuh, seperti ginjal, hati, otak, paru-paru, hingga jantung.
Penyakit autoimun ini perlu diwaspadai karena cenderung lebih agresif terhadap anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Gejala autoimun pada anak yang disebabkan lupus akan didasari oleh organ tubuh yang terdampak. Meski begitu, terdapat beberapa gejala penyakit lupus yang umum terjadi, seperti:
Multiple sclerosis (MS) termasuk jenis penyakit autoimun pada anak. MS berpotensi menyebabkan kelumpuhan otak dan sumsum tulang belakang (sistem saraf pusat).
Pada kondisi ini, sistem imun menyerang mielin (pelindung serabut saraf) dan bisa menyebabkan masalah komunikasi antara otak dan seluruh tubuh.
Ciri-ciri penyakit autoimun pada anak yang disebabkan MS akan didasari oleh seberapa banyak kerusakan saraf dan saraf bagian mana yang terdampak. Sebagai contoh, beberapa penderita MS kehilangan kemampuannya untuk berjalan kaki.
Tidak ada cara mengobati penyakit autoimun MS. Sebab, kondisi ini tak bisa disembuhkan. Akan tetapi, beberapa pengobatan mampu membantu penderitanya pulih dari serangan MS dan mengontrol gejalanya.
Penyakit Crohn adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sistem pencernaan sehingga memicu rasa nyeri di perut, diare parah, kelelahan, penurunan berat badan, hingga malnutrisi.
Peradangan yang disebabkan penyakit Crohn melibatkan banyak area di sistem pencernaan. Peradangan ini juga cenderung menyebar ke lapisan usus yang lebih dalam.
Penyakit Crohn dapat menyebabkan nyeri dan melemahkan penderitanya. Terkadang, kondisi ini bisa mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa.
Tidak ada cara mengobati penyakit autoimun ini. Meski begitu, ada beberapa jenis terapi yang bisa meredakan gejala dan membantu penderitanya untuk hidup secara normal.
Kolitis ulseratif adalah penyakit autoimun yang tergolong dalam inflammatory bowel disease (IBD) atau radang usus.
Kondisi ini menyebabkan peradangan dan luka pada sistem pencernaan, terutama bagian usus besar dan rektum.
Kolitis ulseratif dapat membuat tubuh penderitanya melemah, dan dalam beberapa kasus bisa menyebabkan komplikasi fatal.
Tidak ada obat-obatan yang bisa menyembuhkan kolitis ulseratif, tetapi ada pengobatan yang bisa membantu meredakan gejalanya.
Juvenile dermatomyositis adalah penyakit autoimun pada anak yang dapat menyebabkan ruam dan peradangan otot.
Ciri-ciri penyakit autoimun ini adalah melemahnya otot-otot tubuh, demam, nyeri otot, ruam (di sekitar kelopak mata, sendi jari, atau buku jari), dan sebagainya.
Juvenile dermatomyositis umumnya muncul ketika anak berusia 5-10 tahun. Anak perempuan dipercaya lebih berisiko mengidap penyakit autoimun ini dibandingkan anak laki-laki.
Hepatitis autoimun adalah peradangan organ hati yang terjadi ketika sistem imun menyerang sel-sel di hati.
Penyebab hepatitis autoimun belum diketahui secara pasti, tetapi faktor genetik dan lingkungan dipercaya dapat memicunya.
Berikut adalah beberapa gejala autoimun pada anak ini
Jika tidak diobati, hepatitis autoimun dapat menyebabkan jaringan parut pada hati dan menyebabkan gagal hati.
Namun, apabila berhasil didiagnosis dan diobati lebih awal, penyakit ini dapat dikendalikan dengan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh.
Jika obat-obatan tak mampu mengatasinya, dokter mungkin dapat merekomendasikan transplantasi hati untuk mengatasi hepatitis autoimun.
Bagi orang tua yang penasaran dan bertanya-tanya kenapa anak bisa autoimun, ketahuilah bahwa penyakit ini masih menyimpan misteri karena belum bisa ditelusuri secara pasti apa penyebabnya.
Meski demikian, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko penyakit autoimun pada anak.
Orang tua dapat menurunkan masalah autoimun kepada anaknya. Seorang ibu yang terkena penyakit autoimun saat hamil juga bisa menurunkan antibodi ke janin yang dikandungnya.
Menurut National Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat, anak yang menderita penyakit autoimun memiliki variasi gen yang cukup unik. Artinya, kondisi gen yang cacat juga bisa memicu terjadinya penyakit autoimun.
Para ahli juga meyakini hormon dalam tubuh seorang anak berpengaruh terhadap masalah autoimun. Ini bisa jadi penyebab mengapa penyakit autoimun pada anak lebih banyak terjadi pada perempuan ketimbang laki-laki.
Selain itu, sistem kekebalan tubuh perempuan juga memiliki respons lebih kuat terhadap infeksi dan vaksinasi dibanding laki-laki. Hal ini rentan menimbulkan penyakit autoimun. Namun alasan mengapa wanita yang memiliki kekebalan yang lebih kuat dapat meningkatkan insiden autoimun yang lebih tinggi masih belum jelas.
Masalah autoimun pada diri seorang anak biasanya ‘tertidur’ sampai ada pemicu eksternal, seperti virus, obat, radiasi, makanan, sinar matahari, dan lainnya
Setelah memahami macam-macam penyakit autoimun di atas, mungkin ada satu pertanyaan besar yang timbul dalam benak Anda. Apakah autoimun pada anak bisa sembuh?
Kabar buruknya, tidak ada obat-obatan yang bisa menyembuhkan penyakit autoimun pada anak. Meski begitu, berbagai gejala penyakit autoimun dapat dikontrol dengan penanganan yang tepat.
Perlu diketahui juga bahwa setiap anak memiliki sistem kekebalan tubuh, genetik, dan lingkungan yang berbeda-beda. Itu artinya, pengobatan yang akan dijalani juga akan menyesuikan dengan ketiga faktor tersebut.
Dikutip dari Very Well Health, sebagian besar kasus penyakit autoimun tidak mengancam nyawa. Penderitanya pun dipercaya dapat memiliki angka harapan hidup yang normal.
Meski begitu, perlu diingat bahwa ada beberapa penyakit autoimun yang bisa berakibat fatal dan menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa. Namun, penyakit autoimun yang fatal termasuk jarang terjadi.
Hingga kini, penelitian masih terus berlanjut untuk mencari tahu lebih jauh tentang penyakit autoimun pada anak. Setiap anak memiliki kondisi yang berbeda. Artinya, langkah penanganannya juga bisa berbeda.
Beberapa langkah penanganan yang umum dilakukan adalah memberikan suplemen, transfusi darah, terapi fisik, atau pemberian obat. Jika masih belum tahu apa yang diderita anak, konsultasikan kepada dokter yang akan memberi rujukan pada dokter spesialis terkait.
Jangan ragu untuk bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga.
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Psoriasis adalah penyakit kulit gatal dan perih yang bisa sebabkan luka. Penyakit kulit lainnya yang perlu diwaspadai adalah biang keringat dan dermatitis.
25 Jun 2019
Kulit telinga kering dan mengelupas bisa terjadi karena produk perawatan rambut yang tidak cocok, infeksi jamur, hingga penyakit kulit lainnya.
18 Mar 2022