Perasaan jenuh dan stres ketika harus berada di suatu tempat yang sama dalam waktu lama bisa menyebabkan seseorang melakukan stress eating atau emotional eating. Ini adalah reaksi yang normal, ketika seseorang mencari kenyamanan lewat konsumsi makanan yang belum tentu bernutrisi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
14 Sep 2020
Stress eating dapat terjadi selama pandemi
Table of Content
Perasaan jenuh dan stres ketika harus berada di rumah saja bisa menyebabkan seseorang melakukan stress eating atau emotional eating. Ini adalah reaksi yang normal, ketika seseorang mencari kenyamanan lewat konsumsi makanan yang belum tentu bernutrisi.
Advertisement
Namun jika dilakukan terus menerus, stress eating atau emotional eating dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Hal ini yang menjadi penyebab berat badan naik. Tak hanya itu, level kecemasan dan stres pun bisa bertambah.
Seperti namanya, emotional eating terjadi karena emosi dan stres akibat jenuh berada di suatu tempat yang sama dalam waktu yang lama. Sebelum kebiasaan buruk ini benar-benar mengakibatkan dampak negatif terhadap kesehatan, Anda bisa mencoba cara mengatasi stress eating seperti berikut ini:
Ketika mulai merasa kerap melakukan emotional eating, pahami dulu apa pemicunya. Entah itu rasa stres, bosan, jenuh, dan lainnya. Tentunya, emotional eating berbeda dengan rasa lapar yang secara alami muncul ketika memerlukan asupan nutrisi.
Untuk memahami latar belakangnya, beri jeda dan fokus pada apa yang tengah dirasakan. Validasi emosi yang sedang dialami, entah itu stres, bosan, kesepian, atau cemas berlebih. Melakukan evaluasi apa yang sedang dirasakan dapat mencegah stress eating.
Apabila kebiasaan emotional eating sudah tak terhindarkan, jangan beri celah untuk mengonsumsi camilan kurang sehat. Sebaliknya, perbanyak stok camilan sehat sehingga ketika merasa lapar emosional sekalipun, masih bisa mendapatkan nutrisi.
Terlebih, paparan visual dari makanan-makanan tinggi kalori namun kurang sehat dapat mengaktifkan bagian otak striatum. Ketika aktif, kendali tindakan impulsif akan berkurang sehingga muncul perasaan ingin makan berlebihan atau emotional eating.
Meski berada di rumah dan tidak ada rutinitas pasti, tetap buat jadwal makan yang pasti. Usahakan pola makan ini benar-benar teratur meski berada di situasi yang serba tak pasti. Apabila tidak bisa sama seperti jadwal semula, tak masalah. Hal terpenting adalah memastikan jadwal makan tetap teratur.
Memiliki lebih banyak waktu di rumah artinya ada kesempatan untuk menjajal resep-resep baru. Terlebih saat pandemi, makan di café atau restoran sangatlah berisiko. Jadi, alihkan sumber daya dengan memasak sendiri makanan yang lebih sehat.
Menurut sebuah studi, mengonsumsi makanan yang dimasak sendiri lebih dari 5 kali sepekan membuat risiko seseorang kelebihan berat badan turun 28%. Risiko mengalami kelebihan berat badan pun turun 24% dibandingkan dengan partisipan yang hanya mengonsumsi makanan rumahan 3 kali sepekan.
Pastikan kebutuhan air untuk tubuh tercukupi. Ini dapat mencegah seseorang melakukan stress eating. Ada riset yang menemukan korelasi antara dehidrasi berat dan risiko obesitas. Tak hanya itu, dehidrasi juga membuat mood, energi, rentang fokus, hingga pola makan menjadi berantakan.
Jika bosan dengan air putih, tambahkan potongan buah segar untuk membuat infused water. Tanpa perlu tambahan pemanis, minuman seperti ini tetap bernutrisi sekaligus aman untuk asupan kalori.
Sekarang sudah ada begitu banyak kelas olahraga virtual hingga video YouTube tentang olahraga berintensitas ringan di rumah. Tanpa perlu waktu terlalu panjang, mengikuti kelas atau video olahraga ini dapat memastikan tubuh tetap aktif bergerak.
Ini penting karena aktivitas fisik akan membuat mood menjadi lebih baik. Ketika mood membaik, stres menurun, maka risiko melakukan stress eating pun dapat berkurang.
Alur informasi yang begitu cepat di sekitar terkadang membuat seseorang tak bisa fokus atau mindful terhadap apa yang dilakukannya saat ini. Di sinilah pentingnya mindful eating, yaitu makan tanpa ada gangguan apapun terutama gadget.
Dengan melakukan hal ini, maka fokus sepenuhnya ada pada makanan. Tak hanya itu, tubuh lebih bisa mendengarkan sinyal rasa lapar dan kenyang secara optimal. Ini dapat mencegah seseorang terjebak dalam pola stress eating.
Mengatur pola makan dengan beberapa cara di atas agar terhindar dari stress eating adalah salah satu cara untuk tetap menyayangi diri sendiri. Semua cara menghindari stress eating di atas bisa dilakukan secara perlahan. Itu bukan kompetisi. Jadi, tak perlu membandingkan apa pencapaian orang lain selama karantina dengan apa yang sudah dilakukan.
Bangun rasa self love antara tubuh dan pikiran. Dengan cara ini, rasa jenuh dan stres terus berada di rumah kala pandemi dapat teralihkan dengan keteraturan serta komitmen menjalani gaya hidup sehat.
Jika ingin berkonsultasi langsung pada dokter, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Arti persahabatan bukanlah sekadar persoalan pergaulan. Ternyata, memiliki seorang sahabat, bisa menyehatkan mental. Bagaimana bisa?
12 Sep 2020
Tentu tak ada yang ingin mengonsumsi makanan berjamur. Beberapa jenis jamur bisa menghasilkan racun mycotoxin yang berbahaya. Di sisi lain, ada pula makanan yang memang diproses dengan memanfaatkan jamur.
14 Sep 2021
Ekspektoran adalah obat yang dapat digunakan ketika kondisi tenggorokan berdahak atau batuk dengan lendir. Dengan mengonsumsi ekspektoran, dahak menjadi lebih encer. Tak hanya itu, ekspektoran juga membuat proses sekresi batuk lendir di saluran pernapasan lebih mudah dilakukan.
22 Sep 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved