Beberapa obat punya sifat nefrotoksik, yaitu mungkin saja memengaruhi fungsi ginjal. Hal ini lebih berisiko pada orang yang minum obat sembarangan dan tanpa pengawasan dokter. Orang dengan riwayat penyakit ginjal juga lebih rentan. Itu sebabnya, Anda harus berkonsultasi dengan dokter sebelum minum obat.
2023-03-28 05:59:16
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Obat nefrotoksik dapat memengaruhi hingga menurunkan fungsi ginjal
Table of Content
Nefrotoksik adalah efek toksik dari obat-obatan atau bahan kimia lain yang bisa yang bisa memberikan pengaruh buruk terhadap fungsi ginjal. Kerusakan pada ginjal bukan hal sepele, mengingat fungsinya yang sangat penting dalam tubuh manusia, termasuk detoksifikasi (mengeluarkan racun).
Advertisement
Kenali lebih jauh tentang jenis obat yang bersifat nefrotoksik dan cara meminimalkan risikonya berikut ini.
Ginjal memainkan peran penting dalam tubuh manusia. Berbagai fungsi ginjal antara lain:
Beberapa jenis obat bisa bersifat nefrotoksik. Artinya, obat tersebut dapat memengaruhi kerja ginjal, entah itu penurunan fungsi atau, yang terberat, kerusakan ginjal.
Baca Juga
Berikut ini beberapa obat-obatan yang bersifat nefrotoksik.
Aminoglikosida adalah obat golongan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri tertentu. Kelompok ini termasuk obat nefrotoksik yang berpotensi merusak fungsi ginjal.
Aminoglikosida bisa menyebabkan kerusakan pada tubulus ginjal sehingga tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Tubulus ginjal sendiri berfungsi mengangkut cairan tubuh dan darah menuju ginjal.
Obat jenis nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAID) adalah obat yang cukup familier untuk mengatasi peradangan, demam, hingga nyeri. Meski begitu, konsumsi jangka panjang tanpa pengawasan dokter juga dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Dalam hal ini, NSAID seperti diklofenak, bisa menyebabkan penurunan tekanan intraglomerulus yang berperan mempertahankan filtrasi glomerulus. Artinya, ini akan memengaruhi fungsi ginjal dalam hal penyaringan.
Akibatnya, glomerulus tidak bisa bekerja dengan maksimal. Beberapa contoh obat golongan NSAID, antara lain ibuprofen, naproxen, celecoxib, dan aspirin.
Antiretroviral adalah obat yang bisa digunakan untuk mengatasi HIV. Obat ini juga tergolong obat nefrotoksik yang berisiko merusak ginjal.
Obat jenis antiretroviral berisiko merusak tubulus ginjal. Padahal, tubulus ginjal berfungsi menghilangkan limbah dari tubuh, termasuk sisa metabolisme dan obat-obatan.
Hydralazine adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Obat ini disebut juga vasodilator karena mampu merelaksasi pembuluh darah. Dengan begitu, aliran darah lebih lancar.
Obat jenis ini juga termasuk obat-obatan nefrotoksik. Hydralazine bisa menyebabkan peradangan pada glomerulus (saringan kecil di ginjal). Kondisi ini bisa menyebabkan glomerulonefritis.
Allopurinol dikenal sebagai obat asam urat. Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit asam urat atau gout.
Allopurinol juga termasuk golongan obat nefrotoksik. Obat jenis ini bisa menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada ginjal atau disebut dengan nefritis interstisial.
Konsumsi allopurinol tanpa pengawasan bisa membuat kondisi tersebut berkembang menjadi penyakit ginjal.
Sulfonamida, disebut juga obat sulfa, adalah obat yang mampu mengatasi infeksi bakteri. Konsumsi jenis obat ini juga bisa memicu timbulnya nefrotoksisitas.
Sulfonamida bisa menghasilkan kristal yang tidak larut dalam urine dan mengendap di tubulus ginjal distal. Kondisi ini disebut dengan nefropati kristal yang menyebabkan jaringan parut hingga penyumbatan di ginjal.
Ticlopidine adalah obat yang mampu mencegah penggumpalan darah. Jenis obat ini juga diketahui memiliki efek nefrotoksik yang mampu memengaruhi fungsi ginjal.
Ticlopidine bisa menyebabkan mikroangiopati trombotik berupa kerusakan endotel vaskuler di ginjal. Kondisi ini disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh yang dipicu oleh obat jenis ini.
Statin dikenal sebagai obat penurun kolesterol, sekaligus menurunkan risiko serangan jantung dan stroke. Namun, penggunaan jangka panjang statin diketahui memiliki efek samping, salah satunya gangguan ginjal.
Jenis obat ini bisa menyebabkan rhabdomyolysis. Artinya, obat-obatan jenis statin dapat menyebabkan kerusakan otot rangka yang berdampak pada pelepasan mioglobin. Mioglobin inilah yang bisa memicu kerusakan ginjal dan penyumbatan tubulus.
Meski beberapa jenis obat di atas dapat memengaruhi fungsi ginjal, Anda tidak bisa begitu saja menghentikan konsumsinya jika dalam perawatan. Dokter biasanya telah mempertimbangkan risiko efek samping dan manfaat yang bisa Anda dapatkan dari konsumsi obat tertentu.
Baca Juga
Nefrotoksisitas adalah penurunan fungsi ginjal akibat efek toksik dari obat atau bahan kimia tertentu. Dalam hal ini, jenis-jenis obat nefrotoksik bisa memengaruhi fungsi hingga kerusakan ginjal dengan berbagai cara.
Beberapa kondisi toksisitas ginjal yang mungkin muncul akibat konsumsi obat nefrotoksik, antara lain:
Dalam Journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research memang disebutkan bahwa bahwa hampir 20% kejadian nefrotoksisitas disebabkan oleh penggunaan obat-obatan nefrotoksik.
Namun, kerusakan akibat obat nefrotoksik lebih rentan terjadi pada orang yang punya riwayat penyakit ginjal sebelumnya.
Dokter mungkin akan melakukan tes fungsi ginjal terlebih dulu, seperti ureum darah dan tes kreatinin, sebelum meresepkan obat-obat di atas. Terlebih, jika Anda memiliki riwayat penyakit ginjal.
Baca Juga
Beberapa jenis obat yang bersifat nefrotoksik mungkin tidak bisa Anda hindari karena alasan pengobatan penyakit lain. Untuk meminimalkan risiko nefrotoksisitas, konsultasi dengan dokter sangat diperlukan.
Dokter akan melihat seberapa besar risiko toksisitas ginjal yang mungkin Anda alami, dan membandingkannya dengan manfaat yang bisa Anda dapatkan dari konsumsi obat ini. Dokter nantinya akan menyesuaikan jenis dan dosis obat yang diberikan dengan kondisi Anda.
Berikut ini beberapa cara meminimalkan risiko nefrotoksisitas dari penggunaan obat:
Itulah beberapa informasi tentang obat nefrotoksik yang penting Anda ketahui. Masih banyak jenis obat lain yang juga bisa berpotensi merusak ginjal. Maka itu, Anda tidak boleh minum obat sembarangan bermodalkan testimoni orang lain.
Kondisi Anda dan orang lain berbeda, sekalipun penyakit yang diderita mungkin sama. Bijak menggunakan obat merupakan cara yang paling utama untuk meminimalkan risiko efek samping.
Konsultasikan dengan dokter terkait kondisi dan jenis obat yang cocok untuk mengatasi gangguan kesehatan Anda. Dalam hal ini, dokter akan memilihkan jenis obat yang tepat dan minim efek samping.
Jika masih ada pertanyaan seputar obat nefrotoksik, Anda juga bisa berkonsultasi secara online menggunakan fitur chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Sebagian besar dari kita mengenal karbon dioksida hanya sebagai sisa pernapasan. Banyak yang tak menyangka bahwa mengetahui kadar gas ini penting bagi kesehatan.
Manfaat air kencing dari terapi urine dipercaya dapat menyembuhkan jerawat, alergi, hingga kanker. Namun, sayangnya di balik mitos manfaat kesehatan tersebut, terdapat risiko yang perlu diwaspadai.
Natrium diklofenak adalah obat antinyeri dan antiperadangan yang biasa digunakan untuk mengatasi radang sendi seperti rematik dan asam urat, hingga nyeri ringan termasuk kram menstruasi serta sakit gigi.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved