Pengobatan anemia sel sabit bisa dilakukan salah satunya dengan metode terapi, seperti terapi stem cell. Penderita juga disarankan mengonsumsi obat tertentu, seperti Hydroxyurea.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
27 Agt 2019
Seperti namanya, sel darah pada anemia sel sabit berbentuk bulan sabit
Table of Content
Dunia ilmu pengetahuan tidak pernah beristirahat dalam menemukan obat maupun terapi penyembuhan bagi anemia sel sabit. Di Indonesia, beberapa bentuk pengobatan anemia sel sabit ini pun sudah tersedia, meski hanya terdapat di beberapa rumah sakit besar.
Advertisement
Anemia sel sabit adalah penyakit keturunan ketika ada sel darah merah yang tidak berbentuk bulat pipih, melainkan mirip bulan sabit. Bentuk abnormal ini mengakibatkan sel-sel darah rawan menumpuk di pembuluh darah, sehingga menyebabkan munculnya rasa sakit hingga kerusakan organ pada penderitanya.
Sel darah merah berbentuk sabit memiliki masa hidup sangat pendek, yakni 10-20 hari. Sementara sel darah merah normal bisa hidup sampai 120 hari.
Perbedaan tersebut menyebabkan pemilik sel darah merah sabit rentan mengalami kondisi yang dinamakan kurang darah alias anemia.
Secara umum, anemia sel sabit akan menyebabkan gejala kurang darah. Gejala ini bisa berupa:
Sementara anemia pada balita bisa ditandai dengan munculnya penyakit kuning (jaundice). Penyakit ini membuat kulit dan rongga mulut anak berubah warna menjadi kuning. Bagian putih mata juga akan tampak menguning.
Baca Juga
Selain gejala kurang darah umum di atas, penderita anemia sel sabit pun bisa mengalami gejala khas, yaitu krisis nyeri.
Krisis nyeri terjadi ketika penderita kedinginan, stres, atau mengalami dehidrasi. Berikut indikasi krisis nyeri yang dapat terjadi:
Kadang kala, krisis nyeri bisa ditangani di rumah. Namun ada juga penderita yang sampai harus dirujuk ke rumah sakit ketika berada pada fase ini.
Di rumah sakit, penanganan penderita anemia sel sabit bertujuan mencegah terjadinya komplikasi dan menjaga kesehatan anak semaksimal mungkin. Apa sajakah bentuk penanganan tersebut?
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Center of Disease Control and Prevention/CDC), beberapa jenis terapi ini bisa dilakukan sebagai cara mengatasi anemia sel sabit:
Ini merupakan jenis obat yang aman untuk mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi akibat anemia sel sabit. Namun ibu hamil sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Pasalnya, ibu hamil dikhawatirkan mengalami efek samping yang belum diketahui bentuknya jika menggunakan hydroxyurea.
Pengobatan anemia sel sabit yang satu ini baru mendapat lampu hijau dari Badan Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat (The Food and Drug Administration/FDA) pada tahun 2017 silam.
Obat yang beredar dengan merek Endari tersebut bisa dikonsumsi oleh penderita anemia sel sabit dewasa atau anak yang telah berusia di atas lima tahun.
Satu-satunya metode pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkan anemia sel sabit adalah transplantasi sumsum tulang (bone marrow). Metode ini dilakukan dengan mencangkok sel induk (stem cell) sehat dari orang lain ke dalam sumsum tulang penderita.
Sumsum tulang adalah pusat produksi sel darah merah. Karena itu, pengobatan anemia sel sabit ini bertujuan mengganti sumsum tulang yang rusak dengan yang baru, sehingga tubuh kembali memiliki sel darah merah yang berbentuk bulat pipih dan bukan bulan sabit.
Meskipun demikian, terapi stem cell memerlukan donor dengan kondisi sumsum tulang yang mirip dan cocok dengan calon penerimanya. Selain itu, cangkok sumsum tulang memiliki efek samping yang serius, termasuk berbagai penyakit berat hingga kematian.
Di Indonesia sendiri, tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas terapi stem cell. Hingga 2018, hanya ada 11 rumah sakit yang mumpuni untuk menjalankan prosedur ini. Berikut daftar rumah sakit tersebut:
Para peneliti juga sedang berusaha mengembangkan terapi-terapi baru sebagai cara mengatasi anemia sel sabit. Terapi tersebut meliputi:
Gen normal akan disuntikkan ke sumsum tulang penderita anemia sel sabit. Terapi gen lainnya ialah dengan mengaktifkan kembali fetal hemoglobin, yakni tipe hemoglobin yang hanya ditemukan pada bayi baru lahir hingga usia lima bulan, yang menghambat produksi sel darah merah berbentuk sabit.
Penderita anemia sel sabit diminta menghirup gas nitric oxide dengan tujuan membuka pembuluh darah lebih lebar dan mengurangi perlengketan sel sabit. Namun sejauh ini, efek gas ini masih terbilang sangat kecil bagi penderita anemia sel sabit.
Karena merupakan penyakit keturunan, anemia sel sabit bisa dialami sejak penderita masih bayi. Oleh sebab itu, pemeriksaan bayi baru lahir sangatlah penting.
Tujuan utama pengobatan anemia sel sabit adalah untuk mencegah munculnya komplikasi pada penderita. Untuk menentukan cara mana yang paling cocok, harus ada diagnosis dan pemeriksaan dari dokter.
Hingga kini belum ada cara pencegahan sickle cell anemia atau anemia sel sabit karena meripakan penyakit genetik. Namun, seorang carrier anemia sel sabit bisa melakukan pemeriksaan genetik saat sedang progam hamil untuk mengetahui adanya risiko penyakit ini diturunkan pada anak.
Dengan mengetahui risiko sickle cell anemia, pencegahannya dapat dilakukan sedari dini dengan melakukan berbagai cara untuk mengurangi risiko tersebut.
Jika ingin berkonsultasi langsung pada dokter, Anda bisa Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Ditulis oleh Asni Harismi
Referensi
Artikel Terkait
Lanugo adalah rambut halus yang tumbuh pada janin saat masih dalam kandungan. Namun, rambut ini dapat pula terbawa hingga bayi dilahirkan. Apa saja fungsinya?
27 Mei 2020
Kelainan jantung pada bayi bisa terdeteksi sejak dalam kandungan. Ciri umumnya seperti tangan dan kaki kebiruan, sesak napas, hingga sulit menyusu.
8 Jun 2023
Hipospadia pada bayi adalah cacat lahir yang menyebabkan penis tampak tidak normal. Kondisi ini harus segera ditangani karena dapat menyebabkan komplikasi seperti masalah ejakulasi saat dewasa.
4 Mei 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved