logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Sex & Relationship

Panduan Terkait Konsensual dalam Hubungan yang Harus Anda Perhatikan

open-summary

Konsensual adalah sifat aktivitas seksual yang sama-sama disetujui oleh kedua belah pihak dalam hubungan asmara dan pernikahan. Hubungan konsensual bersifat sukarela, saling antusias, jelas, dan spesifik.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari

21 Okt 2020

Konsensual adalah sifat pada hubungan yang mengandung persetujuan atau consent dalam melakukan aktivitas seksual tertentu

Aktivitas seksual yang konsensual diperlukan dalam jalinan asmara dan pernikahan

Table of Content

  • Apa itu konsensual?
  • Apa saja bentuk respons konsensual pasangan?
  • Tanda pasangan tidak memberikan consent untuk berhubungan
  • Kondisi yang tidak konsensual dalam berhubungan seks 
  • Bagaimana meminta consent untuk melakukan hubungan konsensual?
  • Catatan dari SehatQ

Istilah consent atau konsensual terus mencuat dibicarakan publik dan mulai banyak dipahami oleh masyarakat. Hubungan yang konsensual memang menjadi kunci dalam jalinan asmara dan pernikahan – menandakan bahwa hubungan tersebut sehat, tidak berat sebelah, dan tanpa tekanan. Kenali lebih jauh apa itu konsensual.

Advertisement

Apa itu konsensual?

Dalam konteks seksualitas, konsensual adalah sifat pada hubungan yang mengandung persetujuan atau consent dalam melakukan aktivitas seksual tertentu. Consent atau persetujuan perlu diutarakan oleh pihak yang terlibat, termasuk pasangan yang sudah menikah. Apabila tidak konsensual, hubungan seks yang dilakukan adalah pemerkosaan

Consent atau persetujuan yang diberikan pasangan harus memiliki karakteristik berikut ini:

  • Sukarela tanpa paksaan dan tanpa manipulasi
  • Antusias
  • Jelas dan spesifik pada berbagai derajat hubungan seksual

Hubungan yang konsensual juga memberikan hak pada pasangan untuk mengubah pikirannya. Misalnya, walau pada awalnya pasangan setuju untuk berhubungan seks dan Anda sudah melakukan foreplay, pasangan berhak untuk berubah pikiran dan membatalkan hubungan seks.

Segala jenis hubungan seks harus bersifat konsensual. Interaksi yang membutuhkan consent tidak hanya vaginal, oral, atau anal. Tindakan seperti memeluk, mencium, hingga membelai juga harus bersifat konsensual dan tidak boleh dipaksakan.

Memberikan dan menanyakan persetujuan dalam hubungan konsensual merupakan bentuk saling menghormati batasan antara Anda dan pasangan. Menanyakan consent juga menjadi mekanisme pengecekan apabila Anda ragu dengan kehendak pasangan. Kedua belah pihak harus setuju dalam berhubungan seks agar menjadi interaksi yang konsensual.

Apa saja bentuk respons konsensual pasangan?

Seks yang konsensual berarti disetujui oleh kedua belah pihak
Sebelum menaikkan derajat aktivitas seksual, kedua belah pihak harus memberikan persetujuan

Pasangan yang setuju untuk melakukan hubungan konsensual dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

  • Pasangan secara eksplisit mengatakan “ya” saat Anda menanyakan untuk berhubungan seks
  • Pasangan secara eksplisit mengatakan “ya” atau kalimat afirmatif “aku mau” saat Anda menaikkan derajat aktivitas seksual – seperti saat Anda hendak melakukan/meminta penetrasi setelah berciuman
  • Pasangan secara aktif dan sadar memberikan isyarat fisik bahwa ia memang juga menginginkan peningkatan derajat hubungan seksual, seperti membalas ciuman atau membalas mencumbu organ sensitif Anda

Walau begitu, penting untuk diingat bahwa respons fisiologis tubuh yang tidak sadar bukanlah respons yang konsensual. Misalnya, dalam pemerkosaan, korban mungkin mengalami orgasme, penis menjadi ereksi, atau keluarnya cairan dari alat kelaminnya. Respons fisik tersebut tidak dapat dikontrol oleh korban sehingga bukan bentuk persetujuan.

Begitu pula jika pasangan dalam keadaan mabuk, maka ia tidak dapat memberikan persetujuan konsensual. Meski pasangan merespons sentuhan dan ciuman Anda, tetapi ia melakukannya di bawah pengaruh alkohol, bukan atas kesadaran sendiri.

Respons berikut yang ditunjukkan pasangan bukanlah bentuk consent, termasuk:

  • Pasangan mengatakan ucapan lisan menidakkan seperti kata “tidak”, “aku tidak tahu”, “aku belum siap”, atau “mungkin nanti saja”
  • Pasangan menggeleng, menghindari kontak mata, menunjukkan rasa tidak nyaman, dan mengubah topik pembicaraan
  • Pasangan berdiam diri dan mematung. Diam bukanlah bentuk persetujuan.
  • Pasangan mengatakan “ya” secara terpaksa akibat ancaman dan manipulasi
  • Pasangan terlihat cemas dan takut  

Kondisi yang tidak konsensual dalam berhubungan seks 

Selain isyarat dan respons verbal di atas, kondisi berikut ini juga tidak menjadi bentuk yang konsensual dalam berhubungan seks, termasuk:

  • Pasangan mengenakan pakaian yang seksi. Pakaian yang ia kenakan bukanlah isyarat persetujuan. 
  • Pasangan tidak sadarkan diri, seperti saat ia pingsan, tidur, serta berada dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan
  • Pasangan sudah memberikan isyarat untuk menolak berhubungan seks, seperti mendorong Anda atau menjauh dari Anda
  • Pasangan berubah pikiran walau sebelumnya ia setuju untuk berhubungan seks
  • Anda berhubungan seks dengan individu di bawah umur

Selain itu, penting untuk diingat bahwa hubungan yang pernah dilakukan di masa lalu tidak otomatis menjadi bentuk persetujuan dalam melakukan hubungan di masa mendatang. Dengan demikian, Anda harus kembali menanyakan apakah pasangan benar-benar mau untuk berhubungan seks setiap kali akan melakukannya.

Hubungan yang konsensual diperlukan dalam hubungan asmara dan pernikahan. Dalam menanyakan consent atau persetujuan pasangan, Anda bisa memberikan pertanyaan seperti, “Bolehkah aku [...]?” atau “Apakah kamu mau jika aku [...]?” dan tunggu jawaban yang ia berikan.

Apabila pasangan mengatakan “ya” atau mengangguk secara antusias, maka Anda boleh memulai aktivitas seksual dengannya. 

Ketika ingin menaikkan derajat aktivitas seksual (seperti dari ciuman ke merangsang alat genitalnya), Anda harus menanyakan kembali persetujuan darinya. 

Apabila Anda tidak yakin dengan kondisi pasangan, Anda harus memastikan kehendaknya. Misalnya, utarakan pertanyaan seperti, 

  • “Aku ingin memastikan kamu benar-benar mau atau tidak. Haruskah aku melanjutkan atau menghentikan?”
  • “Tidak apa kok kalau kamu tidak mau melanjutkan atau capek. Kamu mau beristirahat saja atau bagaimana?”

Pastikan Anda tidak memberikan tekanan, intimidasi, atau manipulasi dalam berhubungan seks dengan pasangan. Apabila ia mengatakan tidak, meminta Anda berhenti, dan memberikan isyarat non-konsensual di atas, Anda harus berhenti melanjutkan dan berhenti bertanya.

Aktivitas seksual yang konsensual menandakan bahwa hubungan yang Anda jalin sehat bagi kedua belah pihak.

Baca Juga

  • 2 Jenis Obat Kuat Wanita yang Aman Agar Tahan Lama di Ranjang
  • 9 Tips Seks Populer dari Pakar yang Dapat Anda Coba
  • Tahapan dan Fase Pernikahan dari Tahun ke Tahun yang Dialami Pasangan

Catatan dari SehatQ

Aktivitas seksual yang konsensual diperlukan dalam jalinan asmara dan pernikahan. Pastikan Anda selalu menanyakan consent pasangan dan tidak menekan atau memanipulasinya. Untuk mendapatkan informasi lain terkait hubungan seks, Anda bisa menanyakan ke dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Aplikasi SehatQ tersedia di Appstore dan Playstore untuk memberikan informasi seksualitas terpercaya.

Advertisement

hubungan sekshubungan seksualpernikahan

Ditulis oleh Arif Putra

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved