Post power syndrome biasanya terjadi pada orang-orang yang semasa masih bekerja memiliki jabatan tinggi atau pengaruh penting terhadap orang lain. Kehilangan 'power' tersebut lantas membuat mereka justru jadi merasa tidak nyaman.
4.38
(13)
8 Nov 2019
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Berubah status menjadi pensiunan bisa menyebabkan seseorang mengalami post power syndrome
Table of Content
Tidak ada masalah mental yang bisa dipandang sebelah mata, termasuk post power syndrome. Aktivitas mendadak berkurang, ditambah tidak lagi punya otoritas seperti sebelumnya, rentan membuat orang merasakan kondisi ini.
Advertisement
Post power syndrome kerap datang saat karir meredup atau usia mengharuskan seseorang pensiun. Itu sebabnya, sindrom yang satu ini kerap dialami oleh mereka yang sebelumnya aktif bekerja atau punya jabatan cukup tinggi di perusahaannya.
Post power syndrome atau sindrom pascakekuasaan adalah kondisi ketika seseorang hidup tidak atau belum bisa menerima kehilangan kekuasaan yang pernah dimilikinya, seperti jabatan dalam pekerjaan. Itu sebabnya, gangguan psikologis ini kerap dialami oleh mereka yang memasuki masa purnatugas alias pensiun.
Biasanya, orang yang mengalami sindrom pascakekuasaan ini terbilang aktif dan memiliki pengaruh penting selama masih bekerja dulu. Tak heran, adanya perubahan dari bekerja menjadi tidak bekerja tersebut membuat mereka justru merasa tidak nyaman. Selain aktivitas dan 'power' yang hilang, sejumlah aspek lain turut berperan dalam memicu terjadinya kondisi yang juga dikenal sebagai retirement syndrome ini, seperti koneksi sosial hingga harta.
Retirement syndrome dapat dialami oleh siapa saja, namun orang-orang lanjut usia (lansia) menjadi kelompok yang paling rentan. Pasalnya, merekalah yang tidak seaktif dulu lagi karena memasuki masa pensiun.
Penyebab post power syndrome pada lansia ini biasanya karena lansia tersebut semasa kerja memiliki jabatan yang tinggi atau pengaruh penting di masyarakat. Selain itu, sindrom ini sangat mungkin terjadi apabila lansia merupakan orang yang aktif, cenderung workaholic, haus akan pengakuan, ingin dihormati, ingin keinginannya selalu terpenuhi, dan suka mengatur orang lain.
Anggapan bahwa masa tua adalah hal yang 'menakutkan' juga bisa memicu lansia mengalami sindrom pascakekuasaan ini.
Terjadinya retirement syndrome ini pun tak lepas dari sejumlah faktor pendukung, antara lain sebagai berikut:
Baca Juga
Akar masalah dari sindrom ini adalah saat seseorang tidak siap menerima perubahan dalam dirinya. Bayang-bayang kekuasaan dan otoritas yang sebelumnya dimiliki masih melekat dan orang tersebut tidak bisa menerima perubahan dengan baik.
Beberapa gejala post power syndrome yang mungkin dialami oleh pengidapnya antara lain:
Tidak heran, ketika seseorang mengalami beberapa gejala post power syndrome di atas karena perubahan yang mendadak. Biasanya, orang yang merasakan post power syndrome merasa perubahan antara dirinya yang memiliki jabatan dengan dirinya sudah pensiun tanpa pekerjaan terjadi terlalu cepat.
Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin sindrom yang dijuluki sindrom pensiun ini menyebabkan seseorang mengalami penyakit lain seperti darah tinggi atau vertigo.
Dari beberapa gejala di atas, sangat mungkin muncul gangguan pada diri yang bisa dibedakan menjadi:
Mereka yang berada di sekitar orang dengan post power syndrome pasti tahu betul perubahan drastis ini. Seseorang yang semula menyenangkan saat masih menjabat mendadak memiliki sikap yang berubah drastis.
Wajar pula jika orang-orang di sekitar merasa ikut tersinggung atau kesal dengan sikap dari lansia dengan sindrom geriatri ini. Namun, perlu diingat bahwa itu justru membuat situasi semakin runyam.i[o
Baca Juga
Satu hal yang pasti saat menghadapi orang dengan post power syndrome, jangan langsung meninggalkannya sendiri. Orang dengan kondisi ini sedang berada dalam fase merasa diabaikan karena tidak lagi memiliki semua keistimewaan yang sebelumnya dimiliki.
Contoh sederhananya saja, kondisi yang semula bisa menyuruh siapa pun untuk melakukan apa yang diminta, menjadi tidak ada yang bisa disuruh-suruh. Jika biasanya orang bertemu dengan dirinya di kantor dan mengangguk hormat, tiba-tiba tidak ada yang berlaku demikian.
Bagi yang mendampingi orang dengan sindrom pasca kekuasaan, yang perlu dilakukan adalah:
Pendekatan yang bisa dilakukan untuk merangkul orang dengan post power syndrome tentu berbeda satu dan lain. Orang-orang terdekat seperti keluarga inti, kerabat, atau sahabat tentu tahu apa yang perlu dilakukan seiring dengan berjalannya waktu.
Intinya satu: tetap temani lansia yang mengalami sindrom dan jangan tinggalkan mereka sendiri. Bagaimanapun, mereka adalah orang yang pernah berjasa untuk hidup mereka di sekitarnya.
Punya pertanyaan seputar kesehatan lansia? Anda bisa chat langsung dengan dokter untuk tahu jawabannya melalui aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasi SehatQ di App Store dan Google Play sekarang juga.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
EMDR therapy dianggap sebagai salah satu penanganan PTSD paling efektif. Ada 8 fase yang akan dilalui oleh pasien dalam 12 kali pertemuan. Mulai dari ulasan masa lalu, penanganan, hingga evaluasi.
Scopophobia adalah ketakutan luar biasa ketika melihat tatapan mata tajam dari orang lain atau objek tertentu. Ini berbeda dengan rasa tegang dan tak nyaman ketika dilihat oleh banyak orang.
Selfishness perlu diterapkan dalam beberapa kondisi untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan fisik dan mental Anda. Saat mempunyai fisik dan mental yang baik, Anda tentunya akan lebih mudah mencapai kebahagiaan dalam hidup.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Pany
Dijawab oleh dr. Pany
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved