Visum adalah pemeriksaan untuk mengecek kondisi kesehatan korban kekerasan. Prosedur ini sebaiknya dilakukan secepatnya atau tidak lebih dari lima hari setelah kejadian.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
9 Mei 2022
Visum adalah pemeriksaan untuk mengetahui kondis korban kekerasan
Table of Content
Anda mungkin sering mendengar istilah visum, terutama saat ada berita yang berkaitan dengan tindak kekerasan. Visum merupakan pemeriksaan forensik medis yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk membuktikan terjadinya kekerasan pada seseorang.
Advertisement
Visum bisa dilaksanakan secara fisik maupun mental, untuk mengetahui sebarapa parah dampak kekerasan yang diterima seseorang.
Prosedur visum bisa dibagi menjadi dua, yaitu visum et repertum dan visum et repertum psikiatrum. Berikut penjelasannya:
Visum et repertum, atau yang sering disebut sebagai visum, adalah laporan tertulis dari dokter atas permintaan penyidik, yang berisi hasil pemeriksaan kedokteran forensik pada korban kekerasan, baik yang masih hidup maupun sudah meninggal.
Laporan visum bisa digunakan sebagai salah satu pegangan bukti bagi korban kekerasan yang mengalami luka, keracunan, hingga kematian akibat peristiwa yang merupakan tindak pidana. Contohnya, tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) serta bentuk kekerasan lainnya.
Visum dapat dilakukan atas permintaan penyidik yang menangani kasus tersebut. Jadi hasilnya akan langsung diserahkan pada penyidik dan bukan pada pasien.
Namun pasien bisa mendapatkan resume medis sesuai aturan yang berlaku di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lain, tempat visum dilakukan.
Visum et repertum terdiri dari lima bagian di bawah ini:
Selain pemeriksaan keadaan fisik, visum dapat digunakan untuk menilai kondisi mental seseorang. Jenis visum ini disebut sebagai visum et repertum psikiatrikum.
Visum et repertum psikiatrum adalah keterangan tertulis dari dokter spesialis kesehatan jiwa, sebagai hasil pemeriksaan kesehatan psikologis pada seseorang. Proses ini dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk kepentingan penegakan hukum.
Visum untuk memeriksa kesehatan jiwa dilaksanakan oleh tim pemeriksa yang paling sedikit berjumlah tiga orang. Tim ini terdiri dari dokter spesialis kesehatan jiwa dan tenaga medis lain (seperti dokter umum, psikologi klinik, perawat), dan tenaga kesehatan lain sesuai kebutuhan.
Jika memungkinkan, visum sebaiknya dilakukan secepat mungkin setelah kekerasan terjadi. Untuk kekerasan yang sudah lewat lebih dari lima hari atau dalam hitungan minggu, bulan, atau tahun, pemeriksaan masih bisa dilakukan. Namun hasilnya mungkin tidak seakurat pemeriksaan yang dilaksanakan segera sesudah kejadian.
Pasalnya, setelah 120 jam atau lima hari, bukti forensik yang ada di tubuh seseorang umumnya sudah hilang. Aktivitas seperti mandi, makan, minum, merokok, menyisir rambut, atau mengganti baju pun, bisa saja mengurangi keberadaan bukti forensik ini.
Baca Juga: Dampak Psikologis Akibat Kekerasan Terhadap Perempuan
Berikut ini tahap-tahap yang akan dilalui saat seseorang menjalani visum:
Bila korban mengalami luka atau gangguan kesehatan lain yang perlu segera dirawat, langkah ini akan dilakukan terlebih dulu.
Setelah itu, visum akan dilanjutkan dengan tahap pencatatan riwayat. Dokter akan menanyakan seputar riwayat penyakit, obat yang biasa dikonsumsi, maupun pertanyaan lain terkait kesehatan.
Pada kasus kekerasan seksual, korban mungkin akan ditanyai mengenai riwayat hubungan seksual yang dilakukan secara konsensual, sebelum kekerasan terjadi. Ini dilakukan agar sampel DNA yang nantinya akan diambil, kepemilikannya bisa dideteksi lebih akurat.
Dokter juga mungkin akan menanyakan seputar kejadian yang dialami oleh korban, untuk mendeteksi area-area tubuh yang mungkin butuh pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut saat pemeriksaan.
Dokter akan memeriksa kondisi tubuh korban secara menyeluruh. Dokter juga mungkin akan menekankan pemeriksaan pada beberapa bagian yang paling banyak terdampak oleh kekerasan yang diterima oleh korban.
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi:
Dokter juga mungkin akan memotret cedera yang dialami oleh korban sebagai bahan pemeriksaan lebih rinci.
Pada korban kekerasan seksual dan jika korban mengizinkan, dokter serta tim visum mungkin akan meminta korban untuk memberikan atau mengumpulkan pakaian luar maupun pakaian dalam yang dipakai saat kekerasan terjadi.
Sisa robekan, debris, maupun rontokan rambut yang diduga sebagai milik pelaku pun akan dikumpulkan oleh tim pelaksana visum.
Hasil visum akan langsung diberikan pada penyidik yang menangani kasus kekerasan seksual tersebut. Namun korban maupun pendampingnya (seperti keluarga atau teman dekat) bisa mendapatkan rangkumannya dengan mengajukan permohonan tertulis.
Rangkuman hasil pemeriksaan dapat digunakan sebagai salah satu berkas rujukan maupun kepentingan lain.
Sesudah hasil visum diperoleh, korban mungkin akan disarankan untuk menjalani perawatan lanjutan agar cederanya bisa sembuh dengan baik. Korban juga mungkin perlu mendapatkan pendampingan secara psikologis.
Baca Juga
Dokter akan melihat sejumlah perubahan atau jenis luka yang terjadi di tubuh korban. Beberapa di antaranya meliputi:
Memar biasanya terjadi karena benturan keras oleh benda tumpul atau gerakan dengan tekanan yang besar. Misalnya, jika ada memar di area lengan bagian atas, berarti ada indikasi korban digenggam atau ditarik secara kasar oleh pelaku.
Memar berwarna kemerahan juga bisa disebabkan oleh asfiksia, yaitu kondisi saat seseorang tidak mendapatkan cukup oksigen. Ini bisa terjadi akibat pencekikan dan penutupan saluran napas secara paksa.
Luka gores terjadi akibat gesekan keras yang merusak lapisan kulit terluar. Pada pemeriksaan visum, pemeriksa akan melihat bila salah satu sisi kulit yang terluka terlihat lebih naik dibanding sisi lainnya. Ini mengindikasikan arah datangnya cedera.
Luka robek adalah kerusakan jaringan kulit yang disebabkan oleh serangan keras yang mendadak. Bentuk dari robekan jaringan yang terjadi bisa mengindikasikan jenis senjata yang digunakan untuk memicu kondisi ini.
Pada luka iris, bentuk luka akan terlihat berbeda dari luka robek dan gores. Luka iris tampak memiliki tepi yang rapi dan lebih bersih tanpa goresan. Ini mengindikasikan bahwa kerusakan jaringan kulit dilakukan oleh objek tajam.
Jika terdapat luka bakar, dokter akan memeriksa apabila luka tersebut memang disebabkan oleh pelaku kekerasan atau karena unsur ketidaksengajaan maupun penyakit yang bisa membuat kulit terlihat seperti terbakar (seperti Steven Johnson syndrome, infeksi, dan dermatitis).
Beberapa korban kekerasan yang melakukan visum juga terindikasi mengalami patah tulang. Dokter akan memastikan bahwa hal ini memang terjadi karena trauma akibat kekerasan, dan bukan karena penyakit tertentu serta ketidaksengajaan.
Beberapa korban kekerasan mungkin mengalami cedera yang lebih parah seperti cedera kepala. Saat ini terjadi, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih rinci untuk mendapatkan hasil visum yang lebih akurat.
Jika Anda masih memilki pertanyaan seputar pemeriksaan visum, konsultasikan langsung pada dokter lewat fitur Chat Dokter yang ada di aplikasi kesehtan SehatQ. Unduh gratis di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Nina Hertiwi Putri
Referensi
Artikel Terkait
Revenge porn adalah tindakan mengunggah sekaligus menyebarkan konten pornografi di internet. Biasanya dilakukan karena pelaku sakit hati dan ingin balas dendam.
30 Jul 2023
Kekerasan pada anak adalah setiap perbuatan yang dilakukan pada anak hingga menyebabkan anak sengsara atau menderita secara fisik, psikis, seksual, dan/atau terlantar.
7 Mei 2023
Predator seks adalah seseorang yang ingin melakukan kontak seksual dengan cara kasar layaknya predator. Cirinya suka memanipulasi hingga ingin mendominasi.
3 Feb 2021
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Reni Utari
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved