Aspartam adalah pemanis buatan yang sering digunakan sebagai pengganti gula asli. Namun, konsumsi pemanis ini bisa menyebabkan efek samping dan berbahaya untuk penderita Fenilketonuria.
2023-03-19 23:44:01
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Aspartam seringkali digunakan sebagai pengganti gula asli dalam makanan atau minuman
Table of Content
Pemanis buatan seringkali digunakan sebagai pengganti gula asli yang bertujuan untuk memberikan rasa manis pada berbagai produk makanan atau minuman yang dijual bebas di pasaran. Aspartam adalah salah satu jenis pemanis buatan yang umum digunakan dalam produk makanan atau minuman manis tersebut.
Advertisement
Terlepas dari kepopulerannya, penggunaan aspartam ternyata menuai kontroversi lantaran dinilai berbahaya bagi kesehatan. Salah satu dampak negatif pemanis buatan ini adalah bisa menyebabkan berbagai gangguan medis jika dikonsumsi berlebihan.
Aspartam adalah salah satu pemanis buatan yang mengandung asam amino asam aspartat dan fenilalanin. Sebagai pemanis rendah kalori, aspartam memiliki rasa manis 200 lebih kuat dibandingkan dengan gula biasa pada umumnya.
Meski jauh lebih manis dibandingkan dengan gula pasir, baik aspartam dan gula pasir sama-sama memiliki kandungan kalori sebanyak 4 kalori per gramnya. Berkat rasa manis yang jauh di atas gula pasir membuat kita hanya perlu mengonsumsinya dalam jumlah sedikit.
Baca juga: Pemanis Buatan yang Aman dan Diperbolehkan di Indonesia, Apa Saja?
Aspartam berfungsi sebagai pengganti gula asli dalam produk makanan atau minuman yang dijual bebas di pasaran. Produk makanan dan minuman yang mengandung aspartam biasanya terdapat pada jenis minuman kemasan (minuman soda, diet soda, jus, minuman rasa), produk susu (yogurt, susu tanpa lemak), es krim, permen karet, saus, sirup, hingga terdapat pada jenis obat-obatan tertentu.
Aspartam telah digunakan dalam bahan makanan bebas gula dan minuman bersoda rendah kalori selama lebih dari 25 tahun.
Saat mengonsumsi asupan aspartam, proses metabolisme tubuh akan memecahnya menjadi metanol. Proses tersebut juga terjadi pada tubuh Anda ketika mengonsumsi buah, sayur-sayuran, jus, minuman, dan produk fermentasi sehingga proses metabolisme aspartam bukanlah suatu proses yang baru bagi tubuh.
Ya, penggunaan pemanis aspartam telah disetujui oleh Food and Drugs Association (FDA) Amerika Serikat sebagai jenis pemanis yang aman untuk dikonsumsi sejak tahun 1981.
FDA menetapkan asupan harian aspartam yang dapat diterima oleh tubuh (acceptance daily intake/ADI) sebesar 50 mg/kg berat badan per hari.
Senada dengan FDA, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun mengizinkan penggunaan aspartam sebagai pemanis buatan asalkan tetap memperhatikan batas jumlah asupan per harinya.
Menurut ketentuan Surat Keputusan Kepala Badan POM No. H.K.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, aspartam dapat digunakan secara aman dan tidak bermasalah bila sesuai takaran yang diperbolehkan.
Untuk kategori pangan minuman berkarbonasi dan nonkarbonasi, batas maksimum penggunaan aspartam adalah 600 mg/kg. Maka dari itu, Anda tidak boleh mengonsumsinya secara berlebihan.
Baik American Medical Association (AMA) dan American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa aspartam aman digunakan bagi orang tidak mengidap fenilketonuria (PKU) serta aman bagi janin sesuai kadar yang telah ditentukan.
Selain itu, American Diabetes Association (ADA) dan World Health Organization (WHO) juga menyetujui bahwa aspartam aman dikonsumsi.
Walaupun tergolong aman dikonsumsi dan telah diizinkan, bukan berarti penggunaannya tidak membawa dampak buruk yang mungkin menyertai. Berikut adalah bahaya aspartam bagi kesehatan tubuh:
Salah satu dampak negatif aspartam adalah membahayakan penderita fenilketonuria. Fenilketonuria atau phenylketonuria (PKU) adalah salah satu jenis kelainan genetika yang langka. Penderita PKU mengalami penumpukan asam amino fenilalanin dalam darah.
Fenilalanin adalah asam amino penting yang dapat ditemukan dalam sumber protein, seperti daging, ikan, telur, produk berbahan dasar susu, hingga aspartam.
Orang-orang dengan kondisi medis ini tidak dapat memproses fenilalanin dalam tubuh dengan baik sehingga terjadilah penumpukan. Oleh karena itu, konsumsi aspartam dapat berisiko membahayakan bagi penderita PKU.
Tardive dyskinesia adalah gangguan medis berupa gerakan otot-otot tubuh yang tidak terkendali pada lidah, bibir, dan wajah. Mengonsumsi aspartam dapat memicu kondisi ini semakin tidak terkontrol.
Keracunan metanol adalah salah satu dugaan bahaya aspartam bagi kesehatan. Keracunan metanol ditandai dengan munculnya gejala sakit kepala, vertigo, telinga berdenging, dan lemas.
Klaim bahaya efek samping aspartam bagi kesehatan tubuh yang mungkin timbul adalah:
Sayangnya, belum ada penelitian yang dapat membuktikan dampak negatif pemanis buatan ini berbahaya sehingga dapat menyebabkan kemunculan penyakit-penyakit yang telah disebutkan di atas.
Baca juga: 7 Pengganti Gula, Tapi Bukan Berarti Aman Dikonsumsi Berlebihan
Penderita diabetes boleh saja mengonsumsi aspartam. Ini karena penderita diabetes harus memperhatikan asupan gula yang masuk ke dalam tubuh. Selain gula, mereka juga harus mengendalikan jumlah kalori dan karbohidrat dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Nah, kandungan aspartam dapat memberikan rasa manis pada makanan dan minuman sebagai pengganti gula biasa. Dengan mengonsumsi pemanis buatan ini, para diabetesi atau penderita diabetes tetap dapat menikmati rasa manis tanpa perlu mengkhawatirkan jumlah kalori yang masuk.
Selain itu, aspartam tidak berisiko meningkatkan kadar gula darah atau memengaruhi kadar glukosa darah.
Meski aman bagi penderita diabetes, penggunaannya juga tidak bisa dikonsumsi sembarangan. Anda tetap harus memperhatikan kandungan aspartam yang masuk ke dalam tubuh.
Aspartam termasuk pemanis buatan rendah kalori sehingga tidak dapat meningkatkan berat badan secara signifikan jika dikonsumsi dalam jumlah wajar. Akan tetapi, karena aspartam juga memiliki rasa manis seperti gula maka hal ini dapat meningkatkan kebiasaan Anda untuk mengonsumsi makanan manis dan berkalori lainnya.
Mengonsumsi makanan manis dan berkalori inilah yang lama-lama dapat menyebabkan berat badan meningkat. Alhasil, kebiasaan tersebut yang dapat menyebabkan obesitas, tetapi perlu diingat bahwa kondisi ini bukan berasal aspartam itu sendiri.
Baca Juga
Beberapa orang mungkin merasa ragu atau khawatir mengonsumsi aspartam karena sifatnya yang tidak alami, meski beberapa hasil riset dan sejumlah institusi kesehatan resmi telah menyatakan aman digunakan.
Oleh karena itu, sebaiknya Anda melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu mengenai penggunaan aspartam yang aman beserta jumlah asupan yang dianjurkan setiap harinya. Terlebih apabila Anda seorang diabetesi atau tengah menjalani diet tertentu.
Jika ingin berkonsultasi langsung pada dokter, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Daging burung dara memiliki kandungan dan manfaat yang baik untuk kesehatan. Selain itu, daging ini juga banyak dijual di tempat makan.
Ingin makan brownies tapi takug ? Tenang, ada banyak resep brownies sehat yang tetap bisa dikonsumsi bahkan oleh penderita diabetes sekalipun. Mulai dari brownies ubi hingga zucchini brownies.
Makan sambil berdiri sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian orang. Namun, kebiasaan ini ternyata dapat memberi beberapa efek negatif. Apa saja?
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved