Plastisitas otak erat kaitannya dengan prinsip otak dan prinsip belajar. Konsep plastisitas otak menjelaskan otak manusia terus berkembang selama terus distimulasi.
2023-03-19 01:18:01
Memahami tentang plastisitas otak anak, penting untuk memaksimalkan kecerdasan anak
Table of Content
Kecerdasan ada macam-macam jenisnya. Ada anak yang pandai melukis, ada anak yang pandai bermain musik, ada juga anak yang pandai olahraga. Untuk memaksimalkan potensi ini, Anda bisa memanfaatkan plastisitas otak pada anak.
Advertisement
Konsep ini mungkin masih terdengar asing bagi banyak orang. Namun, untuk mengoptimalkan kecerdasan anak, tidak ada salahnya bagi orangtua untuk memahami konsep ini.
Plastisitas adalah kemampuan otak untuk beradaptasi atau berubah setelah ada pengaruh atau stimulasi.
Sementara itu, secara fisiologis, plastisitas otak atau neuroplasticity adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi bentuk karena adanya interkoneksi baru pada saraf.
Berbeda dengan benda elastis yang kembali ke bentuk semula, plastisitas justru berubah ke bentuk lain.
Sesuai namanya, konsep plastisitas otak menjelaskan bahwa otak manusia adalah organ yang lentur dan bisa terus berkembang, selama masih terus distimulasi.
Hal ini berkaitan dengan neuroplastisitas atau plastisitas sinaps. Sinaps adalah tempat menghubungkan ujung sel saraf dengan sel saraf lainnya.
Saat otak distimulasi, neuron-neuron atau sel saraf yang ada di dalamnya akan tersambung satu sama lain. Semakin banyak sambungan neuron, maka anak juga akan semakin cerdas.
Beberapa faktor yang dapat menunjang plastisitas otak, di antaranya:
Lantas, pertanyaan selanjutnya, bagaimana agar sel saraf itu bisa terus tersambung? Selain stimulasi, ada juga faktor asupan gizi dan pengalaman yang dirasakan anak.
Pada usia-usia tertentu, plastisitas otak akan mencapai puncaknya. Usia tersebut adalah di 1.000 hari pertama kehidupan. Periode ini dihitung sejak bayi berada di dalam kandungan.
Pada kondisi terbaiknya, struktur otak berada dalam keadaan paling ‘lentur’ dan paling mudah dilatih.
Setelah melewati 1.000 hari pertama kehidupan, puncak plastisitas otak akan kembali terjadi pada usia enam tahun kehidupan. Namun ketika memasuki usia 14 tahun, secara alami otak akan meruntuhkan neuron-neuron yang tidak pernah terstimulasi.
Supaya neuron di otak si kecil bisa terus terstimulasi, Anda disarankan untuk memastikan anak melakukan berbagai aktivitas, seperti bermain, belajar, membaca, dan berinteraksi dengan orang lain.
Belajar yang paling efektif adalah belajar dengan melibatkan berbagai indra di tubuh. Maksudnya, belajar sambil melatih indra sentuhan, pendengaran, pergerakan tubuh, atau bahkan penciuman.
Stimulasi bisa dilakukan di mana saja, baik di rumah maupun di sekolah. Oleh karena itu, peran orangtua dalam membangun kecerdasan anak sangatlah besar.
Ingat, neuron pada struktur otak juga bisa saling tersambung apabila anak memiliki pengalaman yang beragam.
Maka dari itu, biarkan anak mencoba berbagai hal yang mereka inginkan, selama merasa senang dan tentunya tidak membahayakan. Biarkan mereka mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berharga.
Bayangkan jika hingga usia 14 tahun, otak anak tidak pernah terstimulasi. Maka, sambungan neuron yang ada di otaknya pun sebagian besar akan diruntuhkan secara alami.
Padahal, anak yang cerdas adalah anak yang memiliki banyak sambungan neuron di otaknya.
Plastisitas adalah kondisi yang tidak hanya ada pada anak-anak. Kemampuan otak ini akan terus ada hingga dewasa, bahkan tua.
Baca Juga
Plastisitas otak bisa terstimulasi oleh hal positif ataupun negatif. Sambungan sel saraf di otak bisa dibayangkan seperti persimpangan jalan yang bercabang.
Ada jalan yang belok ke kiri, ada jalan yang belok ke kanan. Ibaratnya, jalan yang belok ke kiri adalah jalan yang negatif dan jalan yang belok ke kanan adalah jalan yang positif.
Saat otak terbiasa distimulasi untuk melakukan hal-hal yang positif, seperti membaca buku, bangun bagi, lalu olahraga, dan sarapan dengan makanan yang sehat dan bergizi, hal ini akan menjadi suatu pola, suatu kebiasaan. Sehingga, jalan yang belok ke kanan akan terus dilalui.
Lalu, jika yang digunakan terus-menerus adalah jalan yang belok kanan, apa yang akan terjadi dengan jalan yang belok kiri? Jalan tersebut akan ditutup karena tidak pernah digunakan.
Neuron yang merupakan jalan yang belok ke kiri akan diruntuhkan secara alami karena tidak pernah distimulasi. Sehingga, stimulasi positif ini akan terus dilakukan karena telah menjadi suatu kebiasaan.
Namun, Anda juga perlu hati-hati karena konsep ini juga berlaku sebaliknya.
Jika anak dibiarkan terus menjalani stimulasi negatif, seperti dibiarkan bangun siang, menjadi pemalas, terbiasa terlambat, terbiasa menunda pekerjaan, maka hal-hal tersebut yang akan menjadi pola dan kebiasaannya.
Pada kasus ini, jalan yang belok ke kiri yang akan selalu ada, sedangkan jalan yang belok ke kanan, akan ditutup karena tidak pernah distimulasi.
Tentu, kebiasaan baru selalu bisa dibuat. Selama dilakukan dengan konsisten, maka jalan baru akan terbentuk, dan neuron akan kembali tersambung.
Memberikan stimulus yang tepat sejak dini dapat mendukung perkembangan otak anak. Orangtua dapat menerapkannya melalui belajar sambil bermain.
Berikut adalah ide stimulus untuk mendukung plastisitas otak anak.
Kegiatan-kegiatan stimulasi yang dapat Anda lakukan pada bayi, yaitu:
Selanjutnya, untuk mengembangkan kecerdasan anak di usia balita. Cobalah lakukan kegiatan berikut ini.
Sementara itu, stimulasi untuk mendukung plastisitas otak anak usia prasekolah yang dapat dilakukan dengan:
Bukan hanya stimulasi positif, stimulasi negatif juga dapat mempengaruhi perkembangan otak anak ke arah yang lebih buruk, misalnya kekerasan, penelantaran, pornografi, atau tidak terpenuhinya nutrisi.
Plastisitas adalah hal penting untuk orangtua perhatikan. Oleh sebab itu, jangan sampai anak mendapatkan stimulasi atau rangsangan negatif.
Sementara itu, jika Anda memiliki pertanyaan seputar kesehatan anak, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Penulis:
Hanlie Muliani, M.Psi
Psikolog Klinik SOA - Parenting & Education
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Peran ayah dalam keluarga sangatlah krusial, terutama untuk anak. Peran tersebut meliputi mencegah perilaku buruk pada anak, membantu anak berprestasi di sekolah, hingga menolong anak menemukan identitas dan jati dirinya.
Kelas akselerasi adalah program atau strategi yang memungkinkan siswa untuk menjalani dan menyelesaikan masa sekolah lebih cepat dari biasanya, serta memulai pada usia lebih muda. Program akselerasi sekolah ini memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan
Terdapat beberapa kegiatan sebelum tidur untuk anak yang penting dijadikan kebiasaan, mulai dari membersihkan tubuh, mematikan gawai, hingga mengisi perut dengan makanan ringan.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Veranita
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved