logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kesehatan Mental

Sejak Kecil Dituntut Tangguh, Justru Jadi Pemicu Banyak Pria Bunuh Diri

open-summary

Secara statistik, jumlah kasus pria bunuh diri lebih banyak daripada perempuan. Jika perempuan lebih rentan mengalami suicidal thought, pria lebih mungkin mengakhiri hidupnya,


close-summary

2023-03-29 07:15:50

| Azelia Trifiana

Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri

Pria rentan melakukan bunuh diri dibandingkan wanita

Pria rentan melakukan bunuh diri dibandingkan wanita

Table of Content

  • Faktor risiko pria bunuh diri
  • Teori penyebab pria bunuh diri
  • Cara mencegahnya
  • Catatan dari SehatQ

Secara statistik, jumlah kasus pria bunuh diri lebih banyak daripada perempuan. Jika perempuan lebih rentan mengalami suicidal thought, pria bahkan lebih mungkin benar-benar mengakhiri hidupnya, bukan sekadar berpikir. Di dunia, kasus bunuh diri merupakan penyebab kematian yang tak boleh disepelekan.

Advertisement

Berdasarkan data The Centers for Disease Control and Prevention atau CDC, tingkat kematian akibat bunuh diri pada pria lebih tinggi 3,5 kali lipat ketimbang perempuan. Pada tahun 2017, 70% kasus bunuh diri didominasi pria paruh baya.

Faktor risiko pria bunuh diri

Perbandingan lain adalah apabila frekuensi mencoba bunuh diri pada perempuan lebih sering, tetap saja ada kemungkinan gagal. Di sisi lain, laki-laki bisa memilih metode lebih mematikan untuk bunuh diri. Risiko terbesar ada pada pria berusia di atas 65 tahun.

Beberapa faktor risiko yang membuat seseorang terlintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri adalah:

  • Mengalami perundungan di sekolah, kampus, atau kantor
  • Gagal menjalin hubungan atau perceraian
  • Riwayat mengalami kekerasan fisik dan kekerasan seksual
  • Berada di penjara
  • Kehilangan orang terdekat akibat trauma atau penyakit
  • Penyakit mental seperti depresi
  • Menderita penyakit kronis yang menghambat mobilitas
  • Hidup seorang diri atau terisolasi secara sosial
  • Tidak punya pekerjaan
  • Menjadikan narkoba atau alkohol sebagai pelarian dari masalah

Khususnya pada pria berusia lanjut, bunuh diri berkaitan erat dengan depresi, menderita penyakit fisik yang membatasi gerakan, hidup seorang diri, hingga merasa tidak berdaya. Dihantui rasa bersalah atau guilt complex juga bisa menjadi pemicu seseorang nekat mengambil keputusan ini.

Baca Juga

  • Cara Mengatasi Depresi Postpartum oleh Dokter Maupun Secara Alami
  • Penyebab Stres pada Anak dan Cara Mengatasinya yang Efektif
  • Memahami Tingkatan Stres dan Ciri-Ciri Fisik yang Ditimbulkan

Teori penyebab pria bunuh diri

Bukan hanya beberapa faktor risiko di atas, ada teori yang bisa menjelaskan mengapa pria lebih rentan bunuh diri ketimbang perempuan. Berikut di antaranya:

  • Persepsi tradisional

Sejak dulu di penjuru dunia, anak laki-laki digambarkan sebagai sosok tangguh. Tidak boleh menangis! Menangis berarti cengeng. Belum lagi tuntutan untuk menjadi sosok yang tangguh justru membuat mereka sulit mengekspresikan emosi. Norma yang membedakan laki-laki dan perempuan ini membuat pria sulit mencari bantuan saat membutuhkannya.

Oleh sebab itu, ada baiknya bagi orangtua yang memiliki anak laki-laki untuk tidak memberi label gender kepada emosi. Menangis bukan berarti hanya hak anak perempuan. Berantem dengan teman bukan juga pembenaran untuk anak laki-laki. Pastikan selalu melakukan validasi emosi sehingga ketika tumbuh dewasa, mereka tahu bagaimana mengekspresikan perasaan.

  • Depresi tidak terdiagnosis

Bahkan ketika berkonsultasi dengan dokter pun, laki-laki kerap tidak menyampaikan secara terbuka gejala depresi yang mereka alami. Ketika mengungkapkannya pun, biasanya dikaitkan dengan masalah pada pekerjaan atau hubungan asmara, bukan perasaan.

Saat berbicara tentang perasaan, mereka lebih memilih untuk menganggapnya stres. Bukannya perasaan sebenarnya yaitu rasa sedih dan tidak berdaya.

  • Jarang mencari bantuan

Berdasarkan penelitian pada tahun 2011, pria lebih jarang mencari bantuan terkait kesehatan mental mereka. Inilah sebabnya mengapa depresi kerap tidak terdiagnosis pada pria. Mereka lebih punya tendensi untuk membantah adanya rasa sakit, memantau sendiri gejala yang muncul, bahkan memutuskan untuk menanganinya sendiri.

  • Terjebak dalam penyalahgunaan zat

Perbedaan lain adalah ketika merasakan gejala depresi, pria juga lebih rentan menangani gejalanya dengan cara yang salah. Mereka memilih untuk lari ke alkohol atau narkoba sebagai distraksi dari rasa tidak berdaya. Ini justru membuat situasi semakin kusut.

  • Metode upaya bunuh diri

Ketika dibandingkan metode bunuh diri antara perempuan dan laki-laki, yang kedua lebih berani menggunakan metode yang mematikan. Apabila upaya percobaan bunuh diri yang pertama gagal pun, sangat besar kecenderungan terjadi upaya kedua dengan cara lebih fatal.

Cara mencegahnya

Baik individu maupun masyarakat bisa melakukan beberapa langkah pencegahan untuk mengurangi risiko pria bunuh diri, yaitu dengan cara:

  • Perhatikan tanda-tanda depresi

Gejala depresi pada laki-laki bisa berupa sikap mudah tersinggung, cemas berlebih, menarik diri dari interaksi sosial, kehilangan minat pada aktivitas yang dulu disukai, hingga tidak bisa menuntaskan pekerjaan sehari-hari.

Selain itu, ada pula gejala lain seperti sakit fisik hingga terus mengemukakan keluhan, mengambil keputusan berisiko, dan tentunya penyalahgunaan narkoba dan alkohol.

Apabila perubahan sikap di atas hanya disebut karena merasa stres, sebaiknya jangan langsung percaya. Sangat ada kemungkinan bahwa sebenarnya yang dirasakan adalah tanda-tanda depresi.

  • Tawarkan bantuan

Mengingat pria lebih jarang mencari bantuan untuk kondisi mental mereka, coba tawarkan bantuan terlebih dahulu. Tanyakan adakah yang bisa Anda lakukan untuk membantu. Apabila belum langsung bersedia, tegaskan bahwa Anda berada di sana untuk mendengar dan membantu.

  • Jangan remehkan

Ketika muncul tanda-tanda atau ucapan untuk mengakhiri hidup, jangan pernah remehkan dan menganggapnya sebagai lelucon. Bahkan ucapan mereka lebih ingin mati saja ketimbang menghadapi kesulitan tertentu, bisa jadi merupakan sinyal keinginan untuk mengakhiri hidup.

Justru yang perlu Anda lakukan adalah memberikan motivasi agar mereka mau berkonsultasi pada ahlinya.

Dukungan emosional sangatlah krusial untuk mencegah seseorang melakukan upaya bunuh diri, baik yang perdana maupun berulang. Terkadang, orang yang ingin bunuh kiri mengalami tunnel vision. Artinya, sulit bagi mereka untuk melihat situasi dari perspektif lebih luas. Semuanya hanya dipikir dari sisi hitam atau putihnya.

Dukungan dari orang terdekat seperti sahabat bisa menjadi strategi pencegahan bunuh diri yang efektif. Selain itu, bisa juga dengan membuka jaringan atau berkenalan dengan orang yang sedang menghadapi masalah serupa.

Catatan dari SehatQ

Apabila memungkinkan, Anda juga bisa membatasi akses ke benda yang bisa menjadi alat untuk bunuh diri seperti senjata api dan obat-obatan.

Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar bagaimana mengubah persepsi maskulinitas yang merusak ini, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Advertisement

mengatasi depresidepresibunuh diri

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 07.00 - 20.00

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved