Penggunaan obat rasional adalah pemakaian obat dengan cara yang tepat. Hal ini sangat penting karena bila obat digunakan dengan sembarangan, sejumlah kerugian akan terjadi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
29 Agt 2020
Memilih obat yang tepat termasuk langkah penggunaan obat rasional
Table of Content
Pernahkah Anda pergi ke klinik atau rumah sakit, lalu mendapatkan obat yang sebenarnya tidak perlu dikonsumsi? Bila pernah, tindakan ini mungkin dapat dikategorikan sebagai penggunaan obat tidak rasional.
Advertisement
Singkatnya, penggunaan obat yang tidak rasional bisa didefinisikan sebagai pemakaian obat yang tidak tepat. Hal ini bisa merugikan banyak pihak, terutama pasien.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memperhatikan pemakaian obat sebaik dan seefisien mungkin. Langkah ini disebut sebagai penggunaan obat secara rasional.
Menurut WHO, pemakaian obat dapat dikatakan rasional bila pasien menerima obat yang benar, dengan dosis yang tepat serta dengan biaya yang terjangkau. Mari simak beberapa kriterianya di bawah ini:
Diagnosis penyakit yang salah dapat menyebabkan pemilihan dan pemberian obat yang salah pula. Contohnya, dokter yang perlu menentukan apakah infeksi disebabkan oleh virus atau bakteri.
Obat untuk kedua infeksi tersebut akan berbeda. Pasien dengan gejala infeksi bakteri mungkin perlu diberikan antibiotik. Sementara penderita infeksi virus biasanya hanya perlu beristirahat.
Selain itu, pemilihan obat yang diresepkan juga harus mempertimbangkan harga, jangan memberikan obat dengan harga tinggi pada pasien dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Langkah penggunaan obat rasional berikutnya adalah penentuan dosis secara tepat. Dosis merupakan jumlah, cara pemberian, dan durasi penggunaan obat. Hal ini penting untuk penggunaan obat secara efektif dan efisien.
Sebagai contoh, obat antasida harus dikunyah dulu baru ditelan dan antibiotik tidak boleh dikonsumsi bersama susu karena efektivitasnya akan berkurang.
Frekuensi konsumsi obat juga bisa berbeda-beda. Ada obat yang perlu dikonsumsi 2-3 kali sehari, dan sebagian obat lain yang bahkan perlu dikonsumsi diminum di jam yang sama setiap hari agar manfaatnya optimal.
Saat suatu obat diberikan, tindak lanjut yang diperlukan mesti sudah dipertimbangkan oleh dokter sebagai salah satu syarat penggunaan obat rasional. Misalnya, penanganan jika pasien tidak sembuh atau mengalami efek samping. Pasalnya, respons obat pada tiap orang biasanya tidak sama.
Resep yang ditulis oleh dokter biasanya perlu dibawa oleh pasien ke bagian farmasi untuk ditebus. Proses ini harus berlangsung dengan tepat.
Bagian farmasi perlu memahami arahan dokter dengan akurat, dan mampu memberikan informasi yang benar pada pasien sebelum menyerahkan obat.
Pasien perlu mematuhi saran dan arahan dokter, maupun bagian farmasi. Dengan ini, penggunaan obat rasional pun dapat berlangsung.
Arahan tersebut biasanya termasuk jenis, jumlah, dan dosis obat yang perlu digunakan. Ada pula kondisi khusus yang diperlukan ketika mengonsumsi obat. Contohnya, minum obat sebelum atau setelah makan.
Pasien pun diharap kembali menghubungi dokter apabila kondisinya tidak membaik atau merasakan efek samping obat. Jangan melakukan diagnosis mandiri tanpa arahan petugas medis.
Penggunaan obat yang tidak rasional masih banyak terjadi di berbagai fasilitas kesehatan, bahkan di rumah kita sendiri. Beberapa contoh kasus pemakaian obat yang tidak tepat meliputi:
Contoh kasus ini adalah penderita infeksi pernapasan atas yang mendapat resep obat antibiotik, obat batuk, analgesik, dan multivitamin.
Pada beberapa kasus, langkah tersebut mungkin tidak perlu. Pasien mungkin cukup diberikan obat untuk mengatasi masalah utamanya, bukan semua gejala yang ia rasakan.
Poli-farmasi juga dapat diukur dengan jumlah obat per resep yang dibuat. WHO merekomendasikan bahwa pasien rata-rata hanya membutuhkan 2-3 jenis obat.
Sebagai contoh, anak dengan infeksi pernapasan ringan diberi antibiotik, padahal obat ini tidak dibutuhkan. Mungkin saja, pengobatan mandiri dengan cukup istirahat untuk kasus ini.
Kasus tersebut juga menjadi contoh penggunaan antibiotik secara berlebihan, yang bisa berujung pada resistensi antibiotik.
Contoh kasus ini adalah anak dengan diare akut yang mendapatkan obat antimikroba atau antidiare. Langkah ini memang tidak salah, namun akan lebih baik jika sang anak dianjurkan untuk minum oralit terlebih dulu.
Baca Juga
Obat yang sebenarnya tidak efektif kadang diberikan pada pasien karena 'kebiasaan', atau karena pasien menganggap bahwa lebih banyak obat akan lebih baik. Contohnya, pemberian multivitamin yang terlalu banyak atau tidak perlu.
Tidak aman di sini berarti efek samping obat yang lebih besar dari manfaatnya. Contohnya, penggunaan steroid anabolik untuk mendorong pertumbuhan atau selera makan pada anak maupun atlet.
Sebagai contoh, pemberian antibiotik dengan jumlah yang tidak seharusnya dan penggunaan antibiotik tidak sesuai anjuran dokter. Pasalnya, banyak pasien yang berhenti memakai antibiotik ketika mereka merasa lebih baik. Padahal obat ini harus dihabiskan sesuai petunjuk dokter.
Penggunaan obat rasional sangatlah penting. Langkah ini akan memastikan bahwa obat dapat digunakan sebaik-baiknya dan seefisien mungkin, tanpa menimbulkan kondisi atau efek samping yang tidak perlu.
Panduan penggunaan obat yang rasional dianjurkan untuk semua pihak yang terlibat. Mulai dari dokter, fasilitas kesehatan, farmasi, hingga pasien.
Advertisement
Ditulis oleh Annisa Trimirasti
Referensi
Artikel Terkait
Pilihan antibiotik untuk sipilis adalah penisilin, terutama jenis penisilin G benzathine. Penisilin sebagai antibiotik untuk sipilis efektif dalam membunuh bakteri pemicu infeksi menular seksual ini.
7 Nov 2020
Alergi antibiotik bisa diatasi dengan obat antihistamin, kortikosteroid, maupun epinephrine. Alergi ini umumnya tidak akan hilang sepenuhnya, tapi frekuensi kekambuhannya bisa dikurangi.
24 Okt 2020
Efek samping ciprofloxacin, sebagai antibiotik yang umum dikonsumsi, tentu patut diketahui. Efek samping tersebut ada yang bersifat umum, namun ada juga yang sifatnya serius walau jarang terjadi. Apa saja?
26 Apr 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved